Setelah bertahun-tahun mengalami penyiksaan dan penahanan, seorang pria muda yang baru saja dibebaskan dari Penjara Sednaya di Suriah bertemu dengan ibunya. Momen pertemuan tersebut berlangsung sangat emosional. Sang ibu berusaha menenangkan anaknya dengan kata-kata penuh harapan, “Jangan khawatir, orang yang menyiksamu sudah kabur.”
Pemuda tersebut menunjukkan tanda-tanda kelelahan dan trauma yang mendalam. Bahkan, dia kesulitan mengingat nama lengkapnya akibat kekerasan fisik dan psikologis yang dialaminya di penjara yang dikenal sebagai salah satu tempat paling mengerikan di dunia itu. Ketika keluarganya dan pewawancara mencoba menggali informasi lebih jauh, ia hanya mampu menyebut bahwa dirinya adalah salah satu tahanan di Penjara Sednaya. Kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan pembicaraan lebih lanjut.
Pembebasan Tahanan dari “Rumah Jagal Manusia” Sednaya
Pada Ahad (8/12/2024), kelompok oposisi Suriah berhasil membebaskan sejumlah tahanan dari Penjara Sednaya, yang terletak di pinggiran Damaskus. Penjara itu dikenal dengan julukan “Rumah Jagal Manusia” karena menjadi pusat penyiksaan brutal terhadap warga Suriah dan tahanan dari berbagai negara lainnya.
Laporan internasional mengungkapkan bahwa ribuan tahanan telah dibunuh secara sistematis dan rahasia di dalam penjara tersebut. Antara tahun 2011 hingga 2015, rezim Suriah dilaporkan melakukan eksekusi massal tanpa pengadilan, dengan rata-rata 50 tahanan dieksekusi setiap minggu.
Penjara Sednaya telah menjadi simbol dari kekejaman rezim Suriah. Menurut laporan dari Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (Syrian Network for Human Rights), rezim Baath menggunakan 72 metode penyiksaan berbeda terhadap para tahanan. Bentuk penyiksaan tersebut meliputi kekerasan fisik, psikologis, hingga pelecehan seksual, yang meninggalkan dampak trauma mendalam bagi para korban.
Peringatan Dunia Internasional
Penjara ini telah lama menjadi sorotan organisasi hak asasi manusia di seluruh dunia. Amnesty International menyebut Sednaya sebagai salah satu tempat pelanggaran hak asasi manusia paling brutal, dengan pelanggaran dalam bentuk pembunuhan massal, penyiksaan sistematis, dan pelanggaran terhadap konvensi internasional tentang perlakuan terhadap tahanan.
Pembebasan beberapa tahanan itu memberikan secercah harapan. Namun, kisah mereka juga mengingatkan dunia akan pentingnya keadilan bagi ribuan korban lainnya yang masih belum ditemukan atau telah kehilangan nyawa mereka.
Dunia internasional diharapkan terus mendukung upaya untuk mengadili para pelaku kejahatan kemanusiaan dan memberikan keadilan bagi para korban serta keluarga mereka.
(Sumber: Al Jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!