Di tahun politik ini bermunculan aneka penyakit mental di tengah masyarakat. Ada penyakit nangkasih (senang jika dikasih), mintaber (minta diberi), sejiktrir (senang jika ditraktir), rapkasih (berharap jika dikasih). Bahkan yang sudah punya banyak harta benda dan tak ingin hartanya berkurang, ingin terus bertambah banyak dengan cara menebar uang untuk mempertahankan kekuasaan. Sebab kekuasaan bisa mendatangkan harben (harta benda), masih banyak lagi penyakit mental lainnya yang merefleksikan sikap cinta dunia dan takut mati.
Sementara itu ada banyak pula kalangan yang takut mati jika tidak punya harta benda. Mereka mengira yang membuat hidup dan mati adalah harta benda.
Kedua variabel tersebut (harta benda dan kekuasaan) dianggap sebagai faktor utama hidup bahagia dan sejahtera. Pendek kata, mereka menganggap bahwa hidup bergelimang harta benda dan kekuasaan menjadi jaminan hidup bahagia sejahtera baik di dunia maupun akhirat. Situasi mental seperti itulah yang ditengarai Rasulullah Muhammad ﷺ sebagai penyakit al-Wahan.
Kita tahu rakyat Indonesia mayoritas pemeluk Islam dan yang terjangkit serangan penyakit mental al-wahn tentu lebih banyak penduduk yang menganut Islam atau muslim. Nah, isyarat ini sudah dinyatakan 14 abad lebih, oleh Rasulullah Muhammad ﷺ dalam dialognya bersama para sahabatnya sebagai berikut:
Dari Tsauban, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Hampir saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana mereka berkumpul menghadapi makanan dalam piring”. Kemudian seseorang bertanya,” Katakanlah wahai Rasulullah, apakah jumlah kami pada saat itu sedikit?” Rasulullah berkata; “Bahkan kalian pada saat itu banyak, akan tetapi kalian bagai sampah/buih yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian ’Wahn’. Kemudian seseorang bertanya, ”Apa itu ’wahn’?” Rasulullah berkata, ”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud)
Baca Juga : Dinasti dan Syahwat yang Tak Pernah Kenyang
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad ﷺ tersebut, kini gambran bentuknya makin kentara di dalam kehidupan masyarakat kita. Apalagi di tahun politik seperti sekarang ini, yang konon banyak bergentayangan politikus yang haus dan rakus kuasa. Cinta dunia dan kekuasaan! Sehingga menjebak masyarakat yang diam-diam juga telah mengidap al-wahn untuk melakukan komersialisasi hak politik dengan menggadaikan suara yang mereka miliki dengan sejumlah uang!
Demi sedikit fulus dari politikus yang haus dan rakus jabatan, idealisme demokrasi yang mestinya di pegang tinggi malah didagangkan dengan harga murah. Kedua belah pihak sesungguhnya hanya berpikir meningkatnya harben (harta benda) masing-masing. Tak peduli dengan nasib bangsa dan negara dalam jangka panjang. Sungguh ironis.
Begitulah penampakan penyakit 'Wahn' di musim politik yang ada di masyarakat kita hari ini dan mungkin esok, sebagaimana diisyaratkan oleh Rasulullah Muhammad ﷺ jauh jauh hari. Manusia tidak lagi mementingkan kualitas kecerdasan dan iman.
Konon beberapa kiai, prof, doktor, dan kalangan orang berilmu lainnya, turut latah pula dalam jebakan penyakit al-wahn. Kecerdasan dan imannya dijual murah, semuanya demi rupiah, tak peduli jika nampak bagai orang bloon yang tak berilmu, cengar cengir bagai orang tanpa iman, plonga plongo bagi buih di atas air hujan yang terombang-ambing, tak ada lagi idealisme, tak ada lagi ketegasan, tak ada lagi ajakan kepada masyarakat untuk berpikir rasional menuju umat dan bangsa yang kuat. Pokoknya turut nimbrung untung.
Penyakit al-wahn memang tidak seperti Covid 19, yang bisa divaksin. Meski demikian, berharap para pihak yang belum ikut terkontaminasi penyakit al-wahn di musim politik ini, serta masih memiliki kewarasan, kiranya dapat terus meningkatkan imunitas dan menularkan kekebalan tersebut kepada yang lain, sembari berdoa agar mereka yang terinfeksi penyakit al-wahn dapat sembuh dan pulih kembali, agar Pemilu kita mampu menghasilkan pemimpin yang berkualitas, amanah dan tidak terjangkit al-wahn.
Wallahu a'lam bishowab
Moga-moga bermanfaat..
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!