Silaturrahmi Bermotif Politik

Silaturrahmi Bermotif Politik
Photo by freepik / freepik.com

Silaturahmi merupakan salah satu ajaran yang penting dalam Islam. Saking pentingnya, Nabi Muhammad Saw berkenan mengingatkan umatnya tentang silaturrahmi  dengan sabdanya:

(لاَ يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَاطِعٌ)
“Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali persaudaraan (silaturahim).” – HR. Imam Bukhari

Pesan dan ajaran silaturrahmi bahkan selalu muncul dalam ibadah-ibadah wajib yang disyariatkan dalam Islam. Misalnya dalam ibadah sholat, pesan silaturrahmi dapat dilihat dari anjuran sholat berjamaah di masjid yang memungkinkan kaum muslimin bersilaturrahmi sesamanya, lima kali sehari. Sholat juga di akhiri dengan ucapan salam untuk saling mendoakan sesama muslim, silaturrahmi demikian lekat dengan ajaran dan praktik sholat, ibadah harian kaum muslimin.

Demikian juga dalam ibadah lain semacam zakat, puasa, dan haji. Dalam ibadah-ibadah tersebut, ajaran silaturrahmi muncul dalam beragam tingkatan intensitas, kualitas dan kuantitas. Dalam ibadah puasa, silaturrahmi telah meningkat menjadi empati, solidaritas sosial, dan pembelaan atas saudara muslim dari kepapaan dengan pembagian fitrah. Ibadah haji mengubah orientasi silaturrahmi yang bersifat sektoral-lokal menjadi silaturrahmi universal, menembus batas-batas geografis dan nasionalisme.

Seakan ingin menegaskan arti penting silaturrahmi dalam  kehidupan kaum muslimin, Allah ﷻ berkenan menautkan dampak silaturrahmi dengan dua hal yang amat mendasar; umur panjang dan rezeki. Dua hal yang menjadi keinginan semua manusia.

Sesungguhnya ajaran silaturahmi diamalkan tanpa mengenal musim. Kapan saja jika ada waktu dan kesempatan, yang penting melakukannya dengan menjunjung tinggi akhlaq mulia, menghormati privasi dan hak saudara kita,  kemudian motifnya dalam rangka menjalankan ajaran Islam serta bertujuan mencari ridha Allah, maka mudah-mudahan Allah akan memberikan kompensi pahala sebagai mana yang dijanjikan-Nya.

Nah, memasuki tahun politik seperti saat ini, tiba-tiba banyak politisi yang rajin bersilaturrahmi. Apakah praktik silaturrahmi  dengan motif politik, agar mendukung dan memilihnya menjadi pejabat di lembaga eksekutif maupun legislatif bisa dibenarkan dalam ajaran Islam?

Menjawab pertanyaan tersebut, kita harus ingat pada azas bahwa politik merupakan salah satu bagian dari ruang lingkup syari'at Islam, yang terdiri dari: 1. Ibadah, 2. Mu'amalah, 3. Munakahat, 4. Jinayah, 5. Akhlaq, 6. As-siyasah (politik).

Jika seseorang yang mengaku sebagai muslim menjalankan politik (as-siyasah) sesuai dengan 6 (enam) prinsip dasar hukum politik Islam yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah. yaitu : 1). Prinsip pemerintahan; 2). Prinsip keadilan; 3). Prinsip musyawarah dan Ijma'; 4). Prinsip kesetaraan; 5). Prinsip hak dan kewajiban negara dan rakyat; 6). Prinsip amar ma'ruf nahi munkar (Mutiara Fahmi, 2017),  maka silaturahmi semacam ini sah dan halal serta bernilai Ibadah. Akan tetapi jika tidak memenuhi prinsip dasar tersebut, maka sudah barang tentu tidak akan bernilai Ibadah.

Acapkali kali yang terjadi di masyarakat Indonesia adalah prinsip dagang, yakni jual-beli habis. Para calon pejabat, baik  ekskutif maupun legislatif membeli hak suara para pemilih, setelah transaksi selesai, maka hubungan keduannya putus. Tidak ada hubungan apapun lagi di antara keduanya secara politik.

Akhirnya ekskutif atau legislatif ketika sudah berhasil memenangi kursi jabatan yang diincarnya, maka tak ada kewajiban mereka untuk menyampaikan aspirasi orang yang telah mereka beli suaranya, beli putus!

Praktik politik seperti ini selain menciderai proses demokrasi  juga akan berdampak dalam jangka panjang yakni rusaknya mutu penyelenggaraan negara dan tumbuh suburnya praktik korupsi, nepotisme dan kolusi secara masif. Alih-alih mampu mengembangkan politik sesuai prinsip dan nilai ajaran Islam, praktik politik seperti justru mengaburkan makna bernegara yang antara lain dalam rangka menegakkan keadilan sosial, perlindungan sosial, dan kesejahteraan sosial.

Jika politik atau as-siyasah seperti ini, maka jangan berharap negara menjadi adil dalam kemakmuran dan makmur dalam keadilan.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.