Selain UBN, hadir pula sejumlah pengurus JATTI dalam kegiatan konsolidasi internal itu. Di antaranya, Ketua Dewan Pembina JATTI, KH Muhyiddin Junaidi; Sekjen, M. Irawan Taqwa; beserta para pengurus pusat dan beberapa perwakilan JATTI daerah.
Di dalam amanatnya, UBN mengajak para pengurus untuk melihat apa yang sedang terjadi saat ini di dunia. Ada sebuah ledakan besar, kejutan peradaban baru. Ada people power terjadi di mana-mana. Kekuatan keberpihakan yang nyata di dunia yang menyuarakan empati untuk Palestina.
People power yang terjadi ini, menurut UBN, simbolnya satu, yaitu Palestina, dan episentrumnya adalah Gaza. “Bahwa people power di dunia telah menggerakkan hati dan pikiran warga dunia dalam memaknai arti sebuah perjuangan. Teknologi memang banyak yang bisa buat, namun keteguhan dan ketabahan daya juang hanya Gaza yang bisa memproduksi,” lanjutnya.
UBN lantas menjelaskan, dunia saat ini sedang belajar, dipertontonkan tentang makna keberanian sejati dan di mana keberanian sejati itu harus ditempatkan. “Siapa yang mendidik anak-anak Palestina yang tegar berdiri di atas puing-puing, menyaksikan kehancuran, namun dengan tegas berujar; ‘fidaan li ardhina... ini bayaran yang harus kami bayar untuk negeri kami’?”, tegas UBN.
Baca Juga : Pernyataan Sikap Pengurus Pusat Jalinan Alumni Timur Tengah di Indonesia (JATTI) Terkait Konflik di Palestina dan Masjid Al Aqsha
Di dalam kesempatan tersebut, secara khusus UBN mengapresiasi ketegasan sikap Grand Syaikh Al-Azhar, Syaikh Ahmad Thayyib, atas dukungannya terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina. “Sebagai bagian dari Alumni Timur Tengah di mana alumni Al-Azhar bersama menyatu di organisasi JATTI ini, rasanya tidak berlebihan jika JATTI memberikan apresiasi dan penghargaan kepada Grand Syaikh Al-Azhar atas dukungan penuhnya terhadap perjuangan Palestina. Nahnu ma'akum ya Syaikh (Kami bersamamu wahai Syaikh),” katanya.
Menurut UBN, Grand Syaikh Ahmad Thayyib atau DR. Ahmad Muhammad Ahmad Ath-Thayyib telah membuktikan ketokohannya lewat ketegasan sikapnya. “Kebesaran seorang tokoh terlihat dalam mauqif-nya (sikapnya) terhadap masalah besar. Dan Syaikh Ahmad Thayyib telah membuktikan ketokohannya,” ujarnya.
Menutup amanatnya di kesempatan itu, UBN mengajak para pengurus JATTI untuk menjadikan qadhiyyah Palestina sebagai qadiyyah markaziyyah, di mana JATTI harus turut berperan serta memikirkan dan berkontribusi aktif. Apalagi, Indonesia hadir sebagai gerakan pembelaan terhadap Palestina yang paling kompak antara pemimpin dan rakyatnya. “Maka, jika ada project proposal yang ditawarkan Indonesia untuk Palestina, kira-kira apa yang akan diperbuat JATTI dalam Proposal Indonesia untuk Palestina?” tutupnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!