Menyampaikan Sejarah Buat Gen Z Lewat Komik

Menyampaikan Sejarah Buat Gen Z Lewat Komik
Menyampaikan Sejarah Buat Gen Z Lewat Komik / Kanzul R. (Sabili.id)

Sangat penting untuk menyampaikan sejarah kepada generasi muda. Sebab, orang yang tidak paham Sejarah bangsanya bagaikan manusia yang kehilangan masa lalu. Ia tak tahu dari mana berasal dan tak kenal siapa nenek moyangnya. Namun, perlu strategi khusus untuk menyampaikan sejarah itu kepada anak muda. Khususnya Generasi Z.

Hal itulah yang mengemuka dalam talk show bertajuk “Cerita di Balik Karya Komik Pahlawan Nusantara – The Untold Story” yang digelar di tengah ajang Islamic Book Fair (IBF) 2024, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, Kamis (15/8/2024) sore. Tiga narasumber tampil di talk show tersebut. Mereka adalah Artawijaya (Penulis Komik Mohammad Natsir), Hadi Nur Ramadhan (Founder Rumah Sejarah Indonesia), dan Mursidah Arifin (Cucu Buya Hamka). Sedangkan Duta Baca Jawa Barat 2023, Syifa Susilawati, tampil sebagai moderator.

Artawijaya menuturkan, upaya memperkenalkan tokoh bangsa semisal Mohammad Natsir kepada Generasi Z memang harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan pendekatan zaman. Artinya, menerbitkan komik itu jadi langkah yang ditempuh oleh Pustaka Al Kautsar untuk memperkenalkan para pahlawan Nusantara. Dan Mohammad Natsir adalah tokoh besar bangsa ini yang tidak hanya dimiliki oleh bangsa Indonesia, tetapi juga oleh dunia Islam. Hampir seluruh dunia mengenal kebesaran sosok Muhammad Nasir. Maka, pilihan pertama Pustaka Al Kautsar untuk memulai penerbitan komik seri sejarah bangsa itu adalah cerita tentang Mohammad Natsir.

“Komik lebih mudah diterima oleh Generasi Z atau Gen Z. Sehingga, pesan yang bisa dipelajari dari sejarah para tokoh akan lebih mudah ditangkap lewat komik. Sehingga, kita terbitkan komik ini. Itu di antara upaya Pustaka Al Kautsar untuk memperkenalkan para pahlawan atau pejuang Nusantara, di antaranya lewat komik. Mohammad Natsir adalah tokoh ulama sekaligus negarawan yang menggagas Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu melalui Mosi Integral Natsir tanggal 3 April 1950,” tuturnya.

Arta menyebut sejumlah kelebihan Mohammad Natsir. Ia adalah seorang ulama sekaligus pendidik, politisi, negarawan, guru, mentor, dan banyak lagi atribut yang dimiliki Doktor Mohammad Nasir. Ini yang menurut dia perlu diketahui oleh anak muda, khususnya Generasi Milenial dan Generasi Z.

Perjalanan Dakwah dari Ujung Kaki kanan Sulawesi Menuju Kepulauan Seribu
Puncak dari perjalanan dakwah Erwin adalah ketika ia diundang untuk mengisi khutbah Jumat di Pulau Sabira, pulau terluar dan terjauh di Kepulauan Seribu. Pulau Sabira posisinya lebih dekat ke Lampung daripada Jakarta.

“Anak muda banyak yang tidak mengenal siapa tokoh di balik gagasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi, dulu sebelum menjadi NKRI, sebelumnya negara kita namanya Republik Indonesia Serikat atau RIS yang dibentuk oleh kolonial Belanda, dengan tokohnya Van Mook. Ketika itu, Pak Natsir sebagai seorang politisi muslim dari partai Masyumi berpikir bagaimana Republik Indonesia Serikat ini disatukan di dalam satu kesatuan. Kemudian, beliau menggagas apa yang disebut dengan Mosi Integral Natsir tanggal 3 April 1950. Setelah itu Pak Natsir berkeliling ke daerah-daerah, meyakinkan para pemimpin di daerah, raja-raja, para tokoh, pemimpin-pemimpin daerah, kemudian dari hasil aspirasi masyarakat itu, disimpulkan keinginan masyarakat untuk bersatu dalam satu negara kesatuan. Dari aspirasi itulah, kemudian beliau membuat apa yang disebut dengan Mosi Integral Natsir,” urai Arta.

Mosi Integral Natsir yang dikeluarkan pada 3 April 1950 ini menjadi hal penting dalam sejarah bangsa Indonesia, bahkan disebut sebagai “Proklamasi Kemerdekaan Kedua Indonesia”. Maksudnya, Proklamasi Pertama adalah pernyataan kemerdekaan Indonesia yang dikumandangkan tanggal 17 Agustus 1945 dan melahirkan negara Indonesia, sedangkan Proklamasi Kedua adalah Mosi Integral tanggal 3 April tahun 1950 yang melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sehingga, tanggal dicetuskannya Mosi Integral Natsir itulah yang di kemudian hari ini disebut sebagai “Hari NKRI”.

“Itu luar biasa. Jadi, NKRI ini lahir dari rahim ulama. Dari gagasan besar seorang ulama yang namanya Mohammad Natsir. Kalau hari ini kita dibenturkan dengan isu anti NKRI, anti Pancasila, anti kebhinnekaan dan lain sebagainya, maka sungguhnya mereka yang menyebarkan isu itu sangat ahistoris. Mana mungkin umat Islam anti terhadap Pancasila, sementara Pancasila itu adalah gagasan para ulama? Butir-butir dalam Pancasila itu tentang keadilan, tentang hikmah, tentang musyawarah, tentang ketuhanan, dan lain sebagainya, itu butir-butir yang digagas para ulama. Tidak mungkin juga umat Islam itu anti NKRI,” kata Artawijaya.

Arta Kembali menegaskan, tidak mungkin umat Islam anti Bhinneka Tunggal Ika. Sebab, sejak lahirnya Republik ini, Bhinneka Tunggal Ika dijaga oleh para pendiri bangsa Indonesia, oleh para tokoh Islam, dan umat Islam bersepakat untuk kita hidup dalam satu negeri atau suatu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ini perlu diceritakan. Terutama kepada Generasi Milenial dan Generasi Z.

“Bagi Gen Z, ada satu keteladanan yang saya pikir hari ini patut kita tiru dari sosok Allahuyarham Mohammad Natsir. Yaitu betapa pun beliau itu dizalimi luar biasa, dipenjara selama kurang lebih 2 tahun 4 bulan tanpa proses persidangan, diperlakukan layaknya seorang tahanan, seorang kriminal, padahal beliau adalah tokoh yang sangat luar biasa, tetapi apakah kemudian Pak Natsir putus asa dalam berjuang atau menyerah dan tunduk pada kemauan orang yang berkuasa atau bertentangan dengan prinsip-prinsipnya, atau bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang dipegangnya? Bayangkan, beliau adalah Mantan Perdana Menteri Pertama NKRI ketika Indonesia berubah status dari RIS menjadi NKRI, tetapi kemudian dizalimi luar biasa dengan dipenjara selama 2 tahun 4 bulan, apakah kemudian Pak Natsir masa bodoh? Ternyata tidak! Ketika Pak Natsir masih di dalam penjara, datang utusan yang meminta bantuan kepada Pak Natsir agar bisa membuka hubungan dengan Malaysia – ketika itu terjadi konfrontasi antara Indonesia dengan Malaysia, sehingga utusan Presiden Soekarno tidak bisa menemui pemerintah Malaysia – Pak Natsir membuat memo atau surat. Lewat surat itu, barulah para tokoh Indonesia berhasil mengadakan pertemua itu,” kisah Arta.

Mazea Alfinzetha: Penulis Muda Berbakat dari Program “Satu Buku, Satu Cerita”
Mazea mengaku terinspirasi oleh seorang sahabat baiknya yang sangat suka menulis dan membaca buku. Rasa penasaran dan ketertarikannya pada dunia kepenulisan pun tumbuh.

Arta melanjutkan kisah, ketika berlangsung peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, Indonesia mengalami inflasi yang luar biasa. Di tengah situasi itu, terjadi Peristiwa Malari tahun 1974. Kerusuhan terjadi dalam Peristiwa Malari. Apa yang dilakukan oleh Pak Natsir?

“Ketika terjadi ribut-ribut soal penanaman modal asing, Pak Natsir me-lobby dunia internasional, berkirim surat ke Kuwait dan sebagainya, kemudian datanglah bantuan atau donasi dari negara-negara dunia Islam ketika itu. Itu jasa Pak Natsir. Bayangkan, tokoh yang sudah dizalimi, dipenjara selama 2 tahun 4 bulan tanpa proses persidangan, dipisahkan dari keluarga, tetapi tidak pernah menaruh dendam. Tidak. Pak Natsir menempuh jalan bersabar. Kata Pak Natsir, kita tempuh jalan bersabar, kita tempuh cara-cara konstitusional, kemudian kita berpegang pada prinsip yang kita perjuangkan selama ini,” urai Artawijaya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.