Tugas mengajari ilmu bisa dilakukan dengan mengajari sendiri, memanggil guru, atau menyekolahkan, dan ilmu pun didapat. Adapun memberikan contoh, tanggung jawab yang paling besarnya itu ada pada orang tua. Sebab, pemberian contoh itu berkaitan dengan akhlak, adab, dan tata krama. Setiap orang tua wajib punya. Tak bisa sambil dibuat pura-pura.
Seluruh perilaku anak paling banyaknya adalah hasil meniru dari orang tuanya. Jika bicara contoh, maka kita berbicara tentang budaya, kebiasaan, perilaku, sikap, dan adat yang berlaku dalam keluarga. Maka, ketika banyak anak bermasalah dalam tata krama, itu adalah karena buruknya contoh dari orang tua.
Ada banyak anak “terbunuh” jiwa dan mentalnya hingga jadi anak-anak bermasalah, dan kelak saat dewasa jiwa dan mentalnya tetap “terbunuh”. Munculnya banyak orang dengan bawaan jiwa yang sakit, semisal NPD, bipolar, alter ego, OCD, PTSD, dan lain sebagainya, biasanya sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang paling dekat adalah orang tua.
Maka, dulu pun sebenarnya Rasulullah sudah memberikan isyarat bahwa setiap bayi yang lahir maka ia terlahir dalam keadaan fitrah. Kelak anak tersebut menjadi rusak fitrahnya dengan dicontohkan dan berubah menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi, adalah karena faktor orang tua. Begitu juga dalam urusan tata krama.
Banyak orang tua lalai dan bahkan benar-benar lalai dalam urusan memberikan contoh. Bagaimana kebiasaan orang tua saat berbicara, saat ada masalah, saat ada konflik dalam keluarga, dan juga di saat-saat berkomunikasi yang lain. Ini semua akan direkam sekuat-kuatnya dalam alam bawah sadar anak dan akan terus terbawa sampai ia berumah tangga. Maka, muncullah suami kasar lisan dan keras hati terhadap istrinya, dan demikian sebaliknya, ada istri yang kasar lisan dan keras hati terhadap suaminya.
Oleh karena itulah, agak sedikit mudah ditebak, jika ada orang-orang dengan masalah perilaku yang buruk, biasanya karena buruknya contoh orang tuanya sebagai lingkungan pertama dan terdekatnya. Maka, berhati-hatilah kita sebagai orang tua. Kita akan mewariskan sesuatu yang berat berupa kebiasaan. Jangan sampai kelak anak-anak kita menjadi orang-orang bermasalah yang pada akhirnya membuat kesulitan banyak orang.
Sebenarnya kalau kita jujur, kita justru kasihan pada orang-orang yang kelakuannya banyak bikin masalah. Sebab, semua penyakit mental dan kejiwaan mereka lebih banyak adalah karena warisan buruk dari orang tuanya. Dan terbayang, kelak di akhirat di hadapan Allah, berapa banyak tuntutan atas diri kita sebagai orang tua saat anak-anak yang Allah titipkan ternyata menjadi anak-anak dengan banyak masalah, yang telah kita “bunuh” jiwa dan mentalnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!