Menanggapi temuan Kementerian Kesehatan bahwa terdapat sekitar 5.100 kasus baru ibu rumah tangga yang terkena HIV setiap tahun, dengan 33 persen terkonfirmasi positif HIV dari pasangannya yang terpapar karena berperilaku seks berrisiko, Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Islam (PP PERSIS), KH. Dr. Jeje Zainuddin, menyebut hal itu sebagai musibah yang luar biasa. Apalagi, data Kemenkes itu juga mengungkap, 20-45 persen penularan HIV ditularkan melalui ibu kepada anaknya.
“Ini adalah musibah yang luar biasa. Dan itu fenomena gunung es. Pasti ada yang belum terdata, dan jika terdata, jumlahnya bisa sampai 10 kali lipat,” tegasnya.
Ustadz yang juga menjabat Ketua MUI Bidang Seni dan Budaya Islam itu menyebut, temuan tersebut menjadi peringatan yang sangat keras bahwa kita sudah sangat permisif dalam pergaulan. Ustadz Jeje mengatakan, banyaknya ibu rumah tangga yang terpapar HIV membuktikan bahwa pergaulan bebas tampaknya sudah merajalela sampai kepada orang yang sudah berkeluarga.
“Kemungkinannya yang pertama adalah suaminya melakukan kontak bahkan hubungan seksual bebas dengan wanita-wanita yang bukan mahromnya, kemudian membawa ke keluarganya. Kemungkinan yang kedua, memang sudah ada penyimpangan yaitu perselingkuhan dengan wanita ilegal yang sudah berpenyakit, sehingga berdampak pada keluarganya. Secara teologis, ini peringatan dari hadits Nabi, maksiat yang disegerakan hukumannya, salah satunya adalah maksiat perzinahan,” katanya.
Ustadz Jeje yang terpilih sebagai Ketua Umum PP PERSIS dalam Muktamar XVI PERSIS, September 2022, itu melanjutkan, penting untuk mengontrol media komunikasi, khususnya media sosial. Isi media sosial yang sulit dikontrol dapat menjadi salah satu sumber perilaku seksual yang menyimpang.
“Saat ini kita sedang mengalami ironi dalam dakwah (paradoks dakwah). Yaitu di saat semarak dakwah berlangsung di mana-mana, berkembanganya lembaga-lembaga tahfidz, tetapi di sisi lain kita mengalami degradasi moralitas yang sangat luar biasa, terutama dalam pergaulan. Salah satu sebabnya adalah kita belum bisa membendung dampak negatif dari media sosial. Jadi, kekuatan dakwah dan pendidikan belum mampu membentengi rusaknya media sosial yang sulit dikontrol dan masuk ke dalam keluarga kita. Itu persoalan yang belum terpecahkan,” ulasnya.
Agar penyebaran HIV bisa diminimalkan, Jeje Zainuddin mengatakan, perlu penjagaan intensif. Menurut dia, kalau dakwah telah mampu menyentuh sampai kepada nilai-nilai kekeluargaan, itu akan memperkuat ketahanan dari penyelewengan dan perselingkuhan. Pada akhirnya akan dapat menjaga kesehatan masyarakat.
“Secara internal Persis ada pembinaan secara intensif, pengkajian, pengawasan, dari jamaah tingkat pusat sampai tingkat dasar. Sampai saat ini, alhamdulillah dan semoga tidak akan pernah ada jamaah PERSIS yang terpapar. Ini adalah indikasi, secara internal kita berhasil menjaga. Yang belum bisa kita lakukan saat ini adalah bagaimana agar proteksi dakwah ini melebar ke berbagai kalangan,” tuturnya.
Ia pun menegaskan, pada akhirnya semua itu terpulang kepada kita sendiri. Sebab, kita sendirilah yang mampu mengontrol keluarga kita. Maka, kita harus tetap waspada.
“Salah satu langkah konkrit kami di jam'iyyah melalui otonom perempuan (Persatuan Islam Istri/Persistri). Begitu juga dengan pemudanya dan mahasiswanya. Nama programnya adalah ketahanan keluarga. Salah satunya dengan melakukan asesmen, apakah ada di lingkungan kita yang terjerumus. Kita harus tetap waspada. Kita harus membuat formulasi dan model-model pembinaan yang intensif kepada keluarga muslim. Sehingga, kontrol terhadap keluarga itu menjadi andalan utama. Karena siapa yang bisa mengontrol keluarga kita, kecuali kita sendiri? Ketahanan keluarga ini harus dipasang dari suami ke istri sampai ke anak,” pungkasnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!