Tak ada yang menyangsikan bahwa Kanjeng Nabi Muhammad SAW adalah trader yang piawai. Karena kemashuran dalam kemampuan dagangnya, membuat salah satu juragan besar Kota Makkah pada zaman itu, Khadijah Binti Khuwailid menggunakan jasa beliau untuk pemimpin ekspedisi bisnisnya ke Negeri Syam.
Pilihan Khadijah untuk merekrut Jasa pemuda jujur berjuluk Al-Amin tersebut ternyata menjadi keputusan tepat. Bisnis Khadijah tumbuh pesat. Mencatatkan laba yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Sosok kanjeng Nabi sebagai seorang trader ulung telah banyak menjadi kajian khusus dari berbagai kalangan ulama dan cendekiawan. Di Indonesia juga muncul banyak buku yang khusus mengkaji sosok Rasulullah sebagai seorang pedagang. Buku – buku tersebut menampilkan analisa dan strategi dagang Rasulullah, jiwa kewirausahaan beliau, bahkan ada pula yang membedahnya dari sisi marketing.
Kesemuanya itu mencoba mencari jawaban, bagaimana kiat dagang Rasulullah sehingga bisa sukses besar. Nah, berikut ini adalah beberapa aspek penting yang menjadi temuan dari berbagai studi tentang faktor yang berpengaruh terhadap sukses Rasulullah sebagai trader.
Pertama, faktor kepribadian. Rasulullah adalah pribadi yang menarik. Hingga hari ini, pribadi yang menarik selalu menjadi sarana penting untuk mengundang orang berkerumun. Sehingga banyak merek-merek dagang terkenal menggunakan jasa selebritis, karena dianggap sebagai pribadi yang memiliki daya tarik. Tujuannya jelas, untuk membantu mengenalkan merek-merek dagang tersebut agar dikenal banyak orang.
Kepribadian Rasulullah yang menarik, antara lain terwujud dalam berbagai sikap dan perilaku beliau sehari-hari, sebagai berikut:
- Murah senyum dan ramah. Dalam banyak hadist Rasulullah digambarkan sebagai pribadi yang murah senyum dan ramah. Dalam rangka membangun karakter umat Islam agar menjadi pribadi yang menarik dan ramah, Rasulullah SAW bahkan mengajarkan bahwa senyum itu adalah sedekah.
Senyum dan ramah adalah senjata penting para trader dan marketer yang tetap aktual hingga hari ini. Jika Anda pelanggan, mana yang Anda pilih: “Sales yang murah senyum atau sales yang suka manyun?” Pasti kita semua ingin dilayani oleh sales yang ramah dan murah senyum.
Nah, untuk meningkatkan jumlah volume penjualan, Anda sudah mulai bisa menganalisis tingkat keramahan dan senyum Anda. Berapa skornya? Jika Anda merasa masih kurang ramah dan kurang tersenyum, mulailah memperbaiki cara dagang Anda dengan menghidupkan sunnah Rasulullah SAW untuk tersenyum dan bersikap ramah secara tulus.
- Jujur. Rasulullah adalah pribadi yang jujur. Bahkan para gembong kafir-Qurais pun tak menyangsikan kejujuran Rasulullah SAW. Kejujuran yang telah menjadi akhlak dan terbawa dalam segala situasi. Kejujuran ini pula yang menjadi kunci sukses terpenting dalam mendukung profesionalisme beliau sebagai seorang trader. Saat pedagang lain mencoba menutupi cacat atau kelemahan barang dagangannya, Rasulullah dengan kejujurannya justru menyampaikan kondisi apa adanya dari setiap barang yang beliau jual. Jika tetap ada yang ingin membeli barang tersebut, setelah mengetahui secara jelas kondisi barang, maka Rasulullah akan melepasnya dengan harga yang disesuaikan dengan kondisi barang. Bukan justru menutupi kelemahan barang agar tetap bisa menjualnya dengan harga normal!
Orang tak banyak menyadari bahwa kejujuran adalah investasi sosial dan investasi spiritual dalam memajukan usaha dagang. Investasi sosial maknanya, Anda sebagai pedagang akan memiliki saham kepercayaan yang tinggi dari pembeli. Sehingga pelanggan Anda loyal dan terus bertambah. Kejujuran menjadi investasi spiritual, karena kejujuran akan mendatangkan berkah dan pertolongan dari Allah SWT. Adakah yang lebih hebat dari pertolongan dan berkah Allah?
- Rendah hati dan santun. Mungkin di antara kita banyak yang pernah mengalami perlakuan yang merendahkan dari pedagang. Sapaan atau pertanyaan kita tidak digubris, diacuhkan, atau saat menawar kita ditertawakan dengan sinis, dianggap tak mampu membeli barang, dan seterusnya.Dalam cara dagang Rasulullah, tidak ada kesombongan. Justru kita diajarkan untuk bersikap rendah hati dan santun. Apapun bentuknya, pedagang selalu butuh pembeli. Siapa tahu dari pembeli yang nampak tidak meyakinkan itu justru membawa datangnya berkah dari Allah.
- Rajin Silaturrahmi. Rasulullah adalah pribadi yang paling gemar silaturrahmi. Bahkan beliau menganjurkan umatnya untuk senantiasa menjaga tali silaturrahmi. Silaturrahmi adalah ajaran dasar untuk berjejaring. Bisnis, perlu jaringan yang luas. Memperluas bisnis, sama artinya dengan tuntutan untuk memperluas jaringan silaturrahmi.
- Profesional. Ini menyangkut cara bagaimana keseluruhan aktifitas dagang itu dilakukan dan dipertanggungjawabkan secara baik. Misalnya dari sisi pengadaan barang, harus dicari barang dengan kualitas terbaik. Dari sisi pelayanan, memberikan pelayanan yang juga terbaik. Selanjutnya dari aspek placement dan pemahaman kebutuhan pelanggan, juga harus dipikirkan kemudahan untuk diakses dan mengetahui dengan baik segmentasi pasar, dengan tidak mematikan atau merusak harga pasar pedagang yang lain dan membanting harga secara berlebihan untuk mematikan usaha pedagang lain.
Termasuk dalam kategori profesional ini adalah sikap dan cara berpakaian kita. Rasulullah digambarkan sebagai sosok yang selalu berpenampilan menarik, sopan, rapi, bersih, dan sehat.
Dengan demikian profesional dalam konteks ini adalah komitmen memberikan kualitas terbaik dalam bentuk barang, layanan, penampilan dan sikap yang tidak melanggar ketentuan Allah dan hukum yang berlaku. Sehingga berujung pada kepuasan pelanggan.
Kedua, faktor Kekuatan Ruhiyah. Kekuatan yang lahir dari pemahaman atas aspek ruhani dan terbangun berkat intensitas hubungan seorang hamba dengan Allah rabbul’alamin. Dalam konteks ini, Rasulullah SAW memiliki pemahaman bahwa segala sesuatu sesungguhnya terjadi atas qudrat dan iradat Allah. Termasuk dalam mencari rezeki, sehingga:
- Meyakini sesungguhnya Allah telah menjamin rezeki semua makhluknya
Sebagaimana Allah nyatakan dalam firman-Nya dalam Alquran Surat Hud ayat 6:
"Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)" – QS. Hud:6
Bekerja, termasuk dalam hal ini berdagang, adalah ikhtiar untuk menyongsong rezeki tersebut. Sehingga perlu dilakukan dengan sebaiknya dan penuh perhitungan. Jangan sampai justru salah keyakinan dengan memAndang perdagangan atau pekerjaan sebagai sumber rezeki itu sendiri.
Karena yang akan disongsong adalah rezeki Allah, maka songsonglah dengan cara-cara yang diridai oleh Allah SWT. Kesadaran ini akan menumbuhkan kekuatan ruhiah untuk selalu bekerja dalam etos yang islami dan melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin, sehingga pelanggan puas dan Allah pun rida.
Rasulullah tentu orang yang paling paham dengan prinsip ini. Beliau bekerja dengan sebaik mungkin dan tidak marah atau kecewa kepada Allah manakala usaha atau perniagaannya tak seperti yang ia harapkan, karena sadar Allah yang memilki dan membagikan rezeki.
- Berharap pada pertolongan Allah dalam mengais rezeki
Rasulullah mengajarkan umatnya untuk selalu memohon pertolongan kepada Allah. Dalam segala situasi termasuk dalam bekerja dan berdagang. Tak boleh jumawa, meski kita telah kesohor sebagai marketing handal, tetaplah memohon pertolongan kepada Allah. Apalah artinya kehandalan kita sebagai manusia, jika Allah tak menolong maka tak ada lagi kehandalan yang bisa dibanggakan.
Rasulullah adalah manusia yang paling sadar bahwa sesungguhnya dirinya tanpa daya jika tidak atas pertolongan Allah. Rasulullah mungkin ahli berdagang, tetapi itu semua beliau sadari sebagai karunia dan pertolongan Allah
- Mendekatkan kepada Allah dan menjauhi maksiat
Rasulullah adalah hamba Allah yang paling dekat dengan Allah dan paling jauh dari maksiat. Perihidup ini menjadi salah satu kunci mudahnya rezeki turun pada saat beliau berniaga. Dalam hal ini beliau juga memberikan pedoman sebagaimana hadist berikut:
“Dari Tsauban bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda: Sesungguhnya seseorang akan terhalang dari rezekinya karena dosa yang ia lakukan” – HR Ibnu Majah
Ini jadi bahan renungan bagi kita semua. Kita bermohon kepada Allah untuk dikarunia rezeki-Nya. Namun pada saat yang sama kita masih rajin bermaksiat. Bisa jadi inilah penghalang antara kita dan rezeki kita.
- Senantiasa bertaubat kepada Allah. Rasulullah adalah manusia yang paling banyak membaca istighfar kepada Allah. Istighfar adalah bentuk pertaubatan dengan banyak mengingat dan memohon ampun kepada Allah sembari diikuti dengan tindakan meninggalkan perbuatan dosa dan kemaksiatan.
"Maka Aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha-Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepadamu hujan lebat, dan membanyakkan harta, anak-anak, dan mengadakan untukmu kebun-kebun, serta mengadakan untukmu sungai-sungai." – QS. Nuh:10-12
Jika kita banyak istighfar Insya Allah rezeki akan semakin lancar. Sebagaimana janji Allah tersebut.
Ketiga, aspek pengalaman dan pembelajaran. Keterampilan dagang rasulullah tidak lahir serta merta. Umumnya orang hanya tahu Rasulullah adalah pedagang lihai yang direkrut Khadijah. Padahal kepiawaian Rasulullah hingga terdengar oleh Khadijah adalah hasil proses belajar dan pengalaman yang panjang. Tarikh Islam menyebutkan bahwa pertama kali beliau ikut berdagang dengan pamannya, Abu Thalib, pada saat usia Muhammad masih tergolong belia yakni 12 tahun.
Dari usia 12 tahun hingga umur sekitar 24 atau 25 tahun saat direkrut Khadijah Binti Khuwailid, Muhammad terus menjalani profesi sebagai pedagang. Bahkan berkali-kali memimpin perniagaan ke luar negeri pada usia 17 tahun.
Artinya apa, kemampuan Rasulullah sehingga mampu tampil sebagai pedagang yang tajir sesungguhnya buah dari proses belajar yang panjang. Sehingga beliau bisa membaca peta bisnis, kebutuhan konsumen, sumber barang berkualitas, dan selalu memiliki gagasan baru untuk memikat pelanggan dengan layanan yang baik.
Jika Anda hari ini belum menjadi pedagang yang tajir, bisa jadi ada banyak hal terkait ilmu dan seni perdagangan yang belum Anda kuasai. Jangan putus asa, apalagi jika Anda baru mulai belajar berdagang. Nah, selamat mencoba kita-kiat Rasulullah tersebut. Semoga sukses dan barokah.
Wallahu a’lam bis shawaab
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!