Di dalam perjuangan melawan penjajah Israel di Gaza, Hamas terus menunjukkan kekuatannya. Keberhasilan mereka dalam mempertahankan wilayah telah menyebabkan kelelahan tentara penjajah Israel. Hamas tetap teguh pada tujuannya, yaitu mengakhiri perang dengan penarikan seluruh pasukan Israel dari wilayah Palestina.
Pemimpin Hamas di luar negeri, Khaled Masyal, menegaskan bahwa Hamas berada di atas angin. Hal itu ia tegaskan dalam sebuah wawancara dengan The New York Times. Di dalam wawancara itu, Mashal menjelaskan, Hamas tidak terburu-buru mencapai kesepakatan damai tanpa tercapainya tujuan utama mereka.
“Kami tidak akan menyerah pada tuntutan kami untuk kebebasan. Ini adalah perjuangan yang harus dilanjutkan,” katanya.
Perubahan posisi Amerika Serikat dalam konflik ini juga menjadi perhatian. Pada awalnya, AS mendukung Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang berfokus pada upaya melenyapkan Hamas. Namun kini, AS terlibat dalam negosiasi tidak langsung dengan Hamas. Sebuah perubahan sikap yang penting.
“Kami sekarang mendapati AS menunggu tanggapan dari Hamas,” ungkap Masyal.
Bagi Masyal, ini merupakan perjuangan sebagai warga Palestina untuk mencapai kebebasan. “Tanggung jawab saya sebagai warga Palestina adalah berjuang dan melawan hingga tercapainya kebebasan. Ya, kehancuran yang terjadi memang sangat besar, namun ini adalah harga yang harus kita bayar untuk kebebasan.” ujar Masyal
Dengan perkembangan ini, peran Hamas di masa depan Gaza akan semakin berpengaruh, baik di medan perang maupun dalam arena diplomasi internasional. Hamas, menurut Masyal, berkomitmen untuk tetap teguh hingga tujuan mereka, yaitu kebebasan Palestina, tercapai.
Rincian Data Mengenai Kerugian Tentara Penjajah Israel di Gaza
Menurut data resmi Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel, sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, sebanyak 1.056 tentara telah terluka, dengan rata-rata lebih dari seribu korban luka baru setiap bulan.
Di dalam pernyataan Kementerian, disebutkan bahwa lebih dari 3.700 korban mengalami cedera fisik, termasuk 192 cedera kepala, 168 cedera mata, 690 cedera tulang belakang, dan 50 korban amputasi yang kini sedang dirawat di pelayanan rehabilitasi. Sebanyak 35% dari tentara yang terluka mengalami kecemasan, depresi, dan stres sementara 37% mengalami cedera fisik.
Otoritas Israel juga menambahkan bahwa 68% tentara yang terluka adalah tentara cadangan, mayoritas dari mereka berusia muda. Dari jumlah tersebut, 51% berusia antara 18 hingga 30 tahun, dan 31% berusia antara 30 hingga 40 tahun. Selain itu, sekitar 28% dari seluruh korban luka melaporkan bahwa gangguan mental merupakan cedera utama mereka.
Ada pun jumlah korban tewas tentara Israel, data menunjukkan bahwa 690 tentara tewas sejak awal perang, termasuk 330 di antaranya dalam pertempuran darat di Jalur Gaza. Pejabat Israel beberapa kali menyatakan bahwa tentara Israel harus membayar "harga yang mahal" dalam pertempuran di wilayah Gaza, dan tentara harus terus menghadapi "pertarungan sengit" dengan pejuang Palestina.
(Sumber : Al Arabiyah, Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!