Kitab hadis al-Arba’in al-Nawawiyyah adalah kitab hadis yang ditulis oleh Imam Yahya bin Syaraf al-Nawawi (W. 676 H). Penerimaan umat muslim di seluruh dunia terhadap kitab ini sangat luar biasa, salah satu buktinya adalah banyaknya syarh (penjelasan) terhadap kitab tersebut. Kitab ini memang tipis, hanya berisikan 42 hadis, namun banyak faidah yang bisa dipetik di dalamnya. Di antara syarah kitab al-Arba’in al-Nawawiyyah adalah:
- Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah karya Ibnu Daqiq al-‘Id (W. 702 H)
- Mantsur al-Durar min Kalam Khair al-Basyar karya Ibnu al-‘Imad (W. 808 H)
- Al-Tabyin fi Syarh al-Arba’in karya Ibnu Jama’ah (W. 819 H)
- Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah karya Zakariya al-Anshari (W. 926 H)
- Al-Fath al-Mubin bi Syarh al-Arba’in karya Ibnu Hajar al-Haitami (W. 974 H)
- dll.
Di antara sekian banyak kitab yang menjelaskan hadis-hadis di dalam al-Arba’in al-Nawawiyyah ini, kitab syarah yang paling terkenal adalah kitab yang ditulis oleh Imam Ibnu Daqiq al-‘Id sebagaimana yang dicantumkan oleh banyak penerbit dalam sampul-sampul kitab cetakannya. Namun, inilah yang perlu didiskusikan kembali. Penulis tidak mempermasalahkan isinya, namun apakah penisbatan kitab tersebut kepada beliau adalah hasil penelitian yang sudah final?
Gambar 1 menampilkan Kitab Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah yang dinisbatkan kepada Imam Ibnu Daqiq al-‘Id, pada halaman judul dan penjelasan hadis ke-6. Sedangkan Gambar 2 menampilkan manuskrip Kitab Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah yang dinisbatkan kepada Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, pada halaman judul dan penjelasan hadis ke-6 juga. Jika kita bandingkan keduanya, maka kita dapat menemukan bahwa isi dari kedua kitab tersebut sama persis. Secara logika, tidak mungkin ada dua kitab yang isinya sama, namun penulisnya berbeda, kecuali salah satunya melakukan tindakan plagiarisme, dan ini -penulis rasa- tidak mungkin ada pada ulama sekelas Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dan Imam Ibnu Daqiq al-‘Id. Kalau begitu, berarti ada kekeliruan dalam menyandarkan kitab ini kepada penulisnya. Lalu kepada siapa karya tulis ini dinisbatkan.
Syekh Riyadh al-‘Isa menyimpulkan bahwa kitab tersebut tidak sah dinisbatkan kepada Imam Ibnu Daqiq al-‘Id. Di antara alasannya adalah karena di kitab-kitab yang berbicara tentang biografi Ibnu Daqiq al-‘Id dan kitab-kitab yang menampilkan daftar kitab para ulama seperti Kasyf al-Zhunun, Abjad al-‘Ulum, Mu’jam al-Muallifin dan yang lainnya, tidak ada satu pun yang menyebutkan tentang Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah sebagai bagian dari karya tulis Imam Ibnu Daqiq al-‘Id.
Begitu pula di dalam daftar manuskrip, juga tidak ada yang menyebutkannya. Adapun penyebutan Brockelmann dalam Tarikh al-Adab al-‘Arabi dan al-Zirikli dalam al-A’lam bahwa kitab tersebut dinisbatkan kepada Ibnu Daqiq al-‘Id, maka menurut DR Qahthan Abdurrahman al-Dauri, tidak tepat. Sebab penyandaran terhadap kitab tersebut tidak disebutkan oleh ulama terdahulu. Sementara itu, Brockelmann dan al-Zirikli adalah orang-orang belakangan (tidak hidup semasa dengan Imam Ibnu Daqiq Al-‘id-red). Selain itu, Syekh Riyadh al-‘Isa mengatakan bahwa setelah dibandingkan antara Kitab Ihkam al-Ahkam karya Imam Ibnu Daqiq al-‘Id dengan Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah yang sedang di bahas ini, maka tidak ditemukan ciri-ciri, indikator, ataupun ungkapan yang menunjukkan bahwa Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah adalah karya Imam Ibnu Daqiq al-‘Id.
