Selasa, 2 Juli 2024, pukul 09.31 WIB, seorang tokoh dunia sekaligus Perdana Menteri (PM) keempat dan ketujuh Malaysia, Tun Dr. Mahathir bin Mohammad, tiba di bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, Palembang, Sumatera Selatan. Kehadiran beliau di Palembang dalam rangka memenuhi undangan dari satu pertubuhan (organisasi, red) dunia bernama Ahlul Halli wal ‘Aqdi (AHWA) yang berpusat di Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan.
Kehadiran Mahathir membuat warga Kota Palembang berduyun-duyun mendatangi bandara untuk melihat langsung sosok mantan PM yang berani tersebut. Sehingga, dalam perjalanan di bandara terdengarlah ucapan-ucapan, “Dahulu kita tengok beliau di TV, sekarang baru bisa lihat langsung”. Yang lain berucap, “Yang penting saya bisa berjumpa Mahathir hari ini”. Tidak sedikit juga yang sengaja datang ke bandara hanya untuk berfoto dengan Mahathir Mohammad.
Ternyata sosok Mahathir bin Mohammad tersebut menjadi panutan bagi sebagian rakyat Indonesia di Palembang yang dahulu tidak pernah diketahui banyak orang. Ketika kami bertanya, “Mengapa serius sangat mau ketemu Mahathir?”, mereka menjawab, “Beliau merupakan salah seorang pemimpin dunia yang berani dan berjaya memajukan Malaysia”. Yang lain berucap, “Seandainya presiden Indonesia seperti Mahathir, maka tidak seperti ini negara Indonesia ini”. Ucapan tersebut disambut oleh teman di sebelahnya, “Kalau Malaysia masih dipimpin Najib Tun Razak, tidak beda juga dengan Indonesia dipimpin Jokowi”. Kawan di sebelahnya lagi berujar, “Makanya kalian jangan pilih pemimpin bohong dan curang di negeri ini”. Mereka serempak tertawa. Dan ada yang berucap, “Nanti kita ajak saja Mahathir untuk memimpin Indonesia”. Dialog spontan yang tergolong luar biasa itu pun segera berakhir manakala Mahathir menanjak tangga ruangan VIP bandara.
Kehadiran Tun Mahathir ke Palembang itu memenuhi undangan AHWA untuk menyampaikan taushiyah sebagai Keynote Speaker dalam muzakarah ulama dunia yang dipusatkan di markas Yayasan Amanat Kesejahteraan Ummat Islam yang diazaskan oleh seorang ulama kharismatik; Allahuyarham Ustadz Bardan Kindarto. Semenjak dari bandara sampai ke lokasi acara, Tun Mahathir ditemani oleh Pj. Gubernur Sumsel, Bupati Banyuasin, Pangdam Sriwijaya, Kapolda, para pejabat, dan sejumlah polisi pengatur lalu lintas, yang membuat Kota Palembang bergaung sirene mobil Polisi, sehingga warga kota tercengang mau tahu apa yang terjadi.
Para pejabat Sumsel mengatakan, “Hari ini kita membuka wajah baru Sumsel karena mendapatkan kunjungan tokoh dunia yang tidak mudah dapat memenuhi sebarang undangan, tetapi ke Sumsel beliau datang”. Sebahagian mereka bertanya-tanya, “Apa resep dan konsep para ulama AHWA sehingga mampu menghadirkan Tun Mahathir ke Sumsel?”
Baca juga: Belajar Agama dari Google dan Medsos
Kelemahan Umat Islam
Di dalam penyampaiannya sebagai Keynote Speaker, Tun Dr. Mahathir Mohammad merinci sejumlah kelemahan umat Islam hari ini, seperti lemah dari sisi penguasaan ilmu pengetahuan, lemah dari sisi penguasaan ekonomi, lemah dari sisi penguasaan politik, lemah dari sisi penguasaan persenjataan, dan tidak lagi menguasai dunia seperti zaman Khilafah Utsmaniyah.
Suatu masa dulu, ketika masih menggunakan sistem khilafah, umat Islam pernah menguasai ilmu pengetahuan, sehingga orang-orang kafir utamanya dari dunia barat belajar dan menimba ilmu dari dunia Islam, sehingga mereka pandai. Dengan kepandaian dari Islam tersebut, kemudian mereka menghantam Islam dan membunuh umat Islam, seperti yang terjadi di Palestina hari ini, sehingga umat Islam betul-betul babak belur dan tiada pembelaaan dari umat Islam lain di luar Palestine. Ini sesuatu yang mengerikan dan membahayakan untuk sustainable Islam dan muslim di permukaan bumi ini hari ini dan masa depan.
Umat Islam hari ini juga lemah dari sisi penguasaan ekonomi global, sehingga yang menguasai perusahaan besar, teknologi besar, dan pasar dunia, hampir semuanya non muslim. Kalau pun ada umat Islam, jumlahnya hanya satu atau dua orang saja. Itu pun berada pada posisi urutan kesembilan atau kelima belas, bukan urutan pertama atau kelima. Muslim di dunia hari ini ketika berbicara pasar modal langsung teringat kepada Geoge Soros, ketika berbicara IT juga yang terbayang adalah Elon Musk dan semisalnya, dan tidak lagi teringat sosok-sosok pedagang muslim seperti Khadijah, Abu Bakar, Utsman bin Affaan, di zaman Rasulullah SAW.
