Penjajah Israel terus mencari-cari cara demi merebut tanah suci Al-Quds. Tidak hanya lewat serangan bom yang membabi buta, mereka juga membuat propaganda sistematis guna mendistorsi sejarah. Sejak 1978, mereka menjalankan proyek pendirian kuburan palsu secara masif di Silwan, kawasan strategis di jantung Yerusalem.
Nisan-nisan di atas tanah itu mencantumkan nama-nama Yahudi yang diklaim telah lama wafat. Batu-batu tua dengan simbol Bintang Daud dan lambang Kuil pun dipasang. Sebagian batu-batu tua itu bahkan didatangkan dari luar negeri. Guna menciptakan kesan kuburan kuno, di bawah galian sedalam 35 cm, ditanam batang besi dan dituangkan beton bertulang.
Menurut Al-Jazeera, proyek itu merupakan kebijakan sistematis yang melibatkan Balai Kota Yerusalem, Kementerian Urusan Agama, Otoritas Alam dan Purbakala, organisasi pemukim, serta asosiasi pemakaman, di bawah koordinasi Kantor Perdana Menteri Israel.
Ketua Komite Makam Islam di Yerusalem, Mustafa Abu Zahra, mengatakan, para pekerja Otoritas Purbakala Israel-lah yang menggali dan menuangkan beton bertulang, lalu menambahkan batu dan tanah agar terlihat tua. Padahal, dokumen resmi dari Departemen Wakaf Islam di Yerusalem menyatakan tanah itu adalah milik wakaf umat Islam secara sah.

Motif Pendirian Kuburan Palsu
Setelah gagal menemukan bukti arkeologis kehadiran Yahudi di Yerusalem, lembaga resmi dan organisasi pemukim Israel mulai merekayasa sejarah melalui proyek kuburan palsu. Tujuannya jelas:
- Menguasai tanah wakaf dan properti pribadi milik warga Palestina.
- Mengendalikan wilayah sekitar Masjid Al-Aqsa sebagai tahap awal untuk merobohkannya dan membangun Kuil Solomon sebagai gantinya.
- Mendistorsi sejarah Yerusalem dan menghapus identitas visual serta budaya Islam-Arab sepanjang masa.
- Menghancurkan rumah-rumah warga Palestina dan menutup jalan-jalan dengan alasan melakukan pembangunan di atas kuburan Yahudi.
Pernyataan Aktivis dan Para Tokoh Palestina
Aktivis warga Silwan, Khalid al-Zeer, mengatakan, tidak ada jenazah sama sekali di lahan tersebut. Yang terjadi adalah mereka membawa batu, menggali tanah, lalu mengklaim secara sepihak bahwa dulunya di sana terdapat pemakaman, guna menciptakan realitas baru yang menguntungkan penjajah.
Melalui metode ini, penjajah Israel telah menguasai lebih dari 100 dunam (sekitar 10 hektare) tanah di Wadi al-Rababa, dan kini proyek serupa sedang berjalan di empat lokasi lain di Yerusalem.

Ketua Komite Pembela Tanah dan Properti Silwan, Fakhri Abu Daib, memberikan peringatan terkait jumlah kuburan palsu yang kian menjamur dan terus menggerus wilayah Al-Quds.
“Yang lebih berbahaya, adalah ketika sebuah area diklaim sebagai bekas kuburan Yahudi. Saat itu, warga Palestina kehilangan hak secara hukum untuk menggugat penyitaan. Hukum Israel secara otomatis mengalihkan kepemilikan dan pemanfaatan tanah kepada institusi-institusi milik pemerintah penjajah. Jadi, tidak ada ruang untuk protes,” tegas Abu Daib.
(Diolah dari berbagai sumber)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!