Pendekatan Lokal Indonesia terhadap Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam

Pendekatan Lokal Indonesia terhadap Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam
Pendekatan Lokal Indonesia terhadap Pembangunan Berkelanjutan dalam Perspektif Islam / Photo by Muhammad Azzam on Unsplash

Pembangunan berkelanjutan adalah konsep global yang bertujuan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial. Namun, cara pendekatan pembangunan ini sering kali dipengaruhi oleh konteks geografis dan budaya suatu wilayah.

Kajian Haraldsson dan Bonin (2021) tentang pendekatan pembangunan berkelanjutan di Eropa, yang berfokus pada Green Development dan Blue Development, mencerminkan visi pragmatis Eropa dalam memanfaatkan sumber daya alam secara optimal dan bertanggung jawab. Modul pembangunan yang mereka kembangkan meliputi aspek-aspek penting semisal pangan, energi, pembangunan, kehutanan, mobilitas, dan material.

Meski pun pendekatan ini tampak menjanjikan dalam konteks Eropa, penerapannya di Indonesia – khususnya dari perspektif Islam – memerlukan kajian lebih mendalam terkait kesesuaiannya dengan nilai-nilai lokal. Islam memiliki pandangan yang komprehensif tentang pembangunan. Prinsip bahwa manusia adalah khalifah di muka bumi (QS Al-Baqarah: 30) menegaskan tanggung jawab manusia dalam menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya alam dan pelestarian lingkungan.

Tanggung jawab ini bukan hanya terkait dengan kesejahteraan dunia, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam, di mana setiap tindakan harus memertimbangkan dampaknya terhadap generasi mendatang dan alam sebagai amanah dari Allah SWT.

Di dalam konteks ini, Islam sangat relevan dalam memberikan arah bagi pembangunan yang tidak hanya berfokus pada aspek material, tetapi juga pada kesejahteraan moral dan spiritual masyarakat. Konsep pembangunan dalam Islam juga mengedepankan prinsip keadilan (al-‘adl) dan keseimbangan (al-mizan). Setiap kebijakan dan tindakan harus memerhatikan keseimbangan antara kepentingan manusia dan alam.

Next Policy: Jatuhnya Kelas Menengah Indonesia
Pengalaman negara-negara yang lolos dari jebakan pendapatan menengah menunjukkan bahwa kelas menengah yang besar dan kuat adalah fondasi terpenting menuju negara maju.

Di dalam hal ini, pendekatan Dinamika Sistem yang diusulkan oleh Haraldsson dan Bonin, di mana setiap kebijakan sosial dapat memengaruhi ekonomi atau ekologi dan sebaliknya, dapat sejalan dengan pandangan Islam tentang keharmonisan antara manusia, alam, dan pencipta.

Namun, pendekatan Eropa yang cenderung materialistik dan berfokus pada kebebasan individu sering kali tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat dengan latar belakang budaya dan agama yang kuat, seperti di Indonesia.

Salah satu kelemahan kajian Haraldsson dan Bonin terletak pada asumsi bahwa nilai-nilai materialistik dan kebebasan individu dapat menjadi dasar universal bagi pembangunan. Di dalam konteks Indonesia, yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, pendekatan ini mungkin tidak sepenuhnya relevan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Martinus van der Veen, seorang ahli dari Belanda, pendekatan pembangunan yang diterapkan di Eropa sering kali gagal memertimbangkan kompleksitas sosial dan religius negara-negara berkembang, yang mengakibatkan kebijakan tersebut sulit diadaptasi tanpa modifikasi signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pembangunan yang mengabaikan dimensi spiritual dan budaya lokal berisiko tidak diterima oleh masyarakat, serta tidak dapat mencapai tujuan pembangunan jangka panjang yang diinginkan.

Ironi Pemerintahan Prabowo: Berencana Turunkan Pajak Korporasi, Bebankan Pajak Baru untuk Kelas Menengah
Sangatlah ironi ketika korporasi besar justru menikmati pengurangan tarif pajak, sementara masyarakat kelas menengah, yang sering dianggap sebagai tulang punggung perekonomian.

Menerapkan pendekatan lokal dalam konteks pembangunan Indonesia yang berlandaskan pada nilai-nilai Islam menawarkan banyak manfaat. Pertama, pendekatan ini lebih selaras dengan pandangan masyarakat Indonesia, yang sangat menghargai nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Islam tentang keadilan sosial, tanggung jawab lingkungan, dan kesejahteraan spiritual, memberikan dasar yang kuat bagi model pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Kedua, konsep pembangunan berkelanjutan dalam Islam menekankan pentingnya hubungan harmonis antara manusia dan alam, di mana eksploitasi sumber daya alam harus dilakukan secara bertanggung jawab dan adil, tanpa merusak keseimbangan ekosistem dan hak-hak generasi mendatang.