Ketika kita berbicara politik antara bangsa, tampak di sana umat Islam lemah dari sisi penguasaan politik. Ini sudah bermula sejak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ditubuhkan hingga ke hari ini. Di dalam pengurusan PBB, di sana ada lima negara yang menjadi anggota tetap sampai kiamat yang mempunyai hak veto; Inggris, Prancis, Amerika Serikat, Cina, dan Rusia, yang mengutak-atik perpolitikan dunia. Semua negara tersebut bukan negara Islam dan bukan negara mayoritas muslim. Maka, dunia menjadi tidak adil kepada umat Islam karena politik dunia dikuasai oleh non muslim alias kafir yang tidak akan puas kepada umat Islam sebelum umat Islam itu tunduk patuh kepada mereka. Agama Islam mengharamkan umatnya tunduk patuh kepada kafir karena mereka anti terhadap Allah dan syari’ah.
Penciptaan senjata canggih untuk keperluan perang hari ini tidak lagi dikuasai umat Islam, melainkan semuanya diciptakan oleh negara-negara yang berpenduduk kafir. Hal itu menghadirkan efek paling berarti bagi eksistensi negara dan kepemimpinan Islam. Mengapa Palestina tidak mendapatkan pembelaan dari negara-negara mayoritas muslim hari ini, tidak terlepas dari faktor persenjataan ini. Mengapa tidak? Ketika negara-negara mayoritas muslim yang sebagiannya kaya raya ingin membantu Palestina dan mereka memerlukan persenjataan canggih yang belum mampu diciptakan sendiri, terpaksa harus beli dari negara-negara kafir tetapi negara-negara kafir tersebut tidak mau menjualnya. Pertanyaan yang muncul adalah, dari mana umat Islam harus memperoleh senjata untuk memerangi Kafir Yahudi Zionis?
Baca juga: Bentuk Permukaan (Landscape) Neraka
Poin yang paling esensial telah menghilang dalam kehidupan umat Islam hari ini adalah tidak lagi menguasai dunia seperti di zaman khilafah dahulu kala. Terakhir, Islam menjadi penguasa dunia Ketika Khilafah Utsmaniyah masih wujud dan ditakuti jagat raya ini. Manakala Turki Utsmani ambruk pada 3 Maret 1942 yang dibidani oleh Britania Raya dengan cara memprovokasi wilayah-wilayah Islam untuk memisahkan diri dari Khilafah Utsmaniyah, tatkala itu pula umat Islam menjadi lemah di dunia sehingga ke hari ini.
Wajib Bersatu Padu
Tun Mahathir berharap dan menekankan dengan tekanan amat keras agar umat Islam tidak lagi bergaduh antara Syi’ah dengan Ahlussunnah, antara organisasi A dengan organisasi B, antara partai C dengan partai D, antara negara E dengan negara F, dan seterusnya. Beliau memberikan perumpamaan umat Islam sangat suka memperbanyak pertubuhan sehingga saling berantakan antar pertubuhan yang ditubuhkan itu. Organisasi sunnah sudah ada satu lalu didirikan lagi beberapaa yang lain, organisasi kebangsaan sudah ada satu lalu dibentuk lagi beberapa yang lain. Demikian juga dengan partai politik Islam yang sangat banyak sekali, sehingga dengan situasi demikian dapat membuka perselisihan yang berkepanjangan antara anggota organisasi dan anggota partai yang dihuni umat Islam di dalamnya.
Di dalam pemaparan Tun Mahathir, beberapa kali dan beberapa macam contoh perpecahan umat Islam baik secara lokal, nasional, regional, maupun internasional, disebutkan dengan nada dan wajah sedih dan berkerut. Boleh jadi ekspresi wajah tersebut terkait dengan kepemimpinannya yang lumayan lama di Malaysia dan menghadapi perpecahan umat yang demikian dahsyat, sehingga di masa tua saat ini beliau mau melihat umat Islam yang satu sebagaimana tertera dalam Al Qur’an sebagai ummatan Wahida, dan beliau berulang kali mengutip serta merujuk kepada kitab suci Al Qur’an dan sunnah.
Sehingga konklusi beliau adalah, tidak ada jalan lain untuk memenangkan dan menyejahterakan umat Islam selain dengan cara mempersatukan dengan persatuan yang utuh dan kokoh umat Islam hari ini untuk sama-sama menghadapi para aggressor yang terus menerus membantai umat Islam secara beruntun dan belum mendapatkan pembelaan dari umat Islam sendiri. Di dalam asumsi penulis, perpecahaan umat Islam hari ini sebagai hasil kerja keras orang-orang kafir mengadu domba sesama muslim dengan konsep politik belah bambu (devide et impera). Yang satu golongan umat Islam diangkat sementara yang lainnya ditekan dan diinjak.
Sudah demikian nyata perpecahan umat Islam diciptakan oleh musuh-musuh Allah, masih banyak juga muslim yang mau diadu dan diantok sesama muslim, dan muslim tersebut menikmati kehancuran saudaranya yang diinjak orang-orang kafir. Umat Islam waras perlu mencari jalan keluar tegas agar sandiwara perpecahan yang dimotori kaum kuffar terhadap umat Islam tersebut segera berakhir dan terbenam dalam kenyataan. Semoga sahaja segera umat Islam sadar, waras, dan mengambil sikap tegas, untuk perpaduan ummah yang sebenarnya.
Wallahu a’lam…
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!