Majma’ Al Fiqh Al Islami Sudan resmi memutuskan bahwa hari Jum’at, 21 April adalah hari Idul Fitri bagi negara Sudan. Idul Fitri kali ini diliputi ketegangan dan kecemasan, imbas konlik antara Militer Sudan dengan paramiliter RSF. Memasuki hari ke 6 perang, kamis 20 April 2023 dikala ummat muslim di banyak belahan dunia sedang berbahagia menyambut hadirnya Idul Fitri, diiringi dengan untaian syahdu nan khusyuk kumandang “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, Laa ilaha illallah huwallahu Akbar, Allahu Akbar walillahil hamd” muslim di Sudan malah dirundung ketakutan.
Pasalnya, Militer melalui laman resminya di facebook mengumumkan bahwa operasi militer tahap pertama telah sukses dilakukan, dan kini siap memasuki operasi militer tahap dua. Bahkan mereka tidak segan menegaskan bahwa hari raya Idul Fitri besok, rakyat akan mendapatkan kabar gembira dengan takluknya pemberontak RSF di tangan militer.
Berbarengan dengan rilis yang viral tersebut, beredar pula sebuah rilis yang tak kalah menggemparkan. Sebagaimana yang dibagikan oleh akun Instagram @zool.makana tertera sebuah flyer dengan lambang resmi militer Sudan menyampaikan informasi penting dan sensitif kepada seluruh warga yang tinggal di Sudan, khususnya ibukota Khartoum.
“Saat ini telah dikerahkan ribuan personel militer dari komando pasukan rakyat (salah satu unit komando dalam militer Sudan-red), personel intelejen dan personel dari komando pasukan cadangan untuk melaksanakan operasi pembersihan total ibukota Khartoum dari pemberontak. Pergerakan pasukan ini menyusul keberhasilan angkatan udara dalam menggempur kamp musuh. Kami akan terus menggempur musuh hingga kemenangan kami raih. Oleh karenanya kami menghimbau kepada seluruh penduduk agar menetap di rumah masing-masing, menutup pintu rapat-rapat dan menjauh dari jendela serta area terbuka” bunyi rilis tersebut.
Tepat pukul 00.00 Waktu Sudan rentetan tembakan dan rudal bersahutan. “Ada 3-4 titik ledakan di belakang Darussalam (asrama mahasiswa IUA-red)” tulis akun Aqomaddin dalam sebuah group whatsapp WNI di Sudan. “Di suk markasi (Pasar-red) juga suaranya besar sekarang sampai bergetar lantai” tulis akun Nandini menanggapi. “Wehh tiap hari begadang gabisa tidur. Merinding” sahut akun Kings. Para anggota group pun saling melaporkan kondisi di tempat tinggal masing-masing. Hujan tembakan dan ledakkan bom menghiasi malam takbiran ibukota Khartoum Sudan. Kengerian yang sungguh tidak pernah terbayangkan oleh WNI di Sudan. Malam itu seakan bumi berputar lebih lambat dari biasanya.
“Yang tidurnya di ranjang dekat tembok, mungkin lebih aman kasurnya diangkat, dipindahkan ke ruang tengah” tulis akun Izham menyarankan anggota group yang lain. “Dentuman keras lagi untuk kesekian kalinya” tulis akun El disertai emot menangis. “iya ni ana sama temen-temen ada di perumahan dosen, ledakan ada di antara rumah (dosen-red) dan asrama banat (mahasiswi-red)“ tulis akun Aqomaddin. Seketika untaian istighfar, solawat, innalillahi, hawqolah bersahutan di group. “Tetap waspada tetap dzikir berdoa يا لطيف يا لطيف يا لطيف“ tulis akun Ma’rifat Dzaki menenangkan angota group lainnya atas kengerian malam yang sedang mereka lewati.
Bahkan, sejumlah pengurus dan anggota PCINU Sudan selalu menggelar istighotsah tiap malamnya memohon keselamatan kepada Allah swt dan agar perang segera usai.
Pemerintah RI akan Segera Evakuasi WNI dari Sudan
Pagi hari sebelum kengerian di atas terjadi, kamis 20 April 2023 Menteri Luar Negeri Indonesia melakukan siaran pres virtual menyatakan bahwa pemerintah akan segera mengevakuasi seluruh WNI yang terjebak perang di Sudan,
“Persiapan evakuasi dimatangkan sambil menunggu saat tepat untuk lakukan evakuasi dengan mempertimbangkan keselamatan WNI” papar Retno.
Pihaknya juga melakukan koordinasi intens dengan KBRI Khartoum terkait perkembangan terkini. Sambil menunggu situasi aman, Retno meminta KBRI Khartoum untuk aktif berkomunkasi dan meminta bantuan kepada KBRI terdekat yaitu KBRI Kairo, Addis Ababa, Riyadh dan KJRI Jeddah untuk mengatur langkah taktis kontijensi dan evakuasi.
“Hingga saat ini belum ada evakuasi warga negara asing dari Khartoum. Karena kondisi kemanan tidak memungkinkan” terang Retno.
Berdasarkan pantauan sabili.id pihak KBRI Khartoum proaktif menyiapkan segala opsi untuk evakuasi dan menjaga keselamatan WNI. Bersama seluruh elemen dan organisasi WNI yang ada, berjibaku untuk memenuhi logistik, penyediaan safe house bagi ibu hamil dan bayi, distribusi bantuan untuk pemenuhan kebutuhan pokok serta menyapa serta memberi arahan keapada mahasiswi yang sedang mengungsi di auditorium Mu’tamarot.
Suara Hati Mahasiswi di Sudan
800 dari 1.209 WNI yang terjebak perang di Sudan berstatus sebagai pelajar. 200 diantaranya adalah mahasiswi. Para mahasiswi tersebut tergabung dalam wadah Persatuan Pelajar Putri Indonesia (PPPI Sudan). Melinda, selaku ketua PPPI Sudan menyampaikan suara hati anggotanya,
“untuk saat ini yang paling kami butuhkan dari teman-teman yang ada di Indonesia adalah doa. Sebarluaskan berita terkait kondisi Sudan dan WNI yang ada disini secara valid, tidak kurang juga tidak dilebih-lebihkan”.
Pihaknya juga terus melakukan giat kemanusiaan kepada sesama pelajar terdampak, “Alhamdulillah para mahasiswi di tempat evakuasi sudah mendapatkan bantuan logistik dari relawan lumbung pangan. Relawan ini terdiri dari berbagai elemen seperti PPI Sudan, IMI IUA dan aktivis lainnya”.
Ia dan pelajar lainnya berharap perang segera usai dan kedamaian bisa kembali menyapa Sudan, “Takutnya jika keadaan terus seperti ini maka keadaan akan semakin memburuk dan muncul pertanyaan, sampai kapan kita mampu bertahan dengan keadaan seperti ini?” tutupnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!