Di tengah perjuangan rakyat Palestina melawan penjajahan terhadap Israel, akhir-akhir ini ramai jadi perbincangan soal buah semangka yang dijadikan simbol dukungan terhadap Palestina. Hal ini viral di media sosial semisal Instagram, X, Whatsapp, hingga Facebook. Pengguna media sosial kerap mengunggah ilustrasi berupa buah semangka sebagai bentuk dukungan mereka terhadap Palestina, baik dalam bentuk emoji maupun karya seni.
Sebenarnya, semangka menjadi simbol dukungan terhadap Palestina dan perlawanan kepada zionis Israel itu bukanlah hal baru. Namun, dalam beberapa pekan terakhir kemunculannya semakin masif dan ramai di berbagai platform media sosial, sejak konflik Israel-Hamas pecah di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, dan masih berlangsung hingga sekarang.
Semangka menjadi buah ikonik yang mewakili Palestina. Tumbuh di seluruh Palestina, dari Jenin hingga Gaza, buah semangka memiliki warna yang sama dengan bendera Palestina – merah, hijau, putih, dan hitam – sehingga digunakan sebagai simbol untuk memprotes penindasan Israel terhadap bendera dan identitas Palestina.
Kemunculan Semangka Palestina
Semangka Palestina pertama kali muncul setelah Perang Enam Hari pada 1967, ketika Israel menguasai Tepi Barat dan Gaza, serta mencaplok Yerusalem Timur. Saat itu, pemerintah Israel menjadikan pengibaran bendera Palestina di depan umum sebagai pelanggaran pidana di Gaza dan Tepi Barat.
Baca Juga : Kekalahan Yahudi: Tak Bisa Melawan Ketakutannya Sendiri
Para pejuang kemerdekaan Palestina kemudian mencari cara untuk menyampaikan pesan politik dan perjuangannya tanpa menimbulkan kecurigaan. Mereka menemukan bahwa ketika semangka dibelah, buah itu memiliki warna yang mirip dengan bendera Palestina, yaitu hijau, putih, hitam, dan merah. Mereka lantas menjadikan semangka sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan yang terjadi sekaligus sebagai media propaganda.
Mereka pun menulis slogan-slogan seperti "Hidup Palestina", "Turunkan Zionisme", atau "Bebaskan Tanah Suci" di kulit semangka dengan pisau atau cat. Kemudian, mereka menjual atau membagikan semangka-semangka tersebut di pasar-pasar atau tempat-tempat umum. Dengan demikian, mereka dapat menyebarkan pesan solidaritas dan perlawanan mereka secara diam-diam.
Namun, trik itu tidak berlangsung lama. Pemerintah Inggris segera mengetahui adanya gerakan semangka ini, lalu melarang penjualan dan konsumsi semangka di tanah Palestina. Tidak hanya pelarangan, mereka (Pemerintah Inggris, red) membakar ladang-ladang para petani. Hal ini menjadikan kemarahan dan kesedihan bagi warga Palestina. Meskipun demikian, sejarah Semangka ini memiliki makna tersendiri bagi para Pejuang Palestina, dijadikan sumber inspirasi para sastrawan, seniman, hingga masyarakat sekarang.
Semangka dan Dunia
Pada 2007, tepat setelah Intifada Kedua, seniman Khaled Hourani menciptakan Kisah Semangka untuk sebuah buku berjudul “Subjective Atlas of Palestine”. Tahun 2013, ia mengisolasi satu cetakan dan menamakannya “The Colours of the Palestinian Flag”, dan sejak itu dikenal oleh orang-orang di seluruh dunia. Hingga di tahun 2021 seorang seniman bernama Sliman Mansour menceritakan kepada The National tentang kisahnya yang terjadi tahun 1980. Kisah pahit dan penuh diskrimasi itu berkaitan dengan bendera Palestina serta simbol semangka.
Sliman Mansour bercerita bahwa di tahun 1980 para pejabat Israel menutup sebuah pameran di Galeri 79 yang berlokasi di Ramallah yang berada di Tepi Barat, Palestina. Pameran tersebut menampilkan karya-karya Sliman Mansour dan seniman lain bernama Nabil Anani dan Issam Badri.
Baca Juga : Sekilas Sejarah Pendudukan Zionis di Palestina
Semangka dan Aksi Solidaritas Warga Dunia Hari Ini
Saat ini, warga dunia beramai-ramai memposting ilustrasi semangka di berbagai platform media sosial, baik dalam bentuk karya seni maupun emoji. Para influencer, aktivis, hingga masyarakat dari kalangan mana pun mem-posting semangka, selain sebagai bentuk keberpihakan mereka terhadap perjuangan Palestina, juga untuk menghindari shadow banned di social media.
Begitulah sedikit bukti nyata aksi solidaritas dan hal lain yang dilakukan masyarakat dunia dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Cukuplah kita membuka mata kita dan menjadi manusia untuk membela Palestina. Cukuplah 75 tahun di tengah penjajahan, pelecehan, pengusiran, pembunuhan, pembantaian terhadap bayi, anak-anak, dan perempuan, hingga penghancuran. Cukuplah 16 tahun penjara yang mengerikan untuk dua juta manusia dalam tanah sempit bernama Gaza.
Manfaatkan media sosial untuk mengabarkan kepada dunia tentang kondisi rakyat Palestina, yang berjuang semata-mata untuk mengambil kembali tanah air mereka. Hari ini, semangka mengemban peran penting sebagai simbol dalam demonstrasi dan ekspresi solidaritas. Terutama selama masa-masa krisis di Gaza. Kehadirannya dalam protes menjadi lambang ketahanan dan identitas nasional, sekaligus menyampaikan pesan tentang persatuan dan perlawanan.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!