Etos dakwah dan tarbiyah adalah pilar penting dalam keberlanjutan nilai-nilai Islam. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa kesibukan dengan karir, politik, dan bisnis, sering kali mengalihkan perhatian dari tugas utama ini. Di dalam situasi seperti itu, penting bagi pembina dakwah untuk melakukan muhasabah diri, menata ulang prioritas, dan kembali gumregah — bangkit dengan semangat baru — dalam melaksanakan kerja-kerja dakwah dan tarbiyah.
Hal itu dikemukakan KH Aunurrofiq Saleh Tamhid, Lc, dalam acara “Muhasabah Tarbiyah Akhirussanah 2024 & Bedah Buku Gumregah Tarbiyah”, Selasa (24/12/2024) malam. Di kesempatan itu, KH Aunurrofiq menggarisbawahi urgensi dari buku Gumregah Tarbiyah. Di antara yang paling penting dari buku itu adalah menyiapkan banyak motivasi.
“Adanya fenomena kelesuan tidak lagi membina. Membina atau men-tarbiyah ini sesuatu yang sangat mendasar dalam perjalanan pewarisan nilai-nilai dakwah ini. Karena itu, saya melihat urgensi dari buku Gumregah Tarbiyah ini. Di antara yang paling penting, menurut saya, buku ini menyiapkan sekian banyak motivasi yang harus kita ambil ketika kita ingin bangkit kembali melakukan tarbiyah,” kata KH Aunurrofiq.
KH Aunurrofiq lantas menyoroti bagaimana buku Gumregah Tarbiyah memberikan inspirasi bagi para pembaca. KH Aunurrofiq pun berkisah, dalam salah satu acara bedah buku, beliau mencontohkan seorang peserta yang masih aktif membina delapan kelas. Ketika ditanya motivasinya, peserta tersebut menjawab dengan sederhana, “Saya berharap dari membina ini, saya ingin masuk surga”. Jawaban itu menggambarkan betapa motivasi sederhana namun kuat dapat menjadi bahan bakar dalam kerja-kerja dakwah.
Beliau melanjutkan, buku ini menyediakan pintu masuk bagi setiap individu sesuai dengan cara berpikir, hati, dan keyakinannya. Fungsinya adalah sebagai alat untuk menghidupkan semangat pembinaan yang mungkin mulai meredup.
KH Aunurrofiq juga mengajak untuk becermin kepada generasi terbaik, yakni para sahabat Nabi Muhammad saw. Di dalam Al Qur’an surat At-Taubah ayat 100, Allah Swt memuji mereka sebagai generasi yang mewariskan Islam secara kaffah — utuh tanpa cela. Mereka men-taurits-kan (mewariskan) ajaran Islam kepada generasi Tabi’in dengan ihsan, tanpa meninggalkan satu pun ayat atau hadits yang diajarkan Rasulullah saw.
“Bagaimana generasi sahabat dari Muhajirin dan Anshar mewariskan Islam utuh kepada generasi Tabi'in, dan diberi catatan oleh Allah bi ihsanin ini memberi isyarat kepada kita bahwa generasi sahabat dalam mewariskan ajaran Islam seluruhnya itu bi ihsanin, mereka bisa melakukannya dengan ihsan, ihsan itu berarti utuh, tidak ada satu ayat pun yang tertinggal, tidak ada satu hadits pun yang pernah diucapkan, disabdakan oleh Nabi saw, yang tidak terwariskan ke generasi Tabi'in,” jelas KH Aunurrofiq.
Beliau menambahkan bahwa proses pewarisan nilai-nilai Islam oleh para sahabat dilakukan melalui tarbiyah yang luar biasa. Sementara, kita di zaman ini mungkin hanya mampu mewariskan sebagian ajaran, minimal nilai-nilai perjuangan dan tarbiyah yang kita yakini penting untuk menjaga semangat jihad dan perjuangan syamil.
“Seperti yang kita ketahui, taurits yang dilakukan para sahabat ini melalui proses apa yang disebut sebagai tarbiyah. Sementara kita ini dalam melakukan taurits mungkin kita tidak sedang men-taurits-kan seluruh ajaran Islam ini. Tetapi sebagiannya, setidaknya nilai-nilai perjuangan, nilai-nilai tarbiyah itu yang kita ingin wariskan,” urai KH Aunurrofiq.
KH Aunurrofiq menutup dengan ajakan untuk merefleksikan peran kita dalam dakwah dan tarbiyah. Jika ada di antara kita yang berhenti membina, hendaknya muncul rasa malu atau rasa bersalah terhadap generasi sahabat yang telah menunaikan tugas mereka dengan sempurna.
“Di sini kita perlu becermin kepada generasi sahabat yang sangat luar biasa kesuksesan mereka dalam mewariskan seluruh ajaran Islam ادخلوا في السلم كافة , kaffah tidak ada yang tersisa,” tutup KH Aunurrofiq.
Kerja-kerja pembinaan ini, tegas beliau, adalah warisan penting yang harus terus dijaga. Dengan kembali gumregah dan becermin kepada generasi terbaik, kita bisa menjaga keberlanjutan nilai-nilai Islam dan memastikan bahwa warisan dakwah tetap hidup di tengah umat. Semoga semangat gumregah ini terus tumbuh dan menyala, menggerakkan kita semua untuk menjadi pelanjut estafet perjuangan dakwah dan tarbiyah.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!