Telah berpulang ke Rahmatullah, guru, sahabat dan orang tua kami Allahuyarham Hardi Arifin, Anggota Pembina Dewan Da'wah Islamiah Indonesia (DDII) Pusat.
Alhamdulillah saya bersyukur kepada Allah SWT, bisa menyerap langsung (mulazamah) ilmu-ilmu hikmah dan semangat perjuangan gurunda, ayahanda Allahuyarham Hardi Arifin sejak tahun 2004. Saat menjadi santri kelas 1 Mu'allimien saya bersama aktvis muda Bogor bisa berjam-jam berdiskusi dengan Ayahanda Hardi Arifin. Bahkan sangat nikmat saat beliau mengajak kami makan bersama sambil menanyakan kondisi keluarga.
Ayahanda Hardi Arifin (84 tahun) adalah aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) tahun 60-an. Beliau juga salah satu saksi kunci peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun '65 di Jakarta.
Kedekatannya dengan M. Natsir, Prawoto Mangkusasmito, Mohammad Roem, Buya Hamka, Prof. HM. Rasjidi, KH. Sholeh Iskandar, Ustadz MS. Agustjik, KH. Abdul Gaffar Ismail dan tokoh-tokoh partai Masyumi menjadikan Ayahanda Hardi Arifin masuk dalam kegiatan langkah-langkas strategis perjuangan ummat Islam Indonesia.
Putra kelahiran Serang Banten tahun 1939 ini adalah Pembina Yayasan Universitas Ibn Khaldun (UIKA), Rumah Sakit Islam (RSI) Bogor, Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh Indonesia (BKSPPI) dan Serikat Tani Islam Indonesia (STII) yang hobinya "mengkliping berita-berita politik". Hal ini dilakukannya sejak tahun 50an. Berita-berita politik tanah air dan internasional inilah yg kemudian menjadi bahan diskusi dan training para kader-kadernya.
Saya bersaksi Ayahanda Hardi Arifin adalah pejuang Islam yang tangguh berjuang. Selamat jalan guruku, Semoga kami bisa melanjutkan perjuanganmu di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Patah tumbuh hilang berganti!
Risalah merintis, dakwah melanjutkan!
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!