Kehidupan Baru untuk Merek Minuman Soda Berusia 100 Tahun di Mesir dari Aksi Boikot Produk Zionis Israel

Kehidupan Baru untuk Merek Minuman Soda Berusia 100 Tahun di Mesir dari Aksi Boikot Produk Zionis Israel
Spiro Spatis stand with Palestine / سبيرو سباتس

Spiro Spathis, perusahaan minuman berkarbonasi tertua di Mesir, kembali mengalami kebangkitan yang sensasional. Didirikan tahun 1920 oleh seorang peternak lebah Yunani dari Kefalonia, Spathis telah menjadi bagian dari kehidupan generasi Mesir.

Spiro Spathis, yang selalu bangga dengan jatidirinya sebagai merek minuman ringan pertama di Mesir, meluncurkan slogan-slogan semisal “100% Buatan Mesir” dan “Gazouza asli Mesir”. Slogan terakhir itu menggunakan istilah Mesir yang diperkirakan berasal dari bahasa Prancis “gazeuse” (berkarbonasi) dan lazim digunakan untuk menyebut minuman bersoda.

Lonjakan permintaan.

Dikutip dari laman Aljazeera.com, Mohammed, pemilik toko kelontong di Provinsi Sharqia, mengatakan, terjadi peningkatan penjualan minuman tersebut.

“Saya sudah menjual minuman mereka selama empat tahun. Selalu ada beberapa konsumen yang lebih menyukai Spiro dibandingkan minuman lain, tetapi tidak banyak. Tetapi sekarang, botol-botol mereka langsung habis,” kata Mohammed.

“Kalau sebelum boikot, saya jual empat, mungkin lima kotak Spathis dalam seminggu, sekarang saya bisa jual sebanyak 50 kotak dalam sehari kalau stoknya sebanyak itu,” lanjutnya seraya menambahkan bahwa lonjakan permintaan tersebut adalah "besar sekali".

Baca juga: Desakan Bawa Kejahatan Perang Zionis Israel ke Pengadilan Internasional Kian Mengemuka

Lonjakan permintaan pasar terhadap produk minuman tersebut diiyakan kepala pemasaran perusahaan, Morcus Talaat. “Permintaan meningkat tiga kali lipat selama sebulan terakhir,” kata Morcus Talaat, kepala pemasaran perusahaan yang juga salah satu dari tiga bersaudara pemilik perusahaan Spiro Spatis, kepada Al Jazeera.

Talaat berbicara kepada Al Jazeera di apartemen sederhana di Kairo dengan dua kamar tidur yang berada di lantai dasar. Wilayah tempat apartemen ini termasuk lingkungan kelas atas Kairo. Dan menjadi tempat Sprio Spathis berkantor pusat.

“Kami telah menerima ratusan panggilan dari klien baru dan tawaran dari beberapa restoran,” ujarnya.

Guna memenuhi lonjakan permintaan itu, Spiro Spathis telah melakukan upaya rekrutmen dan menerima lebih dari 15.000 pelamar untuk pekerjaan yang diiklankan.

Di lingkungan Kota Nasr, Kairo, seorang pemilik kios mengatakan dia tidak mampu menyediakan cukup Spathis untuk memenuhi permintaan. “Saya hanya menerima empat pengiriman dalam sebulan terakhir, dan terjual habis di hari yang sama. Sebelumnya, saham Spathis bertahan lebih lama,” katanya.

Aksi yang efektif untuk protes.

Pengeboman dan invasi darat Israel yang terus menerus tanpa henti di Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober 2023 dan sejauh ini telah menewaskan lebih dari 12.500 warga Palestina, telah memicu protes massal di seluruh belahan dunia. Hal ini juga menyebabkan banyak orang memboikot merek internasional semisal McDonald’s dan Starbucks.

Baca juga: Dapatkah Dewan Keamanan PBB Hentikan Agresi Militer Zionis Israel di Gaza?

Di Indonesia, pada pertengahan Oktober konsumen mulai memboikot McDonald's dan bisnis beberapa lainnya yang terafiliasi dengan Zionis Israel. Hal tersebut dilakukan setelah McDonald's Israel mengumumkan di media sosial bahwa mereka telah membagikan ribuan makanan gratis kepada militer Zionis Israel selama perang di Gaza. Pengumuman tersebut mendorong beberapa organisasi melakukan gerakan boikot. Misalnya Divestment and Sanctions Movement (BDS), the United People Front (FUB) dan Front Pembela Islam (FPI), yang menyerukan boikot terhadap McDonald's dan bisnis lain yang dianggap pro-Israel, termasuk Burger King.

Di belahan dunia lain, aksi serupa juga terjadi. Ketika pengunjuk rasa membanjiri jalan kota-kota besar di seluruh dunia, mulai dari Washington DC, hingga London dan Cape Town, cabang-cabang restoran waralaba, kedai kopi, dan toko yang dulunya ramai di Dunia Arab, sebagian besar kosong.

“Boikot adalah salah satu bentuk alat populer bagi masyarakat untuk membuat diri mereka didengar, dan merupakan cara paling ampuh untuk menekan negara-negara yang mendukung kolonialisme dan kapitalisme Barat,” kata Jamal Zahran, profesor ilmu politik di Universitas Suez.

“Memboikot produk-produk itu juga menciptakan peluang bagi produk lokal,” lanjutnya.

(Sumber: Al Jazeera)


Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.