Rabu (24/9/2025) dini hari, sepuluh kapal dari Global Sumud Flotilla (GSF) yang berlayar untuk menembus blokade Gaza diserang oleh pesawat nirawak (drone). Terdengar gemuruh suara ledakan, tetapi hingga kini belum ada kepastian mengenai kerusakan kapal maupun adanya korban jiwa.
Pelapor khusus PBB untuk hak asasi manusia di Palestina, Francesca Albanese, menyebutkan, tujuh serangan drone menargetkan kapal-kapal armada di Laut Mediterania. Ia menyebut, ada 15 drone yang terbang di atas kapal-kapal armada menuju Gaza.
Di dalam pernyataannya, GSF juga menyebutkan bahwa beberapa drone menjatuhkan benda tak dikenal dan mengacaukan sistem komunikasi kapal.
Ini bukan kali pertama drone melayang di atas armada tersebut. Dua hari lalu, reporter media Al Jazeera juga mencatat adanya drone pengintai yang kembali melintas di atas kapal-kapal GSF.

Ancaman Penjajah Israel
Dua hari yang lalu, pada Senin (22/9/2025), Penjajah Israel mengancam dan melarang GSF memasuki wilayah – yang mereka sebut sebagai – "zona pertempuran", dengan alasan armada itu berusaha melanggar blokade laut atas Gaza.
Di dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri penjajah Israel menegaskan bahwa Tel Aviv tidak akan mengizinkan kapal-kapal tersebut masuk ke zona konflik aktif atau menembus blokade laut. Penjajah Israel juga menuduh Hamas mengorganisasi pelayaran armada itu demi kepentingan politiknya.
Di dalam pernyataan itu, penjajah Israel menawarkan agar kapal bisa berlabuh di Pelabuhan Ashkelon, kemudian bantuan akan disalurkan ke Gaza melalui jalur darat.
Sebelumnya, penjajah Israel telah berulang kali membajak dan menyita kapal-kapal yang mencoba masuk ke Gaza, lalu mendeportasi para aktivis yang ada di dalamnya. Teranyar, penjajah sudah dua kali menggagalkan upaya serupa pada Juni dan Juli 2025 lalu, ketika aktivis Palestina berlayar berusaha menembus blokade Gaza melalui laut.
Sejak 2 Maret 2025, penjajah Israel menutup semua jalur masuk ke Gaza dan melarang distribusi bahan pangan maupun bantuan kemanusiaan. Akibatnya, wilayah itu jatuh ke dalam kondisi kelaparan akut, meski ribuan truk bantuan menumpuk di perbatasan.
Sejak 7 Oktober 2023, penjajah Israel – dengan dukungan Amerika Serikat – melancarkan genosida di Gaza. Data terakhir menunjukkan 65.382 warga Palestina gugur, 166.985 lainnya terluka — sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu, kelaparan telah merenggut nyawa 442 orang, termasuk 147 anak-anak.
(Diolah dari berbagai sumber)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!