Pakar militer dan strategi Palestina, Mayor Jenderal (Purnawirawan) Wassef Erekat, mengatakan, tindakan dan rencana baru Penjajah Militer Israel di Jalur Gaza Utara menggambarkan kebingungan, mereka mengungkapkan tujuan sebenarnya dari beberapa operasi pengeboman.
Surat kabar Israel Haaretz mewartakan, para petinggi militer Israel berniat mengusir seluruh penduduk Gaza Utara, dan memindahkan mereka ke daerah-daerah selatan Jalur Gaza. Sehingga, mereka bisa leluasa menganggap semua orang berada di utara sebagai sasaran militer.
Surat kabar Israel "Haaretz" memberitakan rencana para jenderal Israel, yang bertujuan untuk mengusir seluruh penduduk Gaza Utara dan memindahkan mereka ke daerah-daerah di selatan Jalur Gaza. Sehingga semua orang yang tetap berada di bagian Utara adalah sasaran militer.
Veteran perang itu mengamini, tujuan tersebut sudah ada dalam rencana Netanyahu dan para pemimpin tentara Israel sejak peristiwa Thufan Al-Aqsa.
“Sejak peristiwa 7 Oktober 2023, penjajah dan para pemimpinnya menganggap sasarannya adalah warga Palestina. Mereka tidak membedakan antara warga sipil, pejuang, ataupun tentara,” ujar salah satu pendiri Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), itu.
Erekat menambahkan, pendekatan ini terlihat jelas dalam pernyataan salah satu pejabat Israel, “Kami membunuh warga Palestina karena mereka adalah warga Palestina” Tujuan sebenarnya dari rencana Israel adalah untuk memporak-porandakan, mengisolasi, memisahkan warga Palestina satu sama lain dan mempersulit hidup mereka.”
“Ini adalah tujuan yang selalu mereka gaungkan dan berusaha merealisasikannya. Namun, siapa pun yang berdiri di tanah air dan rumahnya selama 373 hari, menanggung semua siksaan dan rasa sakit ini jelas tidak akan tertipu. Tidak peduli perang psikologis, propaganda, rumor palsu yang beredar, hingga pengeboman nir-kemanusiaan ini," tegasnya.
Konflik Internal Penjajah Israel
Menurut pakar militer tersebut, pengeboman histeris yang membabi buta di berbagai wilayah di jalur gaza mencerminkan kebingungan tentara Penjajah Israel. Menandakan lemahnya mereka untuk mengusir warga Palestina ke luar Jalur Gaza sejak hari pertama pengoperasian.
Begitu banyak tuntutan-tuntutan dari internal Israel terhadap militer hingga satu tahun peristiwa 7 Oktober. Para pemukim menuntut untuk kembali ke daerah mereka, dan para imigran di luar negeri sedang menunggu sinyal untuk bisa kembali lagi ke entitas Zionis.
“Ada perbedaan pendapat yang tajam antara kalangan politik dan militer di Israel, selain selisih pendapat dengan sekutunya Amerika. Perbedaan pendapat ini bukan berasal dari motif kemanusiaan terhadap warga Palestina, tapi karena kondisi lemahnya Tentara Penjajah Israel untuk untuk mencapai tujuannya-red, mengusir warga Palestina,” jelas Erekat.
(Sumber: Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!