Perjuangan Rasulullah saw menegakkan Islam memang sangat berat. Rintangan demi rintangan bermunculan tak kunjung henti. Sejak awal Rasulullah saw berdakwah, hampir semua orang Quraisy memusuhi beliau. Hingga tiba malam yang menegangkan itu. Ketika perintah hijrah harus beliau tunaikan.
Banyak pelajaran berharga yang dapat dipetik di sepanjang perjalanan hijrah. Utamanya bagi para pejuang Islam yang ingin menegakkan perjuangan Islam, melalui cara apa pun yang dibolehkan. Baik melalui perjuangan politik maupun moral, melalui penyadaran umat, atau melalui jalur-jalur yang lain.
Setidaknya ada tiga peristiwa dalam perjalanan hijrah yang menjadi tanda-tanda kekuasaan Allah terkait dengan diselamatkannya nyawa Rasulullah. Di dalam tiga peristiwa itu nyawa Rasulullah terancam. Tiga peristiwa tersebut adalah:
Pertama, konspirasi untuk membunuh Rasulullah. Di malam saat beliau akan berhijrah itu, pemuda-pemuda pilihan dari kabilah-kabilah Quraisy melakukan pengepungan. Tujuan mereka satu, yaitu menghabisi Muhammad. Namun, Allah menghancurleburkan rencana itu.
Rasulullah mengambil segenggam debu, lalu keluar, melewati mereka sambil menaburkan debu di genggamannya itu ke kepala mereka. Saat itu, beliau membaca ayat Al Qur'an, yang artinya, “Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), serta Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat,” – QS. Yasin:9
Para pemuda itu pun tertidur, hingga mereka tidak lagi menemukan Rasulullah. Hanya ada Ali bin Abi Thalib yang tidur terbujur. “Tidurlah kamu di tempat tidurku, dan pakailah selimut Hadhrami yang berwarna hijau itu. Mereka tidak akan berbuat jahat kepadamu,” begitu Rasulullah saw berpesan.
Baca juga: Hakikat Perang
Begitulah. Dengan pertolongan Allah, pedang-pedang yang terhunus di tangan para pemuda itu tak ada artinya. Rasulullah keluar dengan selamat. Demikian pula Ali bin Abi Thalib, tetap utuh dan segar bugar.
Kedua, peristiwa yang menimpa Rasulullah bersama Abu Bakar pada keesokan paginya. Kembali nyawa Rasulullah dan Abu Bakar terancam. Soalnya, Quraisy membuat sayembara untuk menangkap Rasulullah saw. Salah satu pengikut sayembara itu adalah Suraqah bin Malik.
Suraqah mengisahkan bagaimana terlibat dalam upaya menangkap atau membunuh Rasulullah. “Ketika aku sedang duduk di salah satu majelis kaumku, yakni Bani Mudlij, salah seorang dari mereka menemui kami. la berkata, 'Wahai Suraqah, aku telah melihat orang di pantai. Aku yakin mereka adalah Muhammad dan para sahabatnya’. Aku mengetahui bahwa mereka adalah Rasulullah dan para sahabatnya. Lalu, aku katakan kepadanya, 'Mereka bukanlah Muhammad dan para sahabatnya. namun kamu telah melihat si fulan dan fulan. Mereka berjalan di bawah pengawasan kami’.”
Suraqah memang sengaja melakukan disinformasi, karena ia sendiri ingin menjadi pemenang sayembara itu. Maka, ia segera bangkit dan masuk ke dalam rumah. la segera memerintahkan pelayannya untuk mengeluarkan kuda. Suraqah sendiri segera mengambil tombak, lalu keluar melalui pintu belakang. Begitu kudanya tiba, segera ia naik dan memacu kudanya sekencang mungkin.
Suraqah berhasil mengejar Rasulullah saw. Namun, kaki kudanya tiba-tiba terantuk dan ia jatuh terpelanting. Merasakan gelagat aneh itu, Suraqah bangun dan mengambil tabung tempat menyimpan anak panah. la mengeluarkan anak panah dari dalamnya lalu mengundi nasibnya dengan anak panah itu. la ingin tahu apakah bisa mencelakakan Rasulullah dan Abu Bakar atau tidak.
“Ternyata yang keluar adalah yang tidak menyenangkanku,” kata Suraqah.
Namun, ia segera menunggangi kudanya kembali dan tidak menghiraukan hasil undian nasibnya. Kudanya melaju cepat hingga mendekati Rasulullah saw. Ketika itulah, kaki kuda itu terperosok sampai ke lutut, sedang Suraqah jatuh terjerembab.
“Aku hentakkan kudaku lalu bangkit. Hampir saja kedua tangan (kaki)nya tidak keluar. Setelah berdiri tegak, tiba-tiba dari bekas tangan (kaki)nya itu keluar debu yang berkilau di langit, seperti asap. Kemudian aku mengundi nasib dengan anak panah, dan yang keluar adalah hal yang tidak aku inginkan,” kata Suraqah mengenang kisahnya.
Baca juga: Mewaspadai Ulah Kaum Munafik
Akhirnya ia berseru kepada Rasulullah bahwa dirinya tidak akan berbuat jahat kepada mereka. Rasulullah, Abu Bakar, juga penunjuk jalan bernama Amir bin Fuhairah berhenti. Setelah mendekat, Suraqah meyakini bahwa Rasulullah kelak akan menang dan berkuasa.
Suraqah mengisahkan tentang apa yang dilakukan para pembesar Quraisy dengan sayembara itu. Lalu ia mencoba memberikan kepada Rasulullah bekal perjalanan, namun Rasulullah hanya minta agar Suraqah merahasiakan keberadaan mereka.
“Rahasiakanlah tentang kami,” pinta Rasulullah.
Suraqah meminta beliau menuliskan “memo” keamanan untuk dirinya. Kemudian Rasulullah memerintahkan kepada Amir bin Fuhairah untuk menuliskannya. Amir pun menuliskannya di atas sepotong kulit. Kemudian Rasulullah saw melanjutkan perjalanannya.
Begitulah. Rasulullah yang semula dikejar hendak dibunuh, Allah selamatkan. Bahkan lebih dari itu, Allah mengubah hati Suraqah yang tadinya memusuhi dan hendak membunuh Rasulullah menjadi membela Rasulullah. Setiap kali ada orang yang ingin mengejar di belakang beliau dihalau oleh Suraqah dan disarankan untuk kembali.
Ketiga, perjumpaan Rasulullah saw dengan Abu Buraidah. Pemimpin salah satu kabilah di Jazirah Arab itu juga memburu Rasulullah saw dan Abu Bakar ra untuk mendapatkan hadiah. Namun, setelah berjumpa dengan Rasulullah saw dan diajak bicara oleh beliau, ia bersama tujuh puluh orang dari kaumnya memeluk Islam. Ketika itu, Abu Buraidah mencabut surbannya dan mengikatkannya pada tombaknya. la menjadikan “bendera” itu sebagai pernyataan bahwa juru selamat telah datang memenuhi dunia dengan keadilan.
Baca juga: Dakwah Melalui Politik
Semua kisah itu menegaskan bahwa perjuangan menegakkan Islam akan menemui banyak rintangan. Meski demikian, barangsiapa yang tulus ikhlas dan istiqomah di jalan perjuangan tersebut, niscaya akan ditolong oleh Allah Yang Maha Kuasa. Bahkan, Allah sangat berkuasa untuk menyelamatkan nyawa hamba-hamba-Nya tersebut, jika memang mereka layak diselamatkan.
Di dalam kondisi perjuangan umat Islam saat ini, sangat besar kebutuhan kita untuk kembali bersandar kepada Allah Swt. Saat itulah, bila pun segala kesulitan menghadang, akan dengan mudah Allah memberikan jalan keluarnya. Tak ada yang sulit bagi Allah Yang Maha Kuasa.
Penulis: Hadya Mursyida (Artikel ini disadur dari Majalah Sabili No. 6 TH. VIII 6 SEPTEMBER 2000/7 JUMADIL AKHIR 1421)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!