Lebih lanjut, Syekh Riyadh al-‘Isa juga lebih condong untuk menisbatkan kitab tersebut kepada Imam Ibnu Hajar, karena Ibnu al-‘Imad al-Hanbali (W. 1089 H) menyebutkannya di dalam Syadzarat al-Dzahab, dan didukung juga dengan dua manuskrip di Mesir dan Saudi di mana pada sampulnya tertulis Ibnu Hajar al-Asqalani. Keterangan selengkapnya bisa dilihat di sini (https://islamsyria.com/ar/شرح-الأربعين-النووية-ليس-لابن-دقيق-العيد/المقالات)
Peneliti yang lain seperti Syekh Muhammad Yaman Diyar Barkali mengatakan bahwa ada 4 manuskrip yang ditemukan terkait kitab tersebut, 2 manuskrip dinisbatkan kepada Ibnu Hajar al-Asqalani (W. 852 H), 1 manuskrip dinisbatkan kepada Ibnu Farih, dan 1 manuskrip lagi dinisbatkan kepada Ibnu Daqiq al-‘Id. Manuskrip ke-1 yang dinisbatkan kepada Ibnu Hajar terdapat di Perpustakaan Berlin. Manuskrip ini menurut Syekh Muhammad Barkali, bercampur. Halaman 1-30 dan 73-75 ditulis pada kisaran tahun 1200-1300 H, sedangkan halaman 29-72 ditulis pada kisaran tahun 900-1100 H. Manuskrip ke-2 yang dinisbatkan kepada Ibnu Hajar terdapat di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud yang ditulis pada tahun 1187 H. Sedangkan manuskrip yang dinisbatkan kepada Ibnu Farih juga terdapat di Perpustakaan Berlin yang ditulis pada kisaran tahun 850 H, bahkan bisa jadi ditulis antara tahun 833 H sampai dengan 874 H. Sementara itu, manuskrip yang dinisbatkan kepada Ibnu Daqiq al-‘Id terdapat di Penerbit Dar al-Kutub al-Mishriyyah yang ditulis pada tahun 1306 H.
Kesimpulan dari hasil penelitian beliau adalah kitab tersebut tidak sah dinisbatkan kepada siapa pun termasuk kepada Ibnu Hajar dan kepada Ibnu Daqiq al-‘Id. Kitab tersebut juga tidak sah dinisbatkan kepada Ibnu Farih, meskipun kitab tersebut seperti ringkasan dari Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah karya Ibnu Farih. Menurut beliau, kemungkinannya adalah kitab tersebut ditulis oleh seorang penuntut ilmu, bukan oleh imam besar manapun, karena mustahil manhaj Imam Ibnu Hajar dan Imam Ibnu Daqiq al-‘Id demikian. Keterangan selengkapnya bisa dilihat di sini (https://www.alukah.net/culture/0/96972/دراسة-حول-نسبة-شرح-الأربعين-إلى-الإم).
Setelah melihat keterangan dan alasan yang disampaikan oleh Syekh Riyadh al-‘Isa dan Syekh Muhammad Yaman Diyar Barkali, penulis condong kepada pendapat yang menyatakan bahwa Kitab Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah yang banyak beredar di tengah kita, tidak tepat disandarkan kepada Imam Ibnu Daqiq al-‘Id. Kemungkinannya adalah kitab tersebut merupakan karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, karena selain manuskrip yang ada di Perpustakan Berlin dan Universitas Imam Muhammad bin Su’ud, manuskrip Syarh al-Arba’in al-Nawawiyyah yang lainnya juga ada di Kementerian Wakaf Palestina di Gaza, dan manuskrip tersebut dinisbatkan kepada Ibnu Hajar al-Asqalani. (Manuskripnya bisa dilihat di sini: https://eap.bl.uk/archive-file/EAP1285-1-12-3-5), atau bisa juga penulis kitab ini majhul. Wallahu a’lam.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!