Penulis: Hasanuddin Yusuf Adan
Dosen Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry
Dalam kajian ilmiah didapati istilah wahabisme atau paham wahabi itu berasal dari tiga sumber yang sulit dibantah karena mengandung nilai ilmiah, logis dan objektif.
Pertama: ia dinisbahkan kepada seorang ulama asal Najed di Saudi Arabia yang mengembangkan ajaran tauhid sehingga kitab tauhidnya terkenal seluruh dunia, Muhammad ibn Abd al-Wahhab (1703-1792). Namanya Muhammad dan ayahnya Abdul Wahhab, nama ayah beliaulah yang dilaqabkan kepada paham wahabi.
Kedua: paham wahabi dinisbahkan kepada seorang asal Afrika yang bernama Abdul Wahab bin Rustum.
Ketiga: berasal dari salah satu Asma Allah yang 99 (Asmaul Husna) yaitu Al-Wahhab yang bermakna; zat yang maha memberi tanpa imbalan selaras dengan surah Shad ayat 9: “Atau apakah mereka itu mempunyai perbendaharaan rahmat Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Maha Pemberi”?
Asal penisbahan wahabi tersebut didominasi oleh nilai objektivitasnya masing-masing, mengingat semua itu ada latarbelakangnya. Muhammad bin Abdul Wahhab umpamanya, beliau merupakan seorang ulama yang menyebarkan ajaran tauhid berawal dari tempat asalnya Najed yang kemudian berkolaborasi dengan Raja Su’ud dari kerajaan Saudi Arabia. Penyebaran ajaran tauhid oleh Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap orang-orang yang ibadahnya masih bercampur baur dengan nilai-nilai syirik sebagai lawan tauhid , memunculkan perlawanan dan pro-kontra.
Sementara Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum (w 208 H) merupakan penerus ajaran dan aliran dari ajaran Wahbiyyah yang berasal dari nama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi (w 38 H/658 M) yang ajarannya terkenal dengan Wahbiyyah. Dari beberapa sumber, ada unsur provokasi asing dari Inggris yang mengangkat nama Abdul Wahhab bin Rustum dengan ajaran manipulasi untuk mengadu domba Ummat Islam untuk kepentingan penjajah Inggris. Hal ini sama dengan penyuburan Ahmadiyah Qadiyani juga oleh Inggris untuk merusak paham dan pemahaman ajaran Islam di kalangan ummat Islam sedunia. Di Indonesia ada aliran Baha-i, ada LDII, salamullah pimpinan Lia Eden, ada al-Qiyadah Islamiyah pimpinan Ahmad Mosadek, dan lain-lain.
Sedangkan kata Al-Wahhab dari salah satu Asma al-Husna yang bermakna maha pemberi tanpa imbalan juga dikaitkan dan dilibatkan dalam konteks ajaran dan pemahaman wahabi. Paham ini dinisbahkan kepada kemurahan pemberian dari kalangan ummat Islam dalam kehidupan sesama muslim, mencakup perkara material dan ilmu pengetahuan yang dianjurkan Islam untuk saling memberi. Jadi paham Wahabi diartikan satu pemahaman yang menganjurkan saling memberi sesama muslim terutama sekali terkait dengan ilmu agama dan saling membantu dalam konteks material yang diperlukan dalam kehidupan.
Jika benar istilah Wahabi berasal dari salah satu Asma Al-Husna berarti sumber Wahabi itu berasal dari akar yang benar dan mulia, namun belum banyak kajian dan sumber yang terkait dengan perkara ini. Berbeda dengan dua asal nama Wahabi yang kita terangkan di atas yang sering diperbincangkan para ilmuan di belahan bumi ini.
Namun, secara logika maka nama Abdul Wahhab bin Rustumlah yang lebih dekat dengan istilah Wahabi. Ini dikarenakan istilah Wahabi itu dinisbahkan kepada pendirinya bukan kepada ayah pendiri seperti Muhammad bin Abdul Wahhab. Kalaupun Wahabi itu dinisbahkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab maka semestinya namanya bukan Wahabi melainkan Muhammadi atau Muhammadiyah selaras dengan nama pemrakarsanya Muhammad anak dari Abdul Wahhab. Karenanya apabila disandarkan kepada nama pencetus maka istilah Wahabi itu lebih cenderung kepada Wahabi ciptaan Inggris untuk menghancurkan Islam dan ummatnya.
Dengan demikian maka mudahlah kita mengenal apa dan siapa sebenarnya Wahabi tersebut. Ada kemungkinan lain yang layak kita yakini adalah istilah Wahabi itu dinisbahkan kepada nama ayah Muhammad yaitu Abdul Wahhab sebagai seorang ulama yang menjalankan ajaran Islam sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah yang stressingnya kepada penegakan tauhid dengan penghancuran syirik. Lalu kemudian pihak-pihak yang sudah keenakan dengan ibadah terindikasi syirik sulit menerimanya karena dianggap itu peninggalan nenek moyang mereka sebagaimana kejadian kaum nabi Ibrahim dan kaum Bani Israil yang selalu mengedepankan cara beribadah orang tua mereka ketimbang mengikut Allah dan RasulNya.
Dalam konteks ini pihak ketiga masuk memupuk dan menyirami serta merawat doktrin orang-orang yang tidak senang dengan da’wah tauhid Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Itulah ia penjajah Inggris yang dari dulu sampai sekarang tidak senang Islam dan ummat Islam berkembang, mereka juga sebagai biang kerok penghancuran Khilafah Usmaniyah yang berpusat di Turki. Dalam satu sumber setelah sistem khilafah berakhir Inggris mensupport penuh rezim sekuler pimpinan Mustafa Kamal At-Taturk untuk menghapus identitas Islam di Turki, termasuklah mengarahkan rezim sekuler tersebut untuk mengangkat issue Wahabi sebagai alat pemecahbelah ummat Islam agar sistem khilafah berakhir di bumi ini.
Efek dari itulah ada negara mayoritas muslim yang dipimpin oleh seorang muslim tetapi membenci sistem khilafah, membubarkan organisasi yang mengusung sistem pemerintahan khilafah, menangkap para ulama dan para pemimpin ummat yang menegakkan syari’at Islam dalam kehidupannya. Tidak logis seorang pemimpin Islam yang beragama Islam yang memimpin negara dan rakyat mayoritas muslim sampai 85% jumlahnya tetapi kerjanya menyudutkan Islam dengan mengangkat kristen, syi’