Hari ini Kamis,29 Agustus 2024 adalah hari terakhir pendaftaran Cakada untuk Pilkada serentak 2024. Berbeda dengan dua hari sebelumnya, hari ini KPUD di setiap provinsi maupun kabupaten/kota membuka pendaftaran hingga pukul 23.59 waktu setempat. Artinya masih ada waktu sekitar 8 jam lagi dari tulisan ini dibuat. Sepanjang waktu itu boleh jadi akan ada kejutan-kejutan, seperti juga terjadi dalam dua hari kemarin.
Di Jakarta, diluar dugaan PDIP mengusung nama Pramono Anung jadi jagoannya didampingi Rano Karno. Munculnya nama Mensekkab itu memupus peluang Anies di Pilkada Jakarta, karena hanya PDIP partai tersisa yang berpeluang mengajukan calonnya sendiri, setelah KIM plus mengusung RK-Suswono. Dukungan Partai Umat dan Partai Buruh yang tak punya kursi di DPRD Jakarta, tak mencukupi syarat ambang batas yang diputuskan MK.
Padahal Selasa, 27 Agustus itu, santer terdengar Anies akan diumumkan oleh PDIP sebagai Cagub yang diusung partai moncong putih itu bersama puluhan pasangan Cakada lainnya. Berita itu menjadi hits, lantaran beredar dua foto dan video yang seakan memastikan kebenarannya. Pertama, foto dan video Anies mencium tangan ibunya serta minta izin dan doa restu. Kedua Anies dengan memakai tenun ikat warna merah duduk santai bersama si Doel yang berseragam khas PDIP di sebuah ruangan di kawasan kantor DPP PDIP Jalan Diponegoro Jakarta Pusat.
Namun publik - utamanya pendukung berat Anies - kecewa, karena sampai acara pengumuman Cakada PDIP berakhir, tak ada nama mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Sore itu juga mencuat nama mantan Sekjen PDIP Pramono Anung yang juga Menterinya Jokowi. Rabu kemarin, sebelum mendaftarkan pencalonannya bersama Si Doel, Pram menegaskan sudah dapat izin dari Presiden. Bahkan ia juga sudah ngobrol dengan Anies.
Rabu itu juga beredar undangan di media sosial untuk menghadiri pendaftaran pasangan Anies Baswedan - Susi Pujiastuti di KPUD Jakarta dengan didukung koalisi parpol PKB,Umat,Buruh dan Hanura. Belakangan berita itu hoak.
Tapi benarkah kabar pencalonan Anies hoak dan peluang mantan Mendiknas itu tertutup? Belum tentu juga. Sampai dengan malam ini pukul 23.59 segala kemungkinan bisa terjadi, karena politik yang teramat dinamis. Apalagi dalam dua hari ini juga terjadi aneka kejutan. Selain di Jakarta, kejutan yang paling menyita perhatian publik terjadi di Banten, Tangsel, Jabar dan Surakarta.
Di Banten, kader partai Golkar Airin Rachmi Diany semula tidak mendapat rekomendasi partainya sendiri. Ia justru mendapat dukungan dari PDIP untuk menjadi Cagub Banten didampingi Ketua DPD PDIP Banten Ade Sumardi. Dalam pengumunan yang disiarkan televisi nasional publik melihat bagaimana Mega berbicara keras kepadanya dan meminta mantan Walikota Tangsel itu berseragam Merah Hitam. Entah apa sebabnya, selepas pengumuman Cakada PDIP dan semprotan Mega kepada Airin itu, partai Golkar tiba-tiba balik badan. Golkar mencabut dukungannya kepada pasangan yang diusung KIM Plus Andrasoni-Dimyati dan memberikannya kepada Airin.
Di Tangsel pasangan Ariza Patria- Marshel Widiyanto, yang diusung Gerindra tiba-tiba urung maju. Awalnya mantan Wagub DKI Ariza yang menyatakan mundur. Alasannya, partai akan memberinya tugas lain yang belum ia ketahui. Marshel kemudian juga menyusul mundur. Tidak jelas apakah Gerindra akan tetap maju dengan mengusung nama baru ataukah mengalihkan dukungan kepada paslon Benyamin Davnie-Saga Pilar.
Sementara di Surakarta, Cawalkot Gusti Bhree yang diusung Gerindra, PKS dan sejumlah partai lain, tiba-tiba juga menyatakan mundur persis saat hari pertama pendaftaran Cakada. Bukan cuma Gusti Bhree yang urung maju, tapi juga Ketua DPD Golkar Surakarta Sekar Tanjung. Gusti Bhree beralasan karena desakan keluarga, sedangkan Sekar lantaran perintah dan arahan dari DPP Golkar.
Di Jabar, PKS berkoalisi dengan Nasdem mengusung pasangan Syaikhu-Ilham Habibie. Nama Ilham memang sejak awal Agustus sudah beredar. Namun, ternyata putra mantan Presiden Habibie itu berpasangan dengan Syaikhu, juga mengejutkan. Ketika PKS merapat ke koalisi KIM, seperti terjadi di Jakarta, Jateng, Jatim,Sumut dan Banten(sebelum kejutan Airin), hal yang sama diduga kuat juga terjadi di Jabar. Namun, ketika muncul putusan MK, di internal PKS sempat mencuat nama Ketua DPW PKS Jabar, Haru Suwandaru berpasangan dengan Desi Ratnasari disingkat Hade. Namun, belakangan yang muncul justru sang Presiden partai Ahmad Syaikhu.
Melihat dinamika teramat cepat yang terjadi, masih adakah peluang Anies maju?Meski bak lubang jarum, peluang itu tetap ada. Syaratnya, sebagaimana Golkar balik badan di Banten, Gerindra juga tiba-tiba putar arah di Jakarta. Jika ini terjadi, dapat diyakini PKB juga akan bergabung. Dengan 7,8 % perolehan suara di Jakarta, partai pimpinan Cak Imin itu sebenarnya punya hak maju sendiri. Namun, menurut pentolan DPP PKB Jazilul Fawaid, PKB telah menetapkan berkoalisi dengan Gerindra. Maknanya, PKB akan ikut mencabut dukungan ke pasangan Rido (Ridwan-Suswono) jika Gerindra lebih dahulu melakukannya.
Akankan hal itu terjadi? Hanya Allah Yang Maha Tahu. Namun mengingat Gerindra tiba-tiba batal mengusung Ariza Patria di Tangsel, ada kemungkinan tugas yang dibebankan kepada Ketua DPD Gerindra Jakarta itu adalah mendampingi Anies di Jakarta. Apalagi keduanya pernah menjabat Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Ditambah juga RK kader Golkar, bukan Gerindra. Padahal kursi Gerindra di DPRD Jakarta lebih besar dari Golkar. Pidato Prabowo saat penutupan munas Nasdem yang meminta menyudahi segala pertengkaran dan keriuhan saat Pilpres dan bersama-sama bergandengan membangun bangsa bisakah isyarat rekonsiliasi? Wallahu a'lam.
Yang pasti, jika skenario diatas terjadi kontestasi Pilkada Jakarta pasti akan sangat meriah dan warga Jakarta akan punya banyak pilihan. Mungkinkah? Pemilu di Indonesia- termasuk pilkada- kerapkali adalah keputusan Last Minute. Wallahu a'lam bishawwab.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!