Mengenai event-making man (manusia sebagai pencipta peristiwa), di dalam konteks bangsa Indonesia kita bisa merujuk kepada beberapa tokoh besar di masa lalu. Misalnya pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan; pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Syaikh Ahmad Surkati; dan guru besar Persatuan Islam (Persis), Tuan Ahmad Hassan. Dari trio Ahmad inilah, Pembaharuan Islam berjalan dengan sangat terorganisasi di tempatnya masing-masing. Muhammadiyah di Yogyakarta, Al-Irsyad Al-Islamiyyah di Jakarta, dan Persis di Bandung.
Sebagai motor penggerak Dakwah Pembaharuan Islam di Jawa, trio Ahmad itu berhadapan dengan beberapa pihak yang tidak suka dengan dakwah yang dibawanya. Wajar, dikarenakan kebiasaan yang sudah melekat secara turun menurun. Mujaddid tanah jawa ini malah datang dengan membawa perubahan mendasar terhadap cara pandang dan pola pikir keagamaan Ummat Islam pada saat itu.
Ketika Umat Islam pada saat itu terkurung kejumudan, kebodohan, kemiskinan, dan penjajahan negara-negara barat, trio Ahmad datang membawa angin segar bagi kaum Muslimin, dan berhasil melakukan perubahan mendasar dalam cara pandang serta pola pikir yang sudah ada. Dengan semangat Tajdid, ketiga tokoh Mujaddid Nusantara itu mampu memberikan cahaya Islam di tengah-tengah masyarakat yang sangat kronis dalam kejumudan dan taqlid buta. Dengan lebih menekankan kepada gerakan pemurnian ajaran Islam, membersihkan unsur-unsur jumud dan taqlid buta dalam tubuh Umat Islam, trio Ahmad ini segera tampil merepresentasikan gerakan Islam modern, bahkan hingga hari ini.
Baca Juga : KH Wahid Hasyim, Kontributor Penting Perumusan Dasar Negara
Melihat semangat Pembaharuan Islam di tanah jawa yang begitu menggelora, trio Ahmad bersama gerakannya masing-masing begitu gencar membuat gagasan-gagasan Reformasi dalam Islam untuk membawa masyarakat Islam kepada abad pencerahan. Mulai dari mendirikan rumah sakit, membuat sekolah-sekolah, menerbitkan buku atau majalah, bahkan sampai debat-debat terbuka.
Kemampuan berpikir trio Ahmad yang sangat luhur dan menguasai berbagai macam keilmuan ini membuat tidak sedikit lawan yang bertekuk lutut dan terbuka cakrawala berfikirnya setelah debat terbuka dilakukan. Dengan ilmu yang sangat tinggi, beberapa kali trio Ahmad ini berani berdebat dengan siapa pun untuk mencari kebenaran yang Haqiqi. Contohnya, KH Ahmad Dahlan beberapa kali berdebat dengan Pastor Van Lith, Pastor Van Driesse, dan Pendeta Domine Bakker. Ketika berdebat dengan Pendeta Domine Bakker, KH Ahmad Dahlan sampai menantang untuk keluar bersama-sama dari agamanya masing-masing, lalu bertukar pikiran mencari agama yang benar, dikarenakan Bakker berbelit-belit dan tidak mau mengakui kekalahannya dalam debat.
Syaikh Ahmad Surkati pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah juga pernah berdebat sengit dengan Semaun, tokoh Komunis, di dalam Kongres Al-Islam I di Cirebon tahun 1922. Topik yang dibahas bukan main, yaitu Islam atau Komunisme yang bisa memerdekakan negeri ini dari penjajahan? Sebagai Ulama penganut pan Islam, Syaikh Ahmad Surkati berargumen, hanya dengan Islam-lah negeri Indonesia ini bisa dimerdekakan. Bukan dengan Komunisme.
Tentu master mind debat-debat terbuka yang paling banyak mungkin bisa disematkan kepada Tuan Ahmad Hassan. Raja debat dari Kota Bandung ini dikenal sebagai ahli Tafsir, ahli Hadits, dan ahli berbagai ilmu pengetahuan lainnya. Tidak mengherankan jika Tuan Ahmad Hassan terkenal sebagai ulama yang militan. Berani berdebat terbuka. Keberanian dalam dakwah melalui debat terbuka itu begitu menyita perhatian Umat Islam pada saat itu. Perdebatan Ahmad Hassan dengan orang Atheis, juga dengan kalangan Ahmadiyah, pernah ia lakukan.
Pelajaran dari debat-debat terbuka yang dilakukan oleh trio Ahmad adalah bahwa gagasan Pembaharuan Islam begitu masif pada zaman itu. Metode dakwah yang asing, lewat debat terbuka, membuat wawasan masyarakat Islam terbuka. Walau pun debat begitu keras dan sengit, tetapi para narasumber dalam perdebatan tetap saling menghormati, bahkan saling memuji keilmuan satu sama lain. Hal seperti itu mungkin tidak akan pernah bisa kita jumpai pada zaman sekarang ini.
Semoga kiprah pelopor gerakan Pembaharuan Islam di Nusantara ini bisa terus dilanjutkan oleh kita pada zaman ini. Lewat kemampuan masing-masing, trio Ahmad ini ingin membuktikan kepada masyarakat, bahwa Islam itu bukan sekadar mengatur ibadah semata serta memegang teguh Aqidah. Tetapi Islam juga mengatur seluruh tatanan kehidupan (Muamalah).
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!