Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada Selasa (21/11/2023) bahwa tingkat ketersediaan ruang rawat di rumah sakit Gaza bagian utara telah mencapai 190 persen. Dilansir dari laman Aljazeera.com, Ashraf al-Qudra mengatakan, Zionis Israel membom dan menghancurkan sebagian Rumah Sakit al-Shifa. Dan lebih dari 700 orang masih ditawan di bawah kendali tentara Zionis Israel.
Sekelompok 28 bayi prematur dievakuasi dari Rumah Sakit al-Shifa ke Mesir, pada hari Senin (20/11/2023), untuk menerima perawatan. Demikian menurut otoritas Palestina dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Rumah Sakit al-Shifa tersebut merupakan rumah sakit terbesar di Gaza. Pasukan Zionis Israel mengepung dan menawan rumah sakit tersebut untuk mencari apa yang mereka katakan sebagai jaringan terowongan Hamas, sekaligus pusat komando yang mereka curigai dibangun di bawah kompleks rumah sakit tersebut.
Sebelumnya, hari Jumat (27/10/2023), pejabat politik Hamas, Ezzat El-Reshiq, membantah keras tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa klaim tersebut “tidak memiliki dasar kebenaran”.
Baca juga: Serangan Zionis Israel menargetkan 60% unit pemukiman di Gaza
Lingkaran kematian.
Ashraf al-Qudra juga mengatakan bahwa sekitar 120 orang dievakuasi dari Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara ke Kompleks Medis Nasser di Kota Khan Yunis, selatan Jalur Gaza. Tentara Zionis Israel telah menempatkan mereka yang berada di dalam rumah sakit dalam “lingkaran kematian”. Tentara Zionis Israel menargetkan siapa saja yang bergerak di sekitar rumah sakit atau di dalamnya.
"Masih ada lebih dari 400 orang yang terluka di dalam Rumah Sakit Indonesia, selain sekitar 200 staf medis dan lebih dari 2.000 lainnya yang mengungsi." Kata Al-Qudra
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Senin (20/11/2023) bahwa setidaknya 12 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya luka-luka akibat serangan terhadap rumah sakit yang saat ini kondisinya telah dikelilingi oleh tank-tank Zionis Israel tersebut.
Rumah Sakit Indonesia adalah sebuah rumah sakit yang berada di Bayt Lahiya, Gaza Utara. Rumah sakit tersebut dibangun dari dana sejumlah 126 miliar rupiah sumbangan Rakyat Indonesia kepada Palestina. Perencanaannya dilakukan pada Januari 2009 dan pembangunannya dimulai pada Mei 2011.
WHO mengatakan pada hari yang sama bahwa Rumah Sakit Indonesia saat ini hanya mampu memberikan layanan dasar. Sementara mereka yang mengalami kondisi darurat dan terluka parah dengan ancaman kehilangan nyawanya berada dalam risiko besar.
Baca juga: Strategi Zionis Israel Lakukan Genosida: Bikin Rakyat Palestina Mati Kelaparan
Al-Qudra juga mengatakan bahwa serangan udara Zionis Israel menargetkan rumah para Wakil Menteri Kesehatan Gaza pada Selasa pagi (21/11/2023), dan ada 56 kerabatnya yang telah mengungsi dari berbagai daerah di Gaza.
Kondisi yang mengerikan.
Rumah sakit di Gaza utara dan Kota Gaza menghadapi pemadaman listrik karena kekurangan bahan bakar dan serangan bombardir militer Zionis Israel yang terus-menerus. Mereka juga menghadapi kekurangan air, obat-obatan, serta pasokan penting, ketika Zionis Israel terus melakukan operasi darat dan serangan udara di daerah tersebut.
WHO menyatakan telah mencatat 335 serangan terhadap kompleks kesehatan di wilayah Palestina sejak 7 Oktober, termasuk 164 serangan di Jalur Gaza dan 171 serangan di Tepi Barat. Serangan Zionis Israel yang tanpa henti mengakibatkan evakuasi darurat secara massal dari rumah sakit ke rumah sakit. Dan mengakibatkan banyak korban jiwa dari pasien yang sedang dalam perawatan, termasuk teman mereka, keluarga mereka, dan pengungsi yang berlindung di sana. Demikian menurut WHO.
Setidaknya ada 13.000 warga Palestina, sekitar 5.600 di antaranya anak-anak dan 3.500 wanita telah terbunuh di Gaza sejak Zionis Israel melancarkan serangan udara dan darat ke Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.
(Sumber: Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!