Peringatan 40 hari wafatnya Prof Abdul Hadi WM diselenggarakan pada Senin, 26 Februari 2024, di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat. Kegiatan tersebut dibagi dua sesi. Di siang hari dimulai pukul 14.00 WIB, dan di malam hari mulai pukul 19.00 WIB.
Ketua Panitia Peringatan 40 Hari Wafatnya Abdul Hadi WM, Nanang R Supriyatin mengatakan, acara siang diisi dengan pameran buku, musikalisasi puisi, dan pembacaan puisi karya Abdul Hadi WM oleh anggota komunitas yang telah terdaftar. Mereka antara lain adalah Boyke Sulaiman (Dari Barat ke Timur), Narima Beryl Ivana Chua (Doa untuk Indonesia), Dyah Kencono Puspito Dewi (Laut). Feri Putra (Malam Teluk), Guntoro Sulung (Nina Bobo Sebuah Kursi), Sihar Ramses Simatupang (Exodus) dan Giyanto Subagio yang akan membacakan puisi dengan judul Tuhan Kita Begitu Dekat.
Dilanjutkan oleh TRILOGI (Maut dan Waktu), Nina Karenina (Dalam Gelap), Nurhayati dan Rokhanah (Gerimis), Evan YS (Ombak Itulah), Wig SM (Pelabuhan Ini, Aku Tak Tahu), Piet Yuliakhansa (Sajak Putih), Nuyang Jaimee (Madura), CapCay Syaifullah dan Tatan Daniel, serta musikalisasi puisi berjudul “Lagu dalam Hujan” oleh Rinidiyanti Ayahbi.
Sedangkan acara malam harinya diisi dengan doa dan zikir bersama, lelang lukisan, tari sufi oleh Imam Ma’arif, pembacaan puisi oleh Emi Suy, Asrisal Nur, dan Octavianus Masheka. Selain itu, juga ada Jose Rizal Manua, Sutardji Chalzoum Bachri, Dr. M. Subhi-Ibrahim, dan Arief Joko Wicaksono, yang masing-masing selain membaca puisi juga memberikan testimoni tentang almarhum Prof. Abdul Hadi WM.
“Selain untuk mengenang penyair yang telah memberikan kontribusi luar biasa pada perkembangan sastra tanah air, kami berharap kegiatan ini juga dapat menarik minat masyarakat, terutama generasi muda, untuk meneladani sosok Abdul Hadi WM dan mengapresiasi karya-karyanya,” kata Nanang R Supriyatin.
Baca juga: Ketika Remaja dan Pemuda Masjid Bicara tentang Urban Mental Health
Prof Abdul Hadi WM adalah penyair dan budayawan kelahiran Sumenep, Madura, 24 Juni 1946. Penyair Sufi itu telah berpulang di usia 77 tahun pada Jumat, 19 Januari 2024. Tumbuh di lingkungan pesantren, Abdul Hadi WM menikah dengan Tejawati dan dikarunia 3 putri. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama di kota kelahirannya, Sumenep, sebelum hijrah ke Surabaya hingga lulus SMA.
Pada 1965, Abdul Hadi WM melanjutkan studi ke Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada (UGM) dan meraih gelar sarjana muda pada 1967. Kemudian ia pindah ke Fakultas Filsafat di UGM hingga mencapai tingkat doktoral (1968-1971). Abdul Hadi WM juga sempat belajar antropologi budaya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung, namun tak selesai.
Saat menjadi penulis tamu dan dosen Sastra Islam di Pusat Pengajian Ilmu Kemanusiaan, Universitas Sains Malaysia, Penang, Abdul Hadi WM menyelesaikan studinya hingga meraih gelar master. Tahun 1997, ia meraih gelar doktor dengan disertasi berjudul “Estetika Sastra Sufistik: Kajian Hermeneutik terhadap Karya-Karya Shaykh Hamzah Fansuri”.
“Saya bangga dan berterima kasih kepada teman-teman komunitas yang begitu antusias menyiapkan acara ini,” kata Nanang R Supriyatin, usai technical meeting di TIM, Kamis (22/2/2024).
Karya Abdul Hadi WM antara lain “Laut Belum Pasang” (1971), “Meditasi” (1976), “Cermin” (1975), “Tergantung pada Angin” (1977), “Anak Laut Anak Angin” (1984), “At Last We Meet Again” (1987), “Madura: Luang Prabhang” (2006), “Pembawa Matahari” (2002), “Tuhan Kita Begitu Dekat” (2012), dan lain-lain. Abdul Hadi WM juga menerjemahkan sastra sufi dan sastra dunia, terutama karya Iqbal, Rumi, Hafiz, dan Goethe.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!