Sebuah artikel yang dipublikasikan surat Kabar ternama The Guardian, menurunkan berita berupa fakta mengejutkan akan keterlibatan sebuah “Tim Israel” yang bekerja memanipulasi hasil Pemilu 30 Negara di Dunia. Dalam aksinya mereka menggunakan teknik peretasan (hacking), kloning, sabotase dan penyebaran hoaks secara massif dan membabi buta. Tim ini telah beraksi selama dua dekade terakhir.
Fakta tersebut terungkap berdasarkan sebuah rekaman video investigasi yang dilakukan oleh Federasi Jurnalis Internasional kala mendatangi kantor “Tim Israel” tersebut, 20 km dari ibukota Tel Aviv. Video tersebut direkam oleh 3 orang jurnalis (dari Radio France, Haaretz dan The Marker) yang menyamar dengan berpura-pura sebagai klien.
Dalam menjalankan operasinya tim tersebut menggunakan nama samaran “Tim Jorge”, dikepalai oleh seorang mantan anggota pasukan khusus Israel, Tal Hanan (50 Tahun). Aksinya tersebar luas di benua Afrika, Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Eropa. Klien mereka pun beragam, mulai dari dinas intelejen, politisi, partai politik hingga korporasi.
Hanan menjelaskan bahwa timnya berisi mantan agen pemerintah yang berpengalaman di bidang keuangan, media sosial, kampanye politik serta “Perang Psikologis”.
Salah satu aksi yang diungkap oleh Hanan dan tim adalah aksinya di Indonesia pada tahun 2019 silam, dengan meretas website resmi KPU. Serangan siber tersebut dilakukan 1 bulan sebelum pemilu berlangsung.
Selain Indonesia, timnya juga beraksi pada tahun 2014 silam di provinsi Katalan, Spanyol saat referendum dilakukan. “Tim Jorge” berhasil menggagalkan usaha partai Katalan untuk memisahkan diri dari Spanyol. Pada tahun 2012 silam timnya juga beraksi di Venezuela, dan berhasil menggagalkan Hugo Chavez kembali memenangi pemilu presiden, “Dari 33 operasi yang kami lakukan untuk memanipulasi hasil pemilu presiden di dunia, 27 diantaranya berhasil,” pungkas Hanan.
Guna mendukung aksinya, “Tim Jorge” mengembangkan software canggih bernama “AIMS” (Advanced Impact Media Solutions). Software ini berperan vital dalam melakukan peretasan dan kloning ribuan akun palsu di platform media sosial terkenal seperti Twitter, Facebook, Instagram, Telegram, Gmail, Linkedin & Youtube.
“Tim Jorge” mengungkapkan besaran tarif yang dipatok untuk sebuah operasi pemilu di suatu negara. Berkisar antara 6 sampai 15 juta dolar Amerika untuk pemilu presiden. Mereka menerima pembayaran kompensasi tersebut baik berupa uang tunai atau bitcoin.
Namun, dalam sebuah email yang berhasil diretas oleh “The Guardian” menunjukkan bahwa Hanan meminta kompensasi yang lebih rendah dari nominal di atas. Ia meminta kompensasi sebesar 160.000 dolar Amerika kepada Cambridge analytica, sebuah lembaga konsultan inggris yang kini sudah berhenti beroperasi, untuk keterlibatan “Tim Jorge” selama 8 pekan dalam pemilu di Amerika Latin.
Hal yang tak kalah mengejutkan dari investigasi ini adalah, dalam menjalankan aksinya “Tim Jorge” menggunakan perusahaan cangkang sebagai kedok, "Dememan International". Sebuah perusahaan yang terdaftar secara resmi di situs web dan dijalankan oleh Kementerian Pertahanan Israel untuk meningkatkan ekspor pertahanan. Ketika diminta klarifikasi terkait hal tersebut, Kementerian Pertahanan Israel menolak untuk berkomentar.
Investigasi ini diinisiasi oleh sekumpulan jurnalis dari 30-an media ternama, di antaranya Der Spiegel (Jerman), Le Monde (Perancis) dan El Pais (Spanyol). (Sumber : The Guardian & Al Jazeera)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!