Sebuah konvoi solidaritas berisi ribuan aktivis dari berbagai negara di Afrika Utara berangkat dari Ibukota Tunisia menuju Jalur Gaza pada Senin (9/6/2025). Rombongan itu terdiri dari 12 bus dan 100 lebih kendaraan pribadi yang disiapkan untuk mengangkut para aktivis di sepanjang perjalanan. Mereka juga membawa berbagai pasokan bantuan kemanusiaan dalam sebuah misi: Menolak blokade yang diberlakukan penjajah Israel atas Jalur Gaza.
Kabar terbaru menyebutkan, konvoi yang diberi nama al-Soumoud — berarti "ketabahan" — itu telah menyeberang ke wilayah Libya. Mereka telah melintasi perbatasan Ras Jedir yang menghubungkan Tunisia dengan Libya. Pada Selasa (10/6/2025) malam, ekspedisi tersebut tiba di kota Ben Guerdane sebagai pemberhentian terakhir di wilayah selatan Tunisia.
Penyelenggara Konvoi Solidaritas
Ekspedisi bertajuk "Maghreb Resilience Convoy" ini digagas oleh organisasi Coordination for Joint Action for Palestine. Peserta konvoi berasal dari Tunisia, Aljazair, Maroko, dan Mauritania.
Koordinator Medis Konvoi, Mohamed Amine Bennour, pada Selasa (10/6/2025), menuturkan, konvoi ketabahan itu juga berkoordinasi dengan sejumlah inisiatif global lainnya semisal March on Gaza, Global March to Gaza, dan Freedom Flotilla, yang sama-sama berupaya menembus blokade melalui jalur laut.

“Gerakan ini merupakan bagian dari inisiatif internasional yang melibatkan lebih dari 30 negara dari Eropa, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara,” kata Mohamed Amine Bennour.
Koordinasi yang Matang
Ekspedisi tersebut dijalankan dengan perencanaan yang matang. Penentuan waktu keberangkatan dan perkiraan waktu tiba di lokasi telah diatur secara cermat.
Melalui koordinasi lintas negara dan organisasi, ribuan aktivis dari 32 negara pun dijadwalkan menggelar aksi di perbatasan Rafah pada 15 Juni 2025. Para peserta akan berkumpul terlebih dahulu di Kairo pada 12 Juni, lalu bergerak menuju kota perbatasan Arish, dan melanjutkan long march sejauh 50 kilometer selama tiga hari hingga mencapai Rafah, pintu masuk selatan Jalur Gaza.
Pemilihan waktu keberangkatan konvoi yang bertepatan dengan serangan Israel terhadap kapal Madleen tersebut juga bukanlah kebetulan. Pihak penyelenggara menyatakan bahwa kesengajaan ini mengandung pesan perlawanan yang tegas.
“Tumpang tindih antara serangan terhadap Madleen dan peluncuran ekspedisi kami bukanlah suatu kebetulan. Jika kalian menghalau puluhan orang, maka ribuan orang lainnya akan bangkit,” tegas anggota Koordinasi Aksi Bersama untuk Palestina di Tunisia, Wael Naouar.
(Sumber: Anadolu)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!