Rezeki Popularitas

Rezeki Popularitas
Rezeki Popularitas / Photo by Sehajpal Singh on Unsplash

Jika sudah rezeki kita, bagian kita, dan milik kita, maka Allah ﷻ pasti akan kasih kepada kita, dan tak pernah menyelisihi janji. Kalau sudah rezeki kita, pasti Allah akan kasih. Kalau sudah bagian kita dan milik kita pasti Allah akan kasih kepada kita. Hanya saja Allah kadang kasih ujian kepada kita, apakah kita sabar dan tahan menanti kapan rezeki itu datang? Kapan bagian dan milik kita itu tiba? Inilah dia ujian beratnya.

Kadang kala kita sabar, tetapi kadang pula kita tak bisa sabar. Masing-masing ada bagian konsekuensinya. Yang sabar menanti, maka ia akan mendapatkan rezekinya. Demikian juga yang tak sabar menanti, ia juga tetap dapatkan rezekinya. Hanya saja dalam pandangan Allah, dua jenis rezeki tersebut tak sama nilainya. Jika dibuatkan jarak antar keduanya, maka ibarat satu di barat dan satu lagi di timur. Dan sampai kapan pun keduanya tak bisa disamakan dan disatukan, meski bersatu dalam nama, yaitu sama-sama rezeki kita, sama-sama bagian dan milik kita.

Satu contoh, misalnya begini. Bukankah Allah ﷻ menjanjikan kepada kita satu bentuk rezeki berupa popularitas? Ia akan menjadi rezeki kita, bagian kita, dan milik kita. Lalu Allah kasih ujian kepada kita apakah kita sabar dan mampu menahan diri hingga kapan rezeki popularitas itu datang?

Dahulu Rasulullah ﷺ‎ menyampaikan hadits tentang rezeki popularitas ini. Beliau berkata,

Sesungguhnya Allah Swt bila mencintai hamba-Nya memanggil Jibril seraya berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia’. Rasulullah bersabda, ‘Maka, Jibril pun mencintai si fulan’. Lalu, Jibril menyeru semua penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan’. Nabi bersabda, ‘Maka, si fulan dicintai penduduk langit dan dia pun diterima oleh penduduk bumi’.

Jika Allah membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku membenci si fulan, maka bencilah dia sehingga Jibril pun membencinya’. Rasulullah bersabda, ‘Lalu, Jibril menyeru penduduk langit, ‘Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia.’ Penduduk langit pun membenci si fulan, kemudian dia pun dibenci penduduk bumi.” – HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.

Ujian Kerusakan
Baginda Nabi Muhammad saw telah mengabarkan sebelumnya bahwa di antara ujian hebat umat sepeninggal beliau adalah ujian kerusakan perilaku.

Kadang kita tak sabar dan tak bisa menahan diri dari keinginan untuk segera mendapatkan popularitas di dunia, padahal rezeki tersebut telah Allah siapkan tetapi nanti di akhirat. Karena tak sabar, maka kita buru-buru mengambilnya saat ini. Dan karena kita sudah ambil duluan, maka rezeki tersebut tak lagi kita dapatkan di akhirat. Apalagi cara kita mengambilnya pun dengan melanggar syariat. Kita tak lagi mengindahkan norma, dan tak lagi menganggap penting etika. Semua kita anggap sebagai rintangan penghambat kesuksesan. Ya, penghambat kesuksesan dalam kamus kita.

Fokus kita akhirnya hanya membesarkan diri kita, lembaga kita, komunitas kita. Fokus kita akhirnya sekadar memperbagus program dan kerja-kerja kita. Kita fokus pada itu semua karena kita sangat berharap bisa naik memuncaki klasemen popularitas. Dan akhirnya, fokus kita yang hanya pada ikhtiar-ikhtiar kita.

Inilah yang merusak rezeki besar kita yang sebenarnya sudah Allah persiapkan buat kita. Sejatinya Allah sudah siapkan untuk kita rezeki popularitas di surga, tetapi kita keburu mengambilnya di dunia, hingga akhirnya hilang tak ada lagi tersisa. Bukankah kita sudah terburu-buru mengambil rezeki popularitas karena memang sedari awal kita hanya ingin terlihat memiliki diri, lembaga, dan komunitas yang besar? Bukankah kita juga sudah tergesa-gesa mengambil rezeki popularitas karena memang semenjak awal kita hanya ingin terlihat memiliki program dan karya yang luar biasa? Kita lupa bahwa semua rezeki popularitas itu sudah Allah siapkan buat kita, sudah menjadi rezeki kita, menjadi bagian dan milik kita. Di tepat waktunya ia akan menjadi milik kita, hanya memang.

Kita tak bisa sabar dan tak sanggup menahan diri. Kita merasa bahwa popularitas lebih enak untuk dinikmati di sini. Di dunia ini.

Jika kita waras, maka kita akan berpikir cerdas, bahwa tak penting bagi kita terburu-buru mengambil bagian rezeki kita sekarang jika memang Allah sudah janjikan dan siapkan buat kita. Tak semua rezeki harus kita ambil dan nikmati sekarang. Sebab, pada dasarnya Allah sudah atur mana yang boleh kita ambil sekarang dan mana yang baru boleh diambil kelak.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.