Mendapatkan pendidikan yang ramah anak adalah salah satu hak anak. Maka, sangat penting saat ini bagi lembaga pendidikan untuk senantiasa memperhatikan pemenuhan hak anak tersebut. Sekaligus juga menyelenggarakan sistem pendidikan yang tepat, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Juga mengembangkan kemampuan, membentuk watak dan kepribadian, agar anak-anak bangsa selanjutnya dapat menjadi pribadi yang lebih baik.
Semua itu selalu menjadi hal yang sangat diperhatikan di Yayasan Pendidikan Rahmany. Lembaga penyelenggara pendidikan yang berada di Kota Depok, Jawa Barat, itu selalu berupaya menghadirkan pendidikan yang ramah anak. Yayasan Pendidikan Rahmany menaungi sekolah dan pesantren dari tingkat pra sekolah (Raudhatul Athfal atau Taman Kanak-kanak) hingga SMA.
Dengan sistem Sekolah Islam Terpadu, pencapaian sebagai sekolah yang menghadirkan pendidikan ramah anak itu dibuktikan dengan ditetapkannya SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Rahmaniyah sebagai Sekolah Ramah Anak oleh Pemerintah Kota Depok sejak 2019. Penetapan tersebut berdasarkan hasil penilaian tim auditor dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) yang dilaksanakan di sekolah itu, pada 3 - 4 Juni 2022. Penetapan status Sekolah Ramah Anak itu membuat SDIT Rahmaniyah Depok menjadi “Satuan Pendidikan Ramah Anak (SRA) yang terstandarisasi” pertama di Indonesia.
Ketika itu, SDIT Rahmaniyah dinilai telah memenuhi enam komponen standarisasi SRA. Yaitu komponen tertulis atau kebijakan tentang SRA, pendidik dan tenaga kependidikan terlatih Konvensi Hak Anak dan SRA, proses pembelajaran yang ramah anak, sarana dan prasarana yang ramah anak, partisipasi anak, serta partisipasi wali murid, alumni, ormas, dan dunia usaha. Dari nilai standar 131, SDIT Rahmaniyah bahkan mendapatkan nilai sangat memuaskan, yaitu 224.
Sejak penetapan sebagai Satuan Pendidikan Ramah Anak Terstandarisasi Kementerian PPPA itu, SDIT Rahmaniyah kini menjadi salah satu sekolah rujukan bagi daerah-daerah lain. Terutama dalam meminimalkan kemungkinan tindak kekerasan terhadap anak atau tidak terpenuhinya hak anak.
Baca Juga : Ma’had Rahmaniyah Al Islamy dan Visi Melahirkan Pemimpin Berjiwa Qur’ani
Yayasan Pendidikan Rahmany didirikan tahun 2003 oleh H. Sofyan Abdurrachman dan H. Misbah Rosyadi. Selanjutnya, H. Misbah Rosyadi menjabat sebagai Ketua Yayasan Pendidikan Rahmany yang bertanggung jawab terhadap operasional sekolah-sekolah di bawah naungan yayasan tersebut. Sarana Pendidikan pertama yang didirikan di bawah naungan Yayasan Pendidikan Rahmany adalah Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Rahmaniyah.
“Sekarang di bawah naungan Yayasan Pendidikan Rahmany ada dua sekolah dasar yaitu SDIT Rahmaniyah dan SDIT Rahmaniyah 1, dua TK yaitu TKIT Rahmaniyah dan TKIT Rahmaniyah 1, SMP juga ada dua yaitu SMPIT boarding school dan SMPIT full day school dengan nama SMP Rafuscho atau Rahmaniyah Full Day School. SMA juga sama, ada SMAIT boarding school dan SMAIT full day school. Jadi kami punya delapan unit sekolah Rahmaniyah,” tutur H. Misbah Rosyadi.
TKIT Rahmaniyah didirikan dengan visi lembaga untuk menjadi TKIT Unggulan di Kota Depok, membina generasi Qur’ani yang unggul dan berkarakter islami. Visi itu lalu dijabarkan dalam lima misi. Yaitu, membantu anak mencintai Allah, Rasulullah, dan Al Qur'an; mendidik anak menjadi mandiri dan mampu bersosialisasi dengan baik di lingkungannya; membiasakan anak bermain, belajar, dan berperilaku Islami; mengoptimalkan perkembangan daya nalar, emosi, kreatifitas, dan spiritual anak secara fitrah; serta mempersiapkan kematangan anak untuk memasuki jenjang pendidikan dasar.
Di tahun pertama, TKIT Rahmaniyah memiliki kurang lebih 18 murid, dan dengan izin Allah SWT setiap tahun semakin bertambah jumlahnya hingga kini. Tahun 2005, TKIT Rahmaniyah mendapatkan izin pendirian dan penyelenggaraan sekolah swasta dengan nomor 421.68-/Dikbud. Saat ini, TKIT Rahmaniyah telah mengikuti akreditasi dengan nilai kategori “A”.
“Setelah TKIT berjalan, kami mendirikan SDIT, kemudian pesantren dengan jenjang SMP, kemudian kami mendirikan SMAIT. Sebab, pendidikan itu berkelanjutan. Konsepnya, kami menyiapkan kaderisasi secara kontinyu dan tidak boleh terputus. Jadi, jenjang pendidikan itu tidak cukup hanya sampai TK, SD, atau SMP saja, tetapi kita antarkan sampai lulus tingkat SMA untuk masuk ke perguruan tinggi. Semuanya dengan tetap menjaga nilai-nilai Islami dan nilai-nilai kerahmaniyahan,” kata H. Misbah.
Baca Juga : Ada Pendidikan Qiraatul Kutub Metode Sidogiri di Pesantren At Taqwa 03 Babelan, Bekasi
Menurut Misbah Rosyadi, untuk dapat tetap menjaga nilai-nilai Islami dan nilai-nilai kerahmaniyahan itu, terutama diperlukan konsistensi dalam penerapan kurikulum. Selain menerapkan kurikulum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, seluruh sekolah mereka mengusung kurikulum yang berlaku dalam Sekolah Islam Terpadu. Sekolah Islam Terpadu sendiri adalah sekolah yang hadir untuk memberikan pendidikan kepada para siswa dengan mengusung konsep pendidikan berbasis Islam yang dilandaskan pada Al Qur’an dan As-Sunnah.
“Sedangkan pendidikan di Pesantren Rahmaniyah, kami menerapkan kurikulum di bawah MAPADI atau Majelis Pesantren Ma'had Dakwah Indonesia,” ujar H. Misbah.
Program pendidikan SMPIT dan SMAIT Rahmaniyah dipadukan dengan kurikulum STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics) yang terintegrasi dalam nilai-nilai keislaman, sehingga mampu melahirkan generasi yang cakap dalam teknologi dan sains, namun tetap menjunjung tinggi sikap akhlakul karimah. Selain pengetahuan berbasis nilai keislaman, Sekolah Islam Terpadu juga tetap memberikan pengetahuan umum yang diajarkan di sekolah-sekolah umum, semisal Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia, dan lainnya.
“Artinya, menjaga konsistensi penerapan nilai-nilai keislaman itu, yang pertama, dengan menjaga konsistensi kurikulum. Sejak Tingkat TK sampai SMA, kami menjaga konsistensi penerapan nilai-nilai islami itu sesuai dengan usia dan perkembangan anak didik. Yang kedua, dengan menjaga kualitas guru-gurunya. Sebab, merekalah yang mengoperasionalkan kurikulum itu. Sebagus apa pun kurikulum, kalau guru-gurunya tidak siap atau tidak bisa memahami dan tidak bisa mengajarkan, tidak akan berhasil. Maka, perlu guru-guru yang siap untuk menerapkan, bahkan mengembangkan dan memperkaya kurikulum itu. Jadi, perlu juga guru-guru melakukan improvisasi, tetapi improvisasi yang memperkaya bukan yang menyesatkan. Di situlah perlu seleksi dalam perekrutannya,” jelas H. Misbah.
Ada sejumlah keunggulan sekolah-sekolah dan pesantren di bawah naungan Yayasan Pendidikan Rahmaniyah itu. Di antaranya adalah telah terakreditasi A, IKM dan K13 dengan pendekatan STEM, gedung milik sendiri, keberadaan masjid di lingkungan sekolah, laboratorium IPA, laboratorium komputer, perpustakaan, serta lapangan olah raga. Selain itu, penyelenggaraan pendidikan di sana juga didukung oleh tenaga pengajar berpengalaman, ruang kelas yang nyaman dan ber-AC, ruang multimedia, ruang UKS, kantin yang bersih, serta aula yang representatif.
“SDIT Rahmaniyah sudah meluluskan 15 angkatan. TKIT sudah 19 angkatan. Pesantren Rahmaniyah sudah meluluskan 11 angkatan. Sedangkan SMP dan SMA Rafuscho (Rahmaniyah Full Day School) baru berdiri tahun 2015,” kisah H. Misbah.
Keberadaan sekolah-sekolah Rahmaniyah di tengah pemukiman penduduk, dengan jumlah siswa dan santri yang begitu banyak, menurut H. Misbah, menuntut mereka harus pandai merawat hubungan baik, menjaga komunikasi yang baik dengan masyarakat, aktif juga di kegiatan masyarakat. Baik melalui masjid, lingkungan, maupun kegiatan-kegiatan sosial. Dan hal itu sudah mereka buktikan selama belasan tahun dengan lancar berjalannya kegiatan belajar mengajar di setiap jenjang pendidikan yang mereka selenggarakan. Serta mengantarkan para siswa dan santri untuk memasuki jenjang perguruan tinggi di sejumlah kampus berkualitas.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!