Netanyahu Ungkap Proyek "Israel Raya": Penjajahan dari Mesir ke Yordania, Termasuk Palestina

Netanyahu Ungkap Proyek "Israel Raya": Penjajahan dari Mesir ke Yordania, Termasuk Palestina
Netanyahu Ungkap Proyek "Israel Raya": Penjajahan dari Mesir ke Yordania, Termasuk Palestina/ Foto Bloomberg

Perdana Menteri Penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengungkap niat busuknya. "Saya merasa sedang menjalankan misi bersejarah dan spiritual. Saya sangat terikat dengan visi Israel Raya yang mencakup Palestina dan sebagian wilayah Yordania serta Mesir," katanya.

Pernyataan itu menegaskan betapa berbahayanya ideologi fasis yang diusung oleh rezim Zionis. Ambisi ekspansi itu tidak hanya mengancam Palestina, tetapi juga seluruh negara dan rakyat di kawasan. Hal itu juga mencerminkan sikap ekstrem dan penuh delusi Netanyahu bersama kelompok radikal yang berkuasa, yang kini tengah memimpin perang genosida dan pengepungan brutal terhadap rakyat Gaza, sambil memersiapkan perluasan agresi ke negara-negara tetangga.

Istilah "Israel Raya" (Eretz Yisrael HaShlema) telah digunakan sejak berlangsungnya Perang Arab-Israel 1967, untuk menggambarkan Israel dan wilayah-wilayah yang didudukinya — Yerusalem Timur, Tepi Barat, Gaza, Semenanjung Sinai di Mesir, dan Dataran Tinggi Golan di Suriah. Jadi, bagaimana mungkin para pendukung penguasa Arab yang berpihak kepada Israel masih terus membela para pemimpin yang bersekongkol dengan rezim busuk tersebut? Padahal, Netanyahu secara terang-terangan menyatakan bahwa tujuannya adalah menjajah enam negara Arab demi membangun “Israel Raya”!

Politikus Palestina, Mustafa Barghouti, mengatakan, "Apa yang dikatakan Netanyahu bahwa ia sedang menjalankan misi bersejarah dan spiritual untuk membangun 'Israel Raya' ini berarti ia sedang menjalankan misi untuk melanggar semua hukum internasional, melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan, serta mencaplok wilayah Palestina dan negara-negara Arab lainnya".

Netanyahu Sesumbar Kuasai Seluruh Gaza, Ini Respon Pejuang Perlawanan
Pejuang perlawanan menegaskan, Gaza bukan wilayah kosong yang menunggu diisi, melainkan tanah yang telah dibasahi darah para syuhada dan dibangun dengan tenaga para pejuang. Netanyahu sedang menutupi kekalahan politik dan militernya dengan menjual ilusi penguasaan Gaza.

Kecaman Arab terhadap Pernyataan Netanyahu

Arab Saudi, Qatar, Yordania, Mesir, dan Liga Arab, pada Rabu mengecam pernyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tentang apa yang ia sebut sebagai “visi Israel Raya”, dan menyebut hal itu sebagai bentuk pelanggaran terhadap kedaulatan negara-negara Arab. Kementerian Luar Negeri Arab Saudi, dalam pernyataan yang dikutip oleh Kantor Berita Resmi “SPA”, menyatakan, "Kerajaan mengecam dengan sekeras-kerasnya pernyataan yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri pemerintah penjajah Israel terkait apa yang disebut 'visi Israel Raya', dan menolak sepenuhnya 'gagasan serta proyek permukiman dan ekspansi yang diusung oleh otoritas penjajah'.

Saudi juga menegaskan “hak historis dan legal rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka”. Serta memeringatkan komunitas internasional terhadap “terus berlanjutnya pelanggaran terang-terangan oleh pendudukan Israel, yang meruntuhkan dasar-dasar legalitas internasional, secara nyata melanggar kedaulatan negara, dan mengancam keamanan serta perdamaian di tingkat regional maupun global”.