Di dalam Islam, pembangunan bukan hanya bertujuan untuk mencapai kesejahteraan duniawi, tetapi juga akhirat. Oleh karena itu, setiap kebijakan pembangunan harus memerhitungkan dampak jangka panjang terhadap keseimbangan alam dan keberlanjutan sosial. Prinsip Green Development dan Blue Development dapat diadaptasi dalam kerangka nilai-nilai Islam dengan menambahkan dimensi tanggung jawab spiritual dan sosial yang lebih mendalam.

Bahwa Green Development adalah pendekatan pembangunan berkelanjutan yang fokus pada pengurangan dampak lingkungan melalui pelestarian sumber daya alam, efisiensi energi, dan pengurangan emisi karbon. Prinsip ini bertujuan menjaga keseimbangan ekosistem sambil tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, misalnya melalui penggunaan energi terbarukan dan praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Sedangkan Blue Development adalah konsep pembangunan yang berfokus pada pemanfaatan berkelanjutan sumber daya laut dan perairan, semisal perikanan, energi laut, dan pariwisata bahari. Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan ekosistem laut dan memerbaiki kualitas kehidupan manusia yang bergantung pada sumber daya perairan, tanpa merusak keberlanjutan jangka panjang ekosistem tersebut.

Di dalam konteks ini, pemanfaatan sumber daya alam, baik yang bersifat alamiah maupun antropogenik, harus dilakukan dengan prinsip amanah, di mana manusia bertanggung jawab untuk menjaga kelestarian alam sebagai bagian dari ibadah kepada Allah.

Alternatif Solusi Atasi Macet Kronis: Masyarakat Butuh Public Transportation yang Terintegrasi, Nyaman, dan Ekonomis
Transportasi publik yang terintegrasi dan manusiawi adalah solusi jangka panjang untuk dapat mengurangi kemacetan di Jabodetabek, meningkatkan efisiensi ekonomi, dan menciptakan kota yang lebih layak huni.

Dengan demikian, penerapan pendekatan pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan pada perspektif Islam memberikan alternatif yang lebih holistik dibandingkan dengan pendekatan materialistik yang banyak diadopsi di negara-negara Barat. Pendekatan ini tidak hanya memerhatikan aspek material, tetapi juga menekankan pentingnya dimensi spiritual dan moral dalam setiap tindakan pembangunan.

Contoh empiris dari negara Muslim yang berhasil menciptakan harmoni antara kemajuan material dan kesejahteraan spiritual adalah Uni Emirat Arab (UEA), khususnya di kota Dubai. Meski pun dikenal sebagai pusat kemajuan teknologi dan ekonomi, Dubai tetap berpegang pada nilai-nilai Islam sebagai landasan moral dalam pembangunan.

Pemerintah UEA menerapkan kebijakan pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada kesejahteraan sosial, lingkungan, dan ekonomi, dengan memertimbangkan prinsip-prinsip Islam semisal keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab lingkungan. Misalnya, mereka mengembangkan Masdar City, sebuah kota berkelanjutan yang mengedepankan energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan, sambil memastikan kebijakan ini selaras dengan ajaran Islam tentang menjaga alam sebagai amanah. Nilai-nilai spiritual ini diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari dan kebijakan negara, menciptakan keseimbangan antara modernitas dan spiritualitas.

Dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam semisal keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab, Indonesia dapat menciptakan model pembangunan yang tidak hanya berkelanjutan secara ekonomi dan ekologis, tetapi juga bermakna secara spiritual dan sosial.

Setelah dimulainya pemanggilan calon menteri, wakil menteri, dan kepala badan, oleh Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih, proyeksi perubahan nomenklatur kementerian ke depan semakin jelas terlihat. Salah satu kementerian yang berpotensi mengalami transformasi signifikan adalah Kementerian Kebudayaan.

Ahmad Muzani: Dari Kader PII ke Ketua MPR RI 2024-2029 dengan Servant Leadership
Namun, dengan rekam jejak dan kepribadian dia yang sabar, kalem, dan berorientasi melayani, ia diharapkan mampu menjalankan amanah ini dengan baik.

Selain mengurusi warisan budaya dan heritage Indonesia, kementerian ini juga bisa memegang peran penting dalam merumuskan pendekatan budaya pembangunan Indonesia yang tidak meninggalkan aspek spiritualitas. Justru, spiritualitas dapat dijadikan sebagai etos kerja pembangunan nasional yang selaras dengan falsafah Pancasila, dimana sila pertamanya adalah “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Dengan pendekatan ini, pembangunan di Indonesia akan memiliki landasan moral yang kuat, menciptakan harmoni antara kemajuan material dan kesejahteraan spiritual masyarakat, serta mendukung model pembangunan berkelanjutan yang berakar pada nilai-nilai keagamaan dan kebudayaan Indonesia.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.