Sejumlah perusahaan yang diboikot masyarakat Indonesia karena dinilai bersimpati atau mendukung Zionis Israel kini berbondong-bondong menyalurkan donasi untuk Palestina. Problemnya, aksi donasi itu tidak diiringi dengan kesadaran terhadap sensitivitas isu Palestina dan upaya meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian lokal. Melainkan hanya gimmick artifisial untuk meredakan tekanan dari gerakan boikot.
Koordinator Nasional Gerakan Afirmasi Ekonomi Produk Indonesia (GAEPI), Arisakti Prihatwono, menilai, tekanan dari gerakan boikot dan anti produk Zionis Israel sudah mulai dirasakan oleh para brand asing. “Informasi yang kami terima, gerakan boikot sudah berdampak pada daily, weekly, dan monthly demand dan sales para produsen asing, yang membuktikan sensitivitas isu Palestina bagi publik Indonesia dan efektivitas gerakan boikot tersebut,” katanya, Rabu (29/11/2023).
Namun, menurut Rico – demikian Arisakti Prihatwono biasa disapa – para brand asing yang diam-diam mulai panik itu masih menunjukkan arogansi, ignoransi, dan insensitivitas terhadap isu Palestina. Ini bisa dilihat misalnya dari pernyataan dan rilis pers yang dikeluarkan beberapa produsen asing yang masih berdalihkan pada argumentasi yang ambigu atau menyalahkan publik, semisal “menyesalkan kesalah pahaman terhadap pernyataan di media sosial”, “tidak memihak pada pihak mana pun”, atau “mengutuk semua jenis kekerasan dan terorisme”.
Menurut GAEPI, arogansi brand asing tidak bisa terhapus dan dicuci dengan donasi yang diberikan. Rico menilai, dengan posisi psikologis yang masih arogan, ignoran, dan insensitif itu sejatinya juga menunjukkan bahwa para produsen asing memandang remeh sikap masyarakat Indonesia, yang selama ini telah menjadi konsumen yang setia terhadap produk dan jasa mereka. “Karenanya, aksi donasi yang ramai-ramai dilakukan brand asing sesungguhnya hanya gimmick artifisial untuk meredakan tekanan gerakan boikot,” ujarnya.
Baca Juga : Kehidupan Baru untuk Merek Minuman Soda Berusia 100 Tahun di Mesir dari Aksi Boikot Produk Zionis Israel
Selain nilai donasi yang sejatinya relatif kecil dibandingkan revenue yang selama ini dikumpulkan para brand asing atau belanja iklan yang mereka gelontorkan, Rico juga mempertanyakan beberapa “pernyataan donasi” yang tidak disertai dengan bukti penyerahan dan distribusi. “Kalau diserahkan ke lembaga amil zakat dan sedekah atau lembaga lain yang memang terbukti sudah menyalurkan bantuan ke Palestina, itu sudah oke. Tetapi kalau tidak? Bagaimana kita bisa tahu?” katanya.
Karena itu, Rico meminta masyarakat Indonesia untuk terus melanjutkan aksi boikot terhadap brand asing yang dinilai bersimpati atau mendukung Zionis Israel. Selain karena konflik di Palestina masih akan berlanjut lantaran yang terjadi saat ini hanya jeda kemanusiaan yang berlangsung singkat dan bukan gencatan senjata yang berlangsung lama, juga karena aksi boikot terbukti mampu mengangkat permintaan terhadap brand atau produk lokal Indonesia.
Brand atau produk lokal Indonesia yang kualitasnya terbukti mampu bersaing dengan brand dan produk asing seharusnya menjadi pilihan utama konsumsi masyarakat Indonesia. Apalagi Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah lama mencanangkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) yang bertujuan untuk memajukan produk-produk lokal Indonesia dan meningkatkan kepercayaan diri bangsa terhadap potensi dan kualitas produk buatan dalam negeri.
Lewat Keppres Nomor 15 Tahun 2021, Presiden Joko Widodo sudah membentuk Tim Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. Kebijakan ini lantas didorong Inpres Nomor 2 Tahun 2022 yang berisi instruksi antara lain untuk menetapkan dan/atau mengubah kebijakan atau peraturan perundang-undangan dalam rangka mempercepat peningkatan penggunaan produk dalam negeri dan pemberdayaan usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi.
Seluruh kebijakan itu didorong oleh semangat mulia untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar domestik dan global. Menurut Rico, aksi bela Palestina dan boikot produk Zionis Israel sejauh ini terbukti mampu mengerek permintaan dan penjualan produk-produk lokal Indonesia. Namun, untuk bisa menjamin keberlangsungan dukungan dalam jangka panjang bagi para local champion, gerakan boikot ini harus terus dipertahankan dan diperluas.
“Mari lanjutkan terus aksi boikot produk asing demi mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia,” katanya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!