Masa depan Afghanistan setelah 20 Tahun Pendudukan Amerika Serikat

Masa depan Afghanistan setelah 20 Tahun Pendudukan Amerika Serikat
Warga Afghanistan berbaris di luar bank di Kabul / (Reuters)

Afghanistan tengah berbenah. Memang, masih banyak persoalan yang mereka hadapi dalam dua tahun terakhir, pasca dua puluh tahun berada di bawah pendudukan Amerika Serikat. Namun, perkembangan dan pertumbuhan di negara yang terletak di Asia Selatan dan Asia Tengah itu tetap merupakan sebuah catatan tersendiri.

Mencoba menganalisis secara kritis sebuah negara yang telah mengalami kesulitan dan keadaan unik seperti itu harus datang dengan rasa empati. Selain itu, analisis juga hendaknya berangkat dari keinginan untuk memahami konteksnya secara komprehensif sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan.

Kesenjangan yang terjadi di antara pedesaan dan perkotaan saat ini di sana tidak sama dengan yang selama ini kita kenal. Oleh karena itu, pemerintahan dan struktur sosial Barat atau bahkan sebagian besar wilayah Timur yang dijajah tidak dapat direplikasi di negara yang tengah mencoba membangun kembali negerinya setelah mengalami perang dan pendudukan asing selama empat puluh tahun totalnya.

Empati penting kita berikan. Sebab, bukankah kita bertanggung jawab atas Muslim Afghanistan? Tanggung jawab kita terhadap rakyat dari negara yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Pakistan di timur dan selatan, Iran di barat, Turkmenistan dan Uzbekistan di utara, serta Tajikistan dan Tiongkok di timur laut itu tidaklah berbeda dengan tanggung jawab kita terhadap Muslim lain di seluruh dunia.

Sudah terlalu lama, saudara dan saudari kita di negara seluas 652.000 km² itu harus menanggung kesulitan. Selama itu, mereka menerima sedikit dukungan global dari umat Islam, khususnya komunitas Muslim di Barat, yang secara psikososial terkena dampak pasca serangan 9/11 dan narasi tentang "Perang Melawan Teror".

Banyak dari kita tumbuh dewasa dengan melihat identitas Muslim menjadi sasaran media dan sekuritisasi global serta kriminalisasi terhadap Islam. Kita meihat, hal tersebut secara tidak langsung telah menciptakan komunitas yang merasa perlu untuk memproteksi diri mereka sendiri, agar tidak menentang ketidakadilan global.

Selama dua puluh tahun, media massa di Barat menggambarkan Afghanistan sebagai negara barbar yang membutuhkan penyelamatan. Tak bisa dimungkiri, propaganda mereka begitu kuat, sehingga kita tidak bisa melihat ketidakadilan dari perang senilai 2,313 triliun dollar yang merenggut nyawa 243.000 warga Afghanistan itu. Angka itu pun adalah perkiraan. Kemungkinan angka riilnya jauh lebih tinggi dari itu. Dan angka-angka itu pun tidak termasuk ratusan bahkan ribuan orang Afghanistan yang kehilangan nyawa karena penyakit, infrastruktur yang buruk, serta gangguan pada mental dan fisik yang merupakan dampak sekunder.

Meneropong masa depan Afghanistan perlu menggunakan banyak parameter. Penting juga untuk menyoroti statistik terbaru yang dirilis oleh Costs of War Project di Brown University. Angka statistik yang mereka rilis telah mengungkapkan bahwa konflik pasca serangan 9/11 telah mengakibatkan lebih dari 4,5 juta kematian di seluruh Afghanistan, Pakistan, Irak, Libya, Suriah, Somalia, dan Yaman.

Tantang narasi dan lawan prasangka

Mengingat hal-hal di atas, komunitas gerakan Islam perlu terus didorong untuk melihat lebih tajam. Juga menelaah ke dalam praduga tentang negera itu. Dengan melakukan itu, kita akan dapat mengambil langkah lebih dekat untuk menjadi kritis secara obyektif melihat persoalan yang terjadi di sana.

Selanjutnya, kita harus bertanya kepada diri sendiri. Apa standar atau kriteria kesuksesan kita? Dari mana kriteria itu berasal?

Kita memang tidak bisa meneropong masa depan. Apa yang akan terjadi di masa depan merupakan rahasia Allah SWT. Namun, kita bisa berhadap dan berdoa agar kondisi yang terbaiklah yang akan terjadi di masa depan.

Mari mantapkan hati kita bersama seluruh umat, dan menyerahkan keberhasilannya kepada Allah SWT. Mari kita berdoa agar iman menang di hati umat Islam di seluruh dunia. Dan agar kita dapat bersatu serta saling membantu menuju kebaikan. Aamiin.

(Sumber: Islam21c.com)

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.