Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia telah menetapkan bahwa tanggal 1 Dzulhijjah 1446 Hijriyah jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Keputusan ini diumumkan usai pelaksanaan Sidang Isbat yang digelar di kantor pusat Kemenag di Jakarta pada Selasa, 27 Mei 2025 petang. Dengan demikian, Hari Raya Idul Adha yang bertepatan dengan 10 Dzulhijjah 1446 Hijriyah akan dirayakan pada Jumat, 6 Juni 2025.
"Telah disepakati bahwa awal bulan Dzulhijjah 1446 Hijriyah jatuh pada 28 Mei 2025, dan Hari Raya Idul Adha akan berlangsung pada 6 Juni 2025," kata Menteri Agama, Nasaruddin Umar, dalam pernyataannya usai Sidang Isbat tersebut.
Umat Islam di seluruh dunia kini tengah bersiap menyambut Hari Raya Idul Adha 1446 H yang jatuh pada Jumat, walau ada juga yang merayakannya pada 7 Juni 2025 menyesuaikan dengan hasil rukyatul hilal pada akhir Dzulqa’dah 1446 H. Yang terpenting adalah Hari Raya Idul Adha bukanlah sekadar hari libur keagamaan, tetapi merupakan momen spiritual besar yang mengajarkan ketaatan, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama. Ia menjadi pengingat tentang pengorbanan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam dan Nabi Ismail ‘alaihissalam, yang membuktikan kepatuhan sejati kepada perintah Allah Swt.
Hal itu sebagaimana sabda Nabi Muhammad ﷺ, “Sesungguhnya hari yang paling agung di sisi Allah adalah Hari Nahr (Idul Adha)” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah).
Semangat Ibadah Qurban: Menebar Cinta, Menghapus Ego
Ibadah qurban adalah wujud nyata dari pengabdian kepada Allah sekaligus bentuk solidaritas sosial. Di dalam Al Qur’an disebutkan, “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaanmulah yang dapat mencapainya” (QS Al-Hajj: 37).
Ibadah qurban mengajarkan kepada umat Islam untuk tidak terikat pada dunia, melainkan tunduk kepada nilai-nilai ukhrawi dan sosial. Daging hewan qurban pun disalurkan kepada fakir miskin, tetangga, dan kaum dhuafa, sebagai wujud syiar Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Menjelang datangnya Idul Adha, umat Islam diajak untuk menghidupkan malam dengan kumandang takbir, tahmid, dan tahlil, sejak malam Idul Adha hingga akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijjah). Diawali berpuasa Arafah (9 Dzulhijjah) bagi yang tidak berhaji, karena pahalanya sangat besar.
“Puasa Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang” (HR Muslim).
Dan menyiapkan qurban bagi yang mampu. “Tidak ada amal anak Adam pada hari Nahr yang lebih dicintai Allah selain menyembelih hewan qurban” (HR Tirmidzi).
Distribusi Qurban: Antara Syariat dan Keadilan Sosial
Idul Adha juga menjadi momentum strategis untuk memerkuat jaringan sosial umat Islam, terutama melalui distribusi daging qurban secara adil dan merata. Banyak lembaga Islam, semisal NU Care-LAZISNU, Lazismu, Dompet Dhuafa, dan Rumah Zakat, membuka program qurban berbasis desa dan pesantren. Distribusi semacam ini sejalan dengan sabda Nabi ﷺ, “Makanlah, berilah makan (kepada fakir miskin), dan simpanlah” (HR Muslim).
Di tengah budaya konsumtif dan gaya hidup modern, Idul Adha juga menjadi sarana pendidikan ruhani bagi anak-anak dan keluarga, agar tumbuh menjadi pribadi yang bersyukur, tangguh, dan dermawan. Jangan biarkan ibadah ini sekadar rutinitas, tetapi tanamkan makna pengorbanan dan nilai tauhid sejak dini.
Mari songsong Idul Adha 1446 Hijriyah ini dengan hati yang suci, niat yang lurus, dan semangat berbagi. Semoga setiap tetesan darah qurban menjadi saksi keikhlasan kita di hadapan Allah, serta memerkuat ukhuwah Islamiyah di tengah umat dan bangsa.
“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar” (QS As-Shaffat: 107).
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!
