Matahari Kembar dan Indonesia Gelap

Matahari Kembar dan Indonesia Gelap
Matahari Kembar dan Indonesia Gelap / Foto AI

Apa yang akan terjadi jika dalam sistem tata surya kita mendadak muncul satu lagi matahari yang menjadi kembaran matahari yang sudah ada? Apakah bumi tempat tinggal kita akan makin hangat, terang, dan nyaman?

Alih-alih jadi semakin hangat dan terang, para ahli justru berkeyakinan bahwa bumi akan makin kelam. Bisa jadi kelam karena gosong oleh temperatur yang sangat tinggi. Bisa juga terjadi chaos yang diakibatkan rusaknya pola orbit dan edar planet karena gravitasi dua matahari akan mengakibatkan kekacauan pada lintasan masing-masing planet yang telah mapan selama ini. Planet dan benda langit lain bisa saling bertubrukan yang berujung pada kehancuran alam raya.

Di dalam kosmologi Islam, tidak dikenal istilah matahari kembar. Ada nubuwah tentang matahari yang bakal muncul dari arah barat menjelang kiamat nanti. Tetapi tidak ada doktrin tentang matahari kembar.

Di dalam dunia sains memang dikenal ada istilah bintang biner, sering disebut juga sebagai bintang ganda. Bahkan para ahli memiliki dugaan yang kuat bahwa matahari dalam sistem tata surya kita dahulu punya pasangan, namun ini baru bersifat hepotesis yang masih harus dibuktikan.

Tertangkapnya Maryoto, Buron 16 Tahun karena Korupsi Rp 37 Juta: Harus Sedih atau Bahagia?
Kasus Maryoto hanya menimbulkan kerugian yang relatif kecil, 37 juta Rupiah. Haruskah bersyukur atas tertangkapnya Maryoto? Atau meratapi penegakan hukum yang tumpul rasa keadilannya? Benarkah kita sedang menegakkan hukum tanpa tebang pilih?

Faktanya, hari ini kehidupan di bumi teratur dan jagat raya berada dalam posisi keseimbangan yang dinamis karena dalam sistem tata surya kita hanya ada satu matahari. Siklus kehidupan pun tertib akibat dari keseimbangan itu. Maha Suci Allah yang telah menegakkan mizan bagi keseimbangan jagat raya.

Siang dan malam bergulir dengan teratur. Temperatur bumi, kutub-kutub bumi, musim yang datang silih berganti dengan konsisten, adalah buah langsung dari ketertiban alam raya. Tak terbayangkan kerusakan yang bakal terjadi jika sekonyong-konyong muncul matahari baru dalam sistem tata surya kita.

Fenomena Matahari Kembar di Jagat Politik Indonesia

Dunia politik adalah panggung yang berbeda. Kebijakan dan nalar politik kerap tak konsisten di jalur edar masing-masing. Overlapping adalah fenomena yang biasa. Tubrukan antar kekuatan politik pun lazim terjadi.

Matahari kembar? Itu pun sudah biasa. Paling tidak, di tingkat ketua partai politik, fenomena matahari kembar kerap dan lazim terjadi.

Di dalam perbincangan politik Indonesia, istilah “Matahari Kembar” sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana terdapat dua pusat kekuasaan atau figur dominan dalam satu institusi, partai politik, atau bahkan dalam pemerintahan.

Secara metaforis, “matahari” adalah simbol otoritas, kepemimpinan, dan sumber energi politik. Di dalam budaya politik Indonesia yang masih sangat personalistik, sosok pemimpin sering kali menjadi figur sentral dan bahkan sakral. Maka, ketika muncul dua tokoh dengan pengaruh dan legitimasi yang nyaris setara dalam satu ruang kekuasaan, fenomena ini disebut sebagai “matahari kembar”.

Adili Jokowi, Siapa Berani?
Aksi vandalisme “Adili Jokowi” tampaknya perlu dilihat lebih serius. Dilanjutkan konvoi “Adili Jokowi” di beberapa tempat. Setelah ramai berita tentang vandalisme dan konvoi Adili Jokowi, pesan serupa juga menjadi trending topic di platfom X . Siapa yang menjadi dirigen aksi “Adili Jokowi” itu?

Telah lama ada bisik-bisik, kepemimpinan nasional kita hari ini seperti ada dualisme. Seolah ada dua poros kekuasaan, ada fenomena matahari kembar!

Beberapa kasus dijadikan argumen untuk membuktikan dugaan adanya fenomena tersebut. Kasus mutasi Letjen Kunto Arief Wibowo yang hanya berusia satu malam dianggap banyak pihak sebagai bukti paling nyata adanya fenomena matahari kembar dalam kemimpinan nasional kita.

Benarkah? Tak terlalu urgent untuk mencari jawabannya. Indonesia memang luas, penduduknya banyak, masalahnya bejibun. Atas alasan itu, Pak Prabowo membangun kabinet yang tambun. Agar masalah pembangunan dan kesejahteraan rakyat dapat ditangani oleh banyak orang.

Jika isu matahari kembar benar adanya, barangkali bisa dilihat dari sudut itu. Indonesia perlu dipimpin oleh banyak pihak, karena urusannya bejibun! Jika perlu, oligarki pun boleh cawe-cawe. Yang penting masalah kelar dan rakyat sejahtera.

Atau, jangan-jangan ini respon atas tudingan Indonesia gelap yang dilontarkan oleh para aktivis beberapa waktu lalu. Matahari-matahari politik dikumpulkan demi mengusir gelap.

Satu kekhawatiran menyelinap, semoga saja matahari-matahari itu tak saling menutupi di panggung kontestasi. Jika saling menutupi, yang terjadi justru gerhana. Akankah Indonesia kian gulita dengan banyak matahari yang saling menutupi?

Aku sekadar bisa menyarankan, mulailah menyalakan pelita di hatimu masing-masing, dengan cahaya langit dan bumi.

 

Oleh: Mahita Burhan

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.