Presiden Suriah yang Baru, Ahmad al-Sharaa, mengunjungi Turki pada Selasa (4/2/2025). Di dalam kunjungan tersebut, Suriah menegaskan komitmen untuk terus memerkuat hubungan bilateral kedua negara, serta memertegas kemitraan strategis kedua negara, yang meliputi sektor ekonomi, militer, serta keamanan.
“Kita bekerjasama pada pelaksanaan strategi utama yang masih tersisa dan yang di atasnya, yakni bertindak bersama menghadapi ancaman keamanan regional untuk memastikan keamanan dan stabilitas Republik Suriah dan Turki yang berkelanjutan,” kata Ahmad Al-Shara.
Namun, adanya Sanksi Internasional dan Amerika Serikat terhadap Suriah yang menyatakan “bekerjasama dengan pemerintahan Suriah merupakan sebuah kejahatan”, menjadi penghambat jalannya kerja sama ini. Meski pun sanksi itu sebenarnya ditujukan untuk rezim Assad, tetapi pemerintahan baru Suriah turut menanggung semua sanksi yang diberlakukan kepada pemerintahan sebelumnya.
Selain itu, keamanan di area timur laut Suriah di bawah kendali “Pasukan Demokratik Suriah” yang didukung AS pun turut menjadi kendala yang menghalangi jalannya kerja sama itu. Untuk menghadapi tantangan keamanan tersebut, Ankara berupaya membentuk Aliansi antar negara-negara regional untuk melawan segala bentuk terorisme, termasuk ISIS dan PKK.
“Kami akan membentuk aliansi regional untuk memerangi ISIS dan mengambil langkah-langkah untuk membentuk mekanisme bersama antara Turki, Irak, Suriah, dan Yordania,” jelas Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan.
Mengingat keinginan Damaskus untuk lebih mandiri dengan mendiversifikasi sumber persenjataannya, diharapkan kerja sama antara Turki dan Suriah juga mencakup persenjataan dan pelatihan tentara Suriah.
Sumber: al Jazeera
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!
