Sering kita mendengar para penceramah meriwayatkan hadist Rasulullah ﷺ yang menyebutkan bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah kaum perempuan. Riwayat ini benar adanya. Hadisnya pun hadist sahih.
“Aku diperlihatkan di surga. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah kaum fakir. Lalu aku diperlihatkan neraka. Aku melihat kebanyakan penghuninya adalah para wanita.” – HR. Bukhari, 3241 dan Muslim, 2737
Tentu banyak kaum muslimah yang was-was dengan hadist ini. Bahkan diam-diam banyak pula kaum perempuan merasa iri, karena menduga surga ternyata lebih mudah didapatkan kaum laki-laki. Namun benarkah seperti itu?
Sebagai kaum beriman, kita wajib mengimani bahwa Allah itu Maha Adil. Allah ﷻ memberikan hak yang sama kepada muslimah yang bertaqwa dan muslimin yang bertaqwa. Ganjarannya sama, surga Allah. Jika pun kemudian Rasulullah ﷺ memberikan informasi bahwa kebanyakan penghuni neraka adalah kaum perempuan, bukan berarti Allah tidak adil kepada kaum perempuan.
Kita, manusia, adalah makhluk yang bebas memilih. Jalan Allah telah jelas, mana yang hak dan mana yang batil. Allah juga telah memberikan konsekuensi yang sama atas semua pilihan yang kita ambil, tanpa memandang laki-laki atau perempuan.
Patut juga kita cermati, banyaknya kaum perempuan menjadi penghuni neraka tidak otomatis menjadikan mayoritas penghuni surga adalah kaum pria. Setidaknya, dalam hal ini penulis belum menemukan dalil yang menyebutkan bahwa mayoritas penghuni surga adalah kaum pria. Selanjutnya, perlu juga disadari bahwa statistik komposisi penduduk bumi juga menunjukkan, jumlah perempuan selalu lebih banyak dari kaum laki-laki. Maka bisa jadi, kaum perempuan juga merupakan mayoritas penduduk surga.
Nash yang muncul dari hadist Rasulullah ﷺ, justru menunjukkan kaum perempuan muslimah atau para istri sesungguhnya memiliki jalur masuk surga yang lebih mudah. Tiket ke surga bagi para ibu rumah tangga juga ternyata lebih murah.
Fakta-fakta ini penting dipahami kaum perempuan atau para istri, agar tidak frustrasi dengan kabar bahwa neraka didominasi kaum perempuan. Sesungguhnya Allah telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi kaum perempuan atau istri, untuk menggapai surga-Nya. Berikut ini adalah beberapa nash dimaksud.
Pertama, Memperoleh surga cukup berbekal rida suami. Tentu ini berlaku bagi muslimah. Tidak berlaku bagi perempuan non-muslim.
Jika Anda kaum muslimah dan berkedudukan sebagai seorang istri, ketika Anda meninggal dunia dalam kondisi suami rida, maka Anda dijamin masuk surga. Perhatikan hadist Rasulullah ﷺ berikut:
“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya rida kepadanya, maka ia akan masuk surga.” – HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854
Suami yang rida maksudnya adalah, ketika Anda sebagai kaum perempuan atau istri yang beriman, memperhatikan semua kewajiban seorang istri kepada suaminya dengan sungguh-sungguh dan sebaik-baiknya, sehingga suami senang dan tak pernah mengeluhkan sikap dan kewajiban Anda sebagai istri. Jadi, untuk memperoleh surga, kaum perempuan tak harus pergi jauh-jauh ke medan perang. Cukup berjihad dengan berbakti kepada suami dan mendidik anak-anak secara baik. Lucunya, kaum perempuan justru banyak yang emoh menempuh jalan ke surga yang murah-meriah ini.
Mereka justru senang mengambil jalan terjal dan penuh onak duri. Rajin ke majelis taklim tetapi penuh riya’, bukan sibuk dengan tholabul ilmi-nya, melainkan lebih suka memperhatikan busana apa yang harus dikenakan saat hadir di majelis taklim. Tampil luar biasa cantik dan wangi, yang entah disengaja atau tidak, membikin para ustadz kebat-kebit hatinya. Ini termasuk jalan menuju surga yang penuh onak dan duri, alias tidak mudah.
Alih-alih mendapat ilmu dan menaikkan kualitas takwa, rajin hadir di majelis taklim jika tidak dibarengi dengan kemampuan menata hati dan niat yang bersih, justru membuat para istri terjebak dalam ujub-bangga diri, ria-suka pamer, sum’ah-suka menceritakan kebaikan diri dalam rangka menangguk pujian atau sanjungan, serta terseret melakukan fitnah dan ghibah. Tentu bukan tak boleh taklim. Sebab, sudah jelas dalam anjuran agama Islam, menuntut ilmu hukumnya wajib. Yang perlu diwaspadai hari ini adalah, menjamurnya majelis taklim yang sekadar menjadi sarana pergaulan dan gaya hidup. Taklim yang seperti inilah yang harus diwaspadai.
Maka, pilihlah majelis ilmu dengan hati-hati dan jauhilah potensi timbulnya fitnah. Terus terang saja, harus disadari bahwa majelis taklim sekarang ini telah banyak yang terkontaminasi sebagai lifestyle atau gaya hidup ketimbang sebagai sarana tholabul ilmi.
Cara mengeceknya mudah. Jika taklim Anda benar, maka sikap taat Anda kepada suami akan meningkat dan Anda menyadari sepenuhnya bahwa ladang jihad Anda yang paling utama adalah di rumah. Bukan justru bersibuk-sibuk-ria di luar rumah dan mengabaikan kewajiban kepada suami dan anak-anak. Mari kita introspeksi dengan rendah hati.
Kedua, cukup dengan salat lima waktu, berpuasa, menjaga kemaluan, dan taat kepada suami, kaum perempuan atau para istri dipersilakan untuk masuk surga melalui pintu mana saja yang ia suka. Ini mengacu kepada sabda Rasulullah ﷺ berikut:
“Jika seorang wanita selalu menjaga salat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat kepada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, ‘Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.’” – HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471
Salat lima waktu, puasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina), dan benar-benar taat kepada suaminya. Empat hal itu tidak banyak. Empat hal yang sesungguhnya mudah. Sebab, anak-anak pun telah melakukan kewajiban tersebut dan mereka mampu.
Artinya, itulah betapa kasih-sayangnya Allah kepada kaum perempuan. Pintu surga seakan diobral untuk mereka. Dengan empat hal sederhana, kaum perempuan atau para istri boleh memilih pintu surga mana yang mereka kehendaki.
Tetapi lagi-lagi semuanya tergantung kepada kaum perempuan sendiri. Kebebasan memilih itu hak yang sepenuhnya Anda miliki. Gunakan kebebasan yang telah Allah anugerahkan dengan bijaksana. Akhirat itu kekal dan dunia itu fana.
Wallahu a’lam
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!