Pembebasan Andalusia, atau dikenal sebagai Fathu Andalus, adalah peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Ramadhan tahun 92 Hijriah (711 Masehi). Dipimpin oleh panglima Muslim, Thariq bin Ziyad, ekspedisi ini menandai awal dari penyebaran Islam di Semenanjung Iberia, wilayah yang kini mencakup Spanyol dan Portugal.
Pada abad ke-8, wilayah Afrika Utara berada di bawah teritori Kekhilafahan Umayyah. Setelah berhasil membebaskan wilayah tersebut, gubernur Musa bin Nushair mengarahkan perhatiannya ke Semenanjung Iberia. Pada tahun 711 M, Musa mengirim Thariq bin Ziyad bersama sekitar 7.000 pasukan.
Pasukan Thariq menyeberangi Selat Gibraltar dan mendarat di sebuah bukit di pinggir pantai yang kemudian dinamakan Jabal Thariq (Gunung Thariq), kini dikenal sebagai Gibraltar. Setibanya di pantai Spanyol, untuk meningkatkan semangat juang, Thariq melakukan manuver yang amat berani. Ia memerintahkan agar kapal-kapal yang membawanya beserta pasukannya dibakar. Lantas ia berpidato, dengan sbuah pidato yang amat fenomenal:
"Ke manakah kalian akan melarikan diri sementara musuh berada di depan dan lautan berada di belakang? Demi Allah! Tak ada keselamatan bagi kalian kecuali dalam keberanian dan keteguhan hati" Serunya lantang di depan seluruh pasukan.

Pada 28 Ramadhan 92 H (19 Juli 711 M), pasukan Muslim bertemu dengan pasukan Visigoth yang dipimpin oleh Raja Roderick di tepi Sungai Guadalete. Meskipun jumlah pasukan Muslim lebih sedikit, strategi dan semangat juang yang tinggi memungkinkan mereka meraih kemenangan gemilang. Pertempuran sengit yang berlangsung selama tujuh hari ini berakhir dengan kekalahan telak pasukan Visigoth, dan menyebabkan runtuhnya kekuasaan mereka di Iberia.
Setelah kemenangan tersebut, pasukan Muslim dengan cepat menguasai kota-kota penting seperti Córdoba, Granada, dan Toledo. Kota-kota tersebut dapat dibebaskan oleh pasukan Muslim dalam waktu relatif singkat karena lemahnya pertahanan dan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan Visigoth.
Kerajaan Visigoth yang dipimpin oleh Raja Roderick dikenal suka menindas penduduk lokal, terutama kelompok non-Visigoth dan petani pribumi. Mereka dikenakan pajak tinggi dan memiliki sedikit hak dalam pemerintahan. Dalam sistem Islam, penduduk non-Muslim hanya dikenakan jizyah (pajak perlindungan), yang nilainya lebih rendah dibandingkan pajak tinggi yang dikenakan oleh Visigoth. Ini membuat banyak kota lebih memilih menerima pemerintahan Islam daripada tetap di bawah kekuasaan Visigoth.
Pembebasan ini membuka jalan bagi penyebaran peradaban Islam di Eropa Barat. Selama hampir delapan abad, Andalusia menjadi pusat ilmu pengetahuan, seni, budaya, dan memberikan kontribusi signifikan terhadap kebangkitan Eropa di masa mendatang.
Pembebasan Andalusia pada bulan Ramadhan tidak hanya menunjukkan keberanian dan strategi militer yang cemerlang, tetapi juga menandai dimulainya era keemasan peradaban Islam di Eropa. Warisan budaya dari periode ini masih dapat dirasakan hingga saat ini, menggambarkan dampak abadi dari Fathu Andalus dalam sejarah dunia.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!