
Hadi Nur Ramadhan
Total 12 Artikel
Selamat Jalan Pejuang!
Ayahanda Hardi Arifin (84 tahun) adalah aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII) dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) tahun 60-an. Beliau juga salah satu saksi kunci peristiwa pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) tahun '65 di Jakarta.
Tujuh Puluh Tiga Tahun Mosi Integral: "Mengenang Perjuangan Mohammad Natsir"
Bahkan Bung Hatta menyebut Mosi Integral Natsir sebagai Proklamasi yang kedua setelah Proklamasi yang pertama pada 17 Agustus 1945.
Ali Audah, Kenangan dan Kesan Pribadi
Sosok Pak Ali Audah sungguh mengundang simpati. Kala itu, saya adalah anak muda yang terpaut jauh dengan beliau. Namun, Pak Ali Audah tidak pernah memandang saya dengan sebelah mata. Beliau selalu bersedia meluangkan waktu untuk diajak berdiskusi tentang segala hal.
Kembali Ke “Rumah Besar” Dewan Da’wah (Bagian 4 terakhir)
Saat itu juga dirinya kembali ke rumah besarnya yakni Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang selama masa mudanya ia banyak menimba ilmu dan ketauladan dari para bapak-bapak Masyumi.
Aktifis Da'wah Melanglang Buana (Bagian 3)
Khusus di kalangan masyarakat Indonesia Siddik mengambil inisiatif mengadakan pengajian rutin dari rumah ke rumah.
Anak PII yang dibesarkan Dewan Da'wah (Bagian 2)
Setelah ayahnya meninggal rasanya tidak mungkin ia untuk kembali menuju bangku kuliah, karena ia harus bekerja membantu keluarganya. Selain jiwa semangat PII dan etos kerja ayah, kebesaran hati ibunya terus memberikan dorongan semangat belajar.
Mohammad Siddik, Komandan Diplomasi yang Kembali ke Rumah Besar (Bagian 1 dari 4 tulisan)
Sabili | Sejauh dan setinggi apa pun bangau terbang, akan kembali ke sarangnya. Agaknya ungkapan ini cocok untuk menggambarkan Figur kita kali ini. Sepak terjang Almarhum Mohammad Siddik semasa hidupnya, sekaligus
KH. A.R. Fakhruddin: "Ulama Zuhud ditengah Tantangan Zaman"
Tutur kata seiring dengan perbuatan. Tak silau harta dan jabatan. Mengutamakan dakwah di masyarakat bawah.
KH.Abdul Gaffar Ismail: “Ulama Heroik yang Mengajarkan Cinta”
Salah satu sumbangsih Gaffar Ismail adalah kegigihannya mendorong persatuan umat Islam. Tercapai, pada tahun 1947, lahir partai politik Masyumi
Angku Nasaruddin Latif: "Ulama Konselor Pernikahan yang Terlupakan"
“kehebatan suatu bangsa dapat dilihat dari kehebatan sebuah keluarga yang bahagia, sebaliknya hancurnya suatu bangsa dapat dilihat pada hancurnya sebuah keluarga yang tidak bahagia”