Ketika panglima Qutaibah bin Muslim al-Bahili mencapai tembok Bukhara, ia tercengang melihat jumlah musuh dan perlengkapan mereka yang sangat banyak. Pertempuran sudah di depan mata. Hati terasa tegang. Tetapi, ia tidak bertanya tentang jumlah tentara atau senjata mereka. Sebaliknya, hal pertama yang ia katakan adalah, "Di mana Muhammad bin Wasi' al-Azdi?"
Mereka berkata kepadanya, "Dia ada di sana, di sisi kanan pasukan, bersandar pada tombaknya, menatap langit, mengangkat jarinya, bermunajat kepada Allah".
Mereka menawarkan untuk memanggilnya, tetapi Qutaibah berkata dengan yakin dan tenang, "Tidak, jarinya itu lebih berharga bagiku daripada seribu pedang terhunus".
Saat itu, Qutaibah tidak sedang mencari kekuatan dari besi, melainkan kekuatan dari langit. Ia merasakan ketenangan merayapi dadanya, tatkala mengetahui bahwa di antara pasukannya ada orang yang apabila berdoa pasti dikabulkan, apabila bermunajat kepada Allah pasti tidak dikecewakan. Qutaibah menyadari bahwa pertolongan Allah bisa datang melalui doa orang saleh, dengan jari yang terangkat dan khusyu'. Bukan hanya melalui pedang yang terhunus.

Qutaibah adalah pemimpin yang berpengalaman. Ia menyadari bahwa di antara barisannya terdapat jari-jari bertakwa yang bisa menjadi sebab bagi tercapainya kemenangan besar, dan bahwa doa dari hati yang tulus dapat mengubah berbagai timbangan peperangan.
Di sinilah terwujudkan hakikat agung: Setiap amal, sekecil apa pun, memiliki timbangan tersendiri. Setiap niat yang tulus memiliki pengaruh, meski pun tersembunyi.
Jadi, kepada mereka yang hari ini bertanya, "Apa yang bisa kita lakukan untuk rakyat Gaza?", kami katakan kepada mereka, "Ketahuilah bahwa amal kita diukur dengan rentangan tangan, langkah, dan detak jantung yang berdetak untuk Gaza".
Kesalehan dan ketakwaanmu bisa menjadi bekal yang dikirimkan kepada mereka. Berbagai kemunkaran dan larangan yang kamu tinggalkan bisa menjadi dukungan dan penguatan bagi keteguhan mereka.

Janganlah meremehkan dirimu sendiri. Jangan meremehkan amal kecil apa pun yang kau lakukan dengan tulus. Jangan menganggap rendah doa yang kau panjatkan secara diam-diam.
Karena jari-jari yang terangkat ke langit bisa menopang seluruh pasukan!
Dua hal yang tak terpisahkan... pedang dan tombak... dan tali yang terhubung dengan Tuhan Penguasa Langit.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!