Gelaran ISEF tahun ini bertema “Accelerating Sharia Economy and Finance Through Digitalization For Inclusive and Sustainable Growth”. Sejumlah 793 exhibitor dari Indonesia serta 20 negara sahabat akan hadir di area seluas 10.000 m2 di JCC itu. Melibatkan 22 Kementerian/Lembaga, 37 asosiasi, 1.003 pelaku industri dan 46 mitra internasional, ISEF 2023 akan dimeriahkan rangkaian 62 agenda seminar, talkshow, dan berbagai event lain.
ISEF adalah gelaran yang diinisiasi Bank Indonesia sejak 2014. Tahun ini, ISEF menargetkan dihadiri setidaknya 40.000 pengunjung, termasuk buyers dan investor dari dalam negeri dan manca negara.
Ketika menyampaikan sambutan, KH Ma’ruf Amin mengapresiasi penyelenggaraan ISEF yang konsisten digelar setiap tahun, dalam rangka meningkatkan literasi serta pangsa pasar ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air. Menurut Wapres, tingkat literasi ekonomi dan keuangan syariah di tanah air saat ini belum ideal, karena baru mencapai 23,3%. Hal ini juga berpengaruh terhadap capaian pangsa pasar keuangan syariah yang baru sekitar 10,9%. Untuk itu, Wapres meyakini kondisi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia dapat terus meningkat dan didorong pengembangannya, sehingga literasi ekonomi dan keuangan syariah Indonesia ke depan setidaknya mampu mencapai 50%.
“Semakin besar literasi ekonomi dan keuangan syariah, semakin besar pula penerimaan dan penggunaan produk ekonomi dan keuangan syariah oleh masyarakat, yang berujung pada peningkatan kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional,” jelas Wapres.
Berkaca pada pengembangan ekonomi syariah nasional 4 tahun terakhir, teknologi dan digitalisasi memiliki peran vital yang menggerakkan sektor ekonomi dan keuangan syariah, sehingga lebih lincah, adaptif, dan transformatif. Maka, Wapres meminta kepada seluruh pegiat ekonomi syariah pada perhelatan ISEF untuk terus meningkatkan dan memperluas pemanfaatan digitalisasi dan inovasi digital sebagai penggerak utama dan keuangan syariah yang akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas industri halal. Salah satu program digitalisasi yang dikembangkan adalah aplikasi Satu Wakaf yang diluncurkan bersamaan dengan penyelenggaraan ISEF hari ini, sebagai wujud digitalisasi di sektor dana sosial syariah yang akan meningkatkan kualitas dan kapasitas pengelolaan wakaf.
Baca Juga : Adian Husaini: Berharap Erick Thohir Bawa Ekonomi Syariah Kian Berjaya
Di kesempatan yang sama juga dilakukan peluncuran masterplan industri halal Indonesia sebagai dokumen penting bagi keberlanjutan pengembangan industri halal di tanah air. Menurut Wapres, pertumbuhan jumlah pengusaha muslim atau syariah harus terus didorong melalui program inkubasi, penguatan kapasitas pengusaha yang sudah eksis, dan menghijrahkan pengusaha yang konvensional menjadi syariah. Sebab, industri halal, industri keuangan, serta dana sosial syariah semisal wakaf dan zakat tidak akan optimal jika tak ada pengusahanya.
Kolaborasi ISEF-HEI (Halal Expo Indonesia) merupakan salah satu ikhtiar yang memperkuat mata rantai ekosistem ekonomi syariah di Indonesia. ISEF-HEI menjadi ajang pameran Business to Business sekaligus Business to Consumer terbesar di Indonesia, lengkap dengan berbagai program acara menarik semisal International Conference, Business Matchmaking, Business Forum, dan special event lain. Di area seluas 3.500 M2 di hall A, HEI menghadirkan sekitar 120 stand yang terdiri pelaku bisnis dari dalam dan luar negeri, diantaranya dari Malaysia, Kamboja, Belarusian, Cina, india, Egypt, Iran, Ethiopia, Saudi Arabia, Srilangka, India, USA, Yordan, Jepang, Turki, bahkan Palestina.
Serangkaian konferensi selama gelaran ini membahas tema-tema actual. Di antaranya kesempatan dan tantangan produk-produk Indonesia menembus pasar global, khususnya di Jepang, Malaysia, Singapura, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, dan China. Juga ada konferensi bertajuk “Inovasi dalam Ekosistem Halal: Menjelajahi Peluang Global dalam Industri Halal”, yang menghadirkan Mufti Faraz Adam (Chief Executive Officer / CEO Amanah Advisors, lembaga konsultan keuangan syariah dan fintech yang berbasis di Inggris), bersama dr. Sari Chairunissa (Wakil Presiden R&D Paragon Corp), Dima Djani (HIJRA Bank), dan Novel Tjahyadi (Managing Partner di IntiHub).
Di dalam pemaparannya, Mufti Faraz Adam menekankan pentingnya inovasi dalam ekosistem halal, peluang dan tantangannya di masa depan, sehingga menumbuhkan pemahaman dan apresiasi yang lebih dalam terhadap evolusi berkelanjutan dalam industri halal, yang didasarkan pada perpaduan teknologi, etika, dan prinsip-prinsip syariah.
Panel berikutnya bertema “Strategi perdagangan dan kolaborasi ekonomi dalam produk halal global” dengan pemateri Ir. Ganef Judawati (Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan), Putu Rahwidhiyasa (Direktur Bisnis dan Kewirausahaan Syariah, KNEKS), dan Heri Akhmadi (Duta Besar Republik Indonesia di Tokyo).
Tren teknologi Artificial Intelligence yang diklaim menjadi teknologi yang akan berkembang masif di masa depan turut diangkat dalam konferensi yang bertajuk “Penggunaan AI dalam Ekonomi Halal” dengan pembicara Hendra Sumiarsa (Supervisory Board Member of Indonesia Artificial Intelligence Society [IAIS]). Ada juga panel diskusi bertajuk “Ekonomi Halal: Membuka Jalan Menuju Net Zero” yang menghadirkan Arfan Arlanda (CEO & Founder of jejakin.com), KADIN Net Zero Hub, dan Vitri Sekarsari (Deputy Head Partnership and Resource Mobilization LTKL [Lingkar Temu Kabupaten Lestari]).
Baca Juga : Silaturahmi Muhammadiyah dan NU : Problem Ummat adalah Politik, Ekonomi dan Moral
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno juga berkesempatan memberikan pemaparan tentang “Peluang Investasi Bisnis Pengembangan Industri Halal” bersama Dr. Mohammed Al-Jammaz (AlJammaz Group), Nasser A. Alajroush (Director of Investment, AlRajhi Partners), dan LPPOM MUI. Serta sejumlah tema lain, semisal skalasi bisnis tanpa riba, meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi produk halal, akselerasi sertifikasi di berbagai sektor terkait seperti industri hospitality, wisata halal, pengelolaan dana zakat dalam pemberdayaan ekonomi umat, literasi eksyar dan edutainment.
CFO PT Halal Expo Indonesia, Aryo Wibisono, mengatakan, rangkaian konferensi yang digelar selama HEI bertujuan untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah sekaligus memperluas jejaring dengan mitra HEI di luar negeri, di antaranya Saudi International Halal Expo, Halal Expo Nigeria, Halal Expo London, Malaysia International Halal Showcase (MIHAS), Korea Halal Authority, Halal Control Germany, Vietnam Halal Center, Japan Halal Certification Promotion Organization, Cape Malay Consultant dan lainnya. Halal Expo Indonesia juga baru saja menanda tangani perjanjian strategis dengan Wasabih, sebuah komunitas online ekonomi syariah yang diperhitungkan di dunia. Anggotanya terdiri dari para profesional dan pelaku bisnis halal. Melalui platform Wasabih, berbagai bisnis halal akan saling terhubung sehingga dapat mempermudah pelaku usaha dalam menemukan mitra bisnis yang cocok, merencanakan pertemuan dan melakukan deal business (business matchmaking).
Di dalam gelaran HEI di ISEF 2023, Komunitas Pengusaha Muslim Indonesia (KPMI) sebagai mitra strategis turut menyuguhkan program Export Academy – sebuah ekosistem pengembangan SDM ekspor yang digagas oleh KPMI bekerja sama dengan Nudira Learning Centre, Aspenku dan Hibbu Creative House – siap meningkatkan skalasi bisnis para pelaku bisnis produk halal menuju pasar global. Menurut Ketua Umum KPMI, Rachmat Sutarnas Marpaung, melalui program tersebut, pelaku usaha tidak hanya mendapatkan pembelajaran bisnis secara online melalui video pembelajaran berbasis SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), sekaligus secara offline melalui pendampingan intensif dan terus menerus agar pelaku usaha bisa berkembang optimal di pasar internasional.
“Kami secara simultan melakukan pendampingan teknis bagaimana meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi, dukungan pemasaran dan promosi melalui kegiatan misi dagang dan pameran dagang di dalam dan luar negeri. Selain itu kami memberikan dukungan pembiayaan ekspor dalam skema syariah dengan mitra strategis KPMI. Bahkan kami juga membantu pelaku usaha yang kapasitas produksinya sedikit bisa mengikuti program ekspor barengan,” ungkap Rachmat Sutarnas Marpaung.
Selama HEI berlangsung, pelaku usaha berkesempatan ikut business matching yang diselenggarakan KPMI. Menurut Rachmat Sutarnas Marpaung, proses business matching dilaksanakan sejak sebelum gelaran HEI di ISEF untuk mengetahui kebutuhan buyer dan mempertemukannya dengan seller terkait. Saat HEI, buyer dan seller dapat bertatap muka langsung di business lounge atau stand-stand mereka.
Hadir di ajang HEI, Export Aggregator yang siap membantu pelaku usaha memasuki pasar Internasional di Dubai, Amerika Serikat, Jepang dan Filipina. “Adanya agregator ekspor bisa membantu para calon eksportir untuk memahami proses kegiatan ekspor sekaligus mengecek minat pasar di negara tujuan ekspor. Kemudian jika perkembangan permintaan pasarnya positif bisa melakukan ekspor mandiri di masa depan,” pungkasnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!