Tak Hanya Membelot, Perwira Penjajah Juga Ultimatum Netanyahu

Tak Hanya Membelot, Perwira Penjajah Juga Ultimatum Netanyahu
Tak Hanya Membelot, Perwira Penjajah Juga Ultimatum Netanyahu / Foto AVP

Surat kabar Yedioth Ahronoth yang berbasis di Israel mewartakan, pada Kamis (10/4/2025), sekitar 150 orang perwira di Angkatan Laut (AL) Penjajah Israel menandatangani sebuah petisi yang menuntut dihentikannya perang di Gaza serta mendesak pertukaran para sandera.

Sehari sebelumnya, Rabu (9/4/2025), sekitar 1.000 personel militer — baik pensiunan maupun yang masih aktif — di Angkatan Udara (AU) Israel, telah merilis sebuah surat terbuka yang menyerukan diakhirinya perang berkepanjangan di Jalur Gaza — yang telah berlangsung selama lebih dari satu setengah tahun — dengan imbalan pembebasan para sandera yang masih ditahan di wilayah tersebut. Para penandatangan surat terbuka itu menyerukan kepada seluruh warga Israel untuk menuntut di mana pun dan dengan cara apa pun agar genosida segera dihentikan dan semua sandera segera dikembalikan.

Dokumen Rahasia Penjajah: “Hamas Masih Miliki 20.000 Pasukan dan 75% Terowongan Bawah Tanah yang Efektif Berfungsi”
Dokumen rahasia milik militer Penjajah Israel mengungkap fakta mengejutkan, sejauh ini militer Penjajah Israel baru berhasil menghancurkan sekitar 25 persen dari total jaringan terowongan bawah tanah milik pejuang Hamas di wilayah Gaza.

Pemerintah penjajah Israel memerkirakan, masih ada 59 warganya yang disandera di Gaza. Sementara itu, lebih dari 9.500 warga Palestina mendekam di penjara-penjara milik penjajah Israel. Menurut berbagai laporan media Palestina dan Israel, para tahanan Palestina mengalami penyiksaan, kelaparan, dan fasilitas medis yang buruk, sehingga merenggut banyak nyawa di antara mereka.

Pada 1 Maret 2025 lalu, tahap pertama dari kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Hamas dan penjajah Israel resmi berakhir. Kesepakatan ini mulai diberlakukan sejak 19 Januari 2025 dengan mediasi Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.

Pejuang Palestina telah menjalankan komitmennya dalam kesepakatan tersebut. Namun, Perdana Menteri penjajah Israel Benjamin Netanyahu — yang saat ini menjadi buronan pengadilan internasional — enggan melanjutkan ke tahap kedua dan kembali melancarkan serangan di Gaza, tepatnya pada 18 Maret lalu.

Akibat tindakan genosida yang dilakukan penjajah Israel, sekitar 1,5 juta warga dari total 2,4 juta orang penduduk Gaza kini kehilangan tempat tinggal. Wilayah tersebut telah memasuki fase kelaparan akibat blokade total akses bantuan kemanusiaan.

 

Sumber: TRT Arabi

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.