Qatar mengeluarkan kecaman dan penolakannya terhadap pernyataan Perdana Menteri pendudukan Israel terkait apa yang disebut "visi Israel Raya”. Pernyataan Kementerian Luar Negeri Qatar menilai hal itu sebagai “kelanjutan dari pola pendudukan yang didasarkan pada kesombongan, pemicu krisis dan konflik, serta pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan negara, hukum internasional, Piagam PBB, dan resolusi legalitas internasional”.

Kementerian Luar Negeri Qatar pun menegaskan, “Klaim palsu Israel dan pernyataan provokatif yang tak masuk akal tidak akan mengurangi hak sah negara-negara dan rakyat Arab”.

Skandal Hadiah Mesir: Bukti Kedekatan Rezim Al-Sisi dengan Penjajah Israel?
Pengadilan mewajibkan pemerintah penjajah Israel membuka data hadiah yang diterima Kantor PM Benjamin Netanyahu dan para menterinya dalam beberapa tahun terakhir. Data itu dipublikasikan pada Ahad (20/7/2025). Terdapat deretan hadiah mewah dari banyak negara, termasuk Mesir.

Pernyataan itu juga menekankan “pentingnya solidaritas komunitas internasional untuk menghadapi provokasi-provokasi ini yang membuat kawasan semakin terjerumus dalam kekerasan dan kekacauan”.

Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Yordania menyebut pernyataan Netanyahu sebagai “eskalasi provokatif yang berbahaya, ancaman terhadap kedaulatan negara, serta pelanggaran hukum internasional dan Piagam PBB”. Juru bicara kementerian, Sufyan Al-Qudah, dalam pernyataan yang dikutip Kantor Berita Resmi Petra, menegaskan, Kerajaan menolak sepenuhnya “pernyataan provokatif” tersebut.

Al-Qudah menekankan, “Khayalan absurd yang tercermin dalam pernyataan para pejabat Israel ini tidak akan memengaruhi Yordania dan negara-negara Arab, serta tidak akan mengurangi hak sah dan tak terbantahkan rakyat Palestina”.

Ia menambahkan, “Pernyataan dan tindakan ini mencerminkan kondisi terpuruk pemerintah Israel, yang bertepatan dengan isolasi internasionalnya di tengah berlanjutnya agresi terhadap Gaza dan Tepi Barat yang diduduki”.

Al-Qudah juga menyerukan sikap internasional agar tegas untuk mengecam pernyataan itu. “Memeringatkan dampak buruknya terhadap keamanan dan stabilitas kawasan, serta meminta pertanggungjawaban bagi para pengucapnya,” tuturnya.

Jurnalis Israel Beberkan Fakta Di Balik Syahidnya Anas Al-Sharif
Dua koresponden Al-Jazeera dibunuh penjajah Israel, Ahad (10/08/2025), lewat bombardir drone ke tenda wartawan di Kota Gaza. Serangan itu juga membunuh tiga staf Al Jazeera lainnya dan seorang jurnalis lepas.

Kementerian Luar Negeri Mesir dalam pernyataannya menyatakan “mengecam pemberitaan di sejumlah media Israel terkait apa yang disebut sebagai Israel Raya”. Mereka meminta penjelasan mengingat hal itu mencerminkan upaya menciptakan ketidakstabilan, penolakan terhadap pilihan perdamaian di kawasan, serta sikap ngotot untuk terus melakukan eskalasi. Kementerian menambahkan bahwa arah kebijakan semacam ini bertentangan dengan aspirasi pihak-pihak regional dan internasional yang mencintai perdamaian serta menginginkan keamanan dan stabilitas bagi seluruh bangsa di kawasan.

Mesir menegaskan, “Tidak ada jalan menuju perdamaian kecuali melalui kembalinya perundingan dan diakhirinya perang di Gaza, hingga terwujudnya negara Palestina di perbatasan 4 Juni 1967 dengan ibu kota Yerusalem Timur”.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.