Di tanah yang ditapaki para mujahidin, yang dipeluk oleh air mata para ibu yang kehilangan, di mana takbir-takbir kemuliaan menggema di atas reruntuhan kota, tibalah waktunya untuk kedamaian. Senapan-senapan telah hening setelah lama membising, pesawat-pesawat pun terdiam diganti suara deru yang baru di atas cakrawala. Bukan gemuruh bom, bukan rintihan luka, melainkan suara bumi yang menumbuhkan dan memberi, menceritakan janji-janji Allah yang tidak pernah diingkari.
"Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan beramal saleh bahwa Dia akan menjadikan mereka khalifah di muka bumi…" (QS An-Nur: 55).
Saat peluru tak lagi bersuara, maka yang berbicara adalah gandum di ladang-ladang yang haus, dan tembaga yang mengaum dari dalam perut gunung. Seolah-olah bumi dan langit Afghanistan berseru, "Era pembangunan telah tiba!"
Allah Swt menghendaki agar keadaan penduduk negeri ini berubah, menghilangkan mimpi buruk penjajahan, menghentikan luka perpecahan, dan mendatangkan keamanan setelah ketakutan, serta ketenangan setelah kekacauan.
Janji Allah tampak nyata ketika debu perang mulai reda, dan tanda-tanda keberkahan muncul baik pada tanaman, buah-buahan, maupun dari dalam dan luar bumi. Di dataran luas di Helmand dan Kandahar, para petani menyaksikan keajaiban firman Allah: "Maka apakah kalian yang menumbuhkan tanaman itu atau Kami yang menumbuhkannya?" (QS Al-Waqi’ah: 63-64).
Hari ini, bulir-bulir gandum bergoyang sejauh mata memandang, membawa kabar gembira bagi jutaan rakyat Afghanistan yang kemarin masih terpenjara oleh kelaparan dan blokade. Di kedalaman pegunungan, tempat orang-orang mengira tidak ada kehidupan kecuali besi dan api, kini mineral tembaga memancar. Mineral ini membawa kekayaan luar biasa di dalamnya, yang termasuk salah satu yang terbesar di dunia, menunggu tangan-tangan suci untuk mengarahkannya kembali menuju industri dan kebangkitan.
Imarah Islamiyyah Afghanistan berusaha, dengan visi yang mandiri dan jiwa yang beriman, untuk mengekstraksi kekayaan ini dan mengelolanya dengan cara yang adil, bermanfaat, dan menghidupkan harapan generasi masa depan. Bagi mereka, sumber daya ini adalah amanah, bukan hadiah untuk pihak asing, dan bukan pula harta yang boleh dihambur-hamburkan dalam transaksi korupsi. Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian bertanggung jawab atas yang dipimpinnya".
Tanah ini adalah Amanah, kekayaannya adalah tanggung jawab. Tidak boleh dikelola kecuali dengan cara yang diridhai oleh Allah dan menyejahterakan rakyat. Sungguh indah ketika letusan senjata tak lagi terdengar, digantikan bunyi mesin di pabrik gandum yang menderu, dan bumi berseri-seri kembali dengan buah-buahnya setelah lama kering.

Maha benar Allah dengan firman-Nya: "Dan orang-orang yang apabila dizalimi, mereka membela diri" (QS Asy-Syura: 39).
Rakyat Afghanistan telah menang saat mereka menegakkan agama, melawan kezaliman, dan kini mereka sedang memetik buah dari kesabaran mereka.
Gandum: Dari Blokade Menuju Swasembada
Berkat kebijakan pertanian yang dijalankan oleh Emirat Islam, sektor pertanian telah mengalami perkembangan nyata. Kementerian Pertanian dan Keuangan Emirat Islam mengumumkan pada kuartal pertama tahun 2025 bahwa:
- Produksi gandum di Afghanistan telah melampaui 5,4 juta ton per tahun.
- Lebih dari 300.000 ton benih unggul telah dibagikan kepada para petani.
- Lebih dari 750.000 jerib (± 150.000 hektare) lahan baru telah direhabilitasi untuk pertanian.
- Lebih dari 300 saluran irigasi baru telah dibangun di provinsi-provinsi pertanian.
Kini, provinsi Helmand, Kandahar, Balkh, Takhar, dan Nangarhar menjadi pusat utama produksi gandum. Padahal, sebelumnya wilayah-wilayah ini adalah zona konflik selama masa perang.
Tembaga: Harta Karun yang Terbangun dari Tidur
Sementara dari dalam bumi, suara lain pun berbicara: suara tambang. Proyek "Aynak" yang terkenal di Provinsi Logar — salah satu tambang tembaga terbesar di Asia — mengandung:
- Lebih dari 11 juta ton tembaga mentah berkualitas tinggi.
- Proyek ini mencakup area seluas 25 kilometer persegi.

Kementerian Pertambangan dan Perminyakan Imarah Islamiyyah Afghanistan mengumumkan bahwa mereka sedang meninjau kembali kontrak-kontrak tambang untuk menjaga kedaulatan nasional. Hal itu tergambarkan dalam beberapa Langkah berikut:
- Telah menyelesaikan evaluasi ulang proyek ini bersama tim lokal dan internasional.
- Berencana mengoperasikan tahap awal proyek sebelum akhir tahun 2025.
- Membuka peluang investasi bersama, dengan syarat-syarat yang menjamin tidak adanya penjarahan sumber daya dan tidak hilangnya kedaulatan.
Selain tembaga, proyek-proyek lain telah dimulai untuk menambang emas di Badakhshan, dan litium di Ghazni dan Daykundi, yang membuka jalan bagi kebangkitan industri yang lengkap, yang akan mengubah mineral menjadi sumber kedaulatan, bukan sekadar komoditas mentah.
Ketika Peluru Diam… Cerita Baru Dimulai
Bukan akhir tetapi awal sebuah kisah. Afghanistan kini memulai perjalanan baru — berlandaskan iman, bersenjata ilmu, dan bertemakan pembangunan. Biarlah desa-desa menjadi pabrik harapan, tambang-tambang menjadi penggerak ekonomi, dan ladang-ladang menjadi mimbar syukur kepada Allah, yang telah berfirman: "Jika kalian bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepada kalian" (QS Ibrahim: 7).
Maka, syukurilah dengan tindakan, bukan hanya kata-kata. Dengan kerja nyata, bukan sekadar harapan. Mari kita tanami tanah ini, gali mineralnya, dan bangun negeri ini dengan pandangan yang jernih — di bawah panji "Lā ilāha illā Allāh, Muhammadur Rasūlullāh".
Sumber: Majalah Ash-Shumud edisi 236, Agustus 2025, halaman 15-17.
Ditulis oleh: Maulawi Ihsanullah "Ahrar" (Mujahid dan pengamat Ekonomi Afghanistan).
Diterjemahkan oleh: Anshari Taslim.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!