Pernah melihat buah mangga yang matang di dahan pohonnya? Kulitnya kuning ranum, enak dipandang. Menebarkan aroma wangi yang khas. Jika dikupas, mangga matang itu menjanjikan rasa manis dan kelezatan yang bakal menggoyang lidah. Membayangkannya saja, air liur bisa terbit dan menetes.
Puasa Ramadhan, semakin tua usianya dan mendekati akhir, sesungguhnya menjanjikan keindahan dan cita-rasa layaknya mangga ranum yang matang di dahan. Ia akan menunjukkan indahnya taqwa dan menjanjikan manisnya surga jannatun naim.
Namun, sama halnya dengan mangga, tak banyak mangga yang bisa matang di dahan tanpa cacat. Beberapa mangga muda bahkan telah gugur karena tangkai buahnya membusuk diganggu semut hitam yang membuat sarang di sana. Ada juga yang sampai menapaki masa tua, namun aromanya yang tercium lamat-lamat itu menggoda codot untuk mencicipi sebelum waktunya. Mangga yang tengah memasuki usia matang itu pada akhirnya berlubang, digerogoti codot dan gagal mencapai status mangga yang matang sempurna di dahan.
Tidak diganggu semut, tidak tersentuh codot, namun banyak mangga muda, setengah tua, tua, dan nyaris matang, yang berguguran di bumi. Apa pasal? Hujan lebat disertai angin kencang membuat banyak buah mangga yang tangkainya tidak kokoh, akhirnya terpelanting berguguran.
Ada kisah mangga yang lain. Ia bisa bertahan di dahan. Hingga kulitnya terlihat kuning merona, membahagiakan hati sang pemilik pohon. Kemudian, mangga matang yang terlihat sempurna itu dipetik. Sang pemetik berharap segera memperoleh sensasi nikmatnya mangga yang matang di dahan. Namun apa lacur, belum tuntas mangga itu dikupas, ternyata daging mangga itu telah rusak. Belum menerbitkan aroma busuk, tetapi terlalu banyak ulat yang telah mendekam di sana. Dari luar, kulitnya terlihat mulus. Tetapi ternyata di dalam hancur digerogoti ulat!
Memang, tidak mudah mencapai tingkat kematangan yang sempurna di dahan. Ada begitu banyak ancaman. Mulai ulat, codot, serangga, angin yang kencang, hingga anak-anak yang iseng datang melemparinya untuk sekadar adu ketangkasan.
Seperti halnya ibadah puasa. Memasuki tanggal 15 Ramadhan, banyak yang telah gugur. Bahkan jauh sebelum itu. Di hari ketiga puasa, sudah kita jumpai orang yang tanpa malu-malu merokok dan ngopi di pinggir jalan. Buah puasanya telah jatuh terjerembab ke bumi. Amaliahnya membusuk, gagal mengunduh ketaqwaan.
Yang masih bertahan puasa hingga malam ke-15, juga menghadapi badai yang tak alang kepalang besarnya. Obral diskon di mana-mana. Setiap buka gadget dan membaca kanal berita, selalu terpampang iklan besar-besar “Ramadhan Big Sale”, buy one get one, dan berbagai narasi menggoda lainnya.
Seperti buah mangga yang terpelanting dari tangkainya karena tertiup angin besar. Pertama-tama yang diterbangkan adalah fokus kita untuk berpuasa. Sikap istiqomah untuk menuntaskan puasa tahun ini dengan sebaik mungkin, akhirnya goyah. Pikiran tak lagi fokus pada ibadah puasa. Yang menari-nari di pikiran adalah pangilan lebaran Iedul Fitri. Apa yang harus kita siapkan? Diskon lagi banyak.
Hembusan angin diskon berbagai produk kebutuhan lebaran dari berbagai mal, e-commerce, dan platform digital lainnya, secara efektif mulai menggeser sikap istiqomah kita. Saat diskon itu masih berbunyi “Buy One Get One”, mungkin kita bergeming. Masih serius berkerumun di masjid, menghanyutkan diri dalam tadarus, zikir, dan ibadah lainnya. Saat notifikasi di gadget kita mulai mengabarkan “Buy One Get Two”, konsentrasi mulai goyah. Saat iklan berikut mengabarkan “Beli Sarung Berhadiah Umroh”, banyak Soimin yang kemudian loncat bangun dari masjid. Pulang ke rumah, mengajak anak-istri ke mal, berburu diskon dan hadiah umroh.
Persis seperti mangga yang berloncatan dari tangkai dan dahannya akibat hembusan angin. Para Soimin berloncatan dari masjid, gugurlah perburuan kualitas taqwa. Kita kembali gagal matang dalam naungan Ramadhan. Terulang kembali kegagalan di tahun sebelumnya.
Padahal, sesungguhnya di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, bukan hanya mal yang obral diskon. Allah azza wa jalla pun obral pahala. Jika di mal paling kencang “buy one get three”, maka di masjid berlaku iklan “Satu hari yang setara dengan kebaikan seribu bulan.”
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (AlQur'an) pada Lailatulqadar. Tahukah kamu apakah Lailatulqadar itu? Lailatulqadar itu lebih baik daripada seribu bulan. Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar." – QS. Al Qodar:1-5
Ramadhan Big Sale. Mana yang lebih gede, diskon yang diberikan oleh Allah atau yang diberikan oleh mal? Jangan sampai salah hitung, jangan sampai salah pilih. Berhati-hatilah memilih diskon. Siapa tahu ini adalah Ramadhan terakhirmu. Jangan sampai sekadar terlihat ranum tuntas sebulan puasa, namun esensi pahalanya habis dimakan ulat, alias dapat lapar dan haus belaka!
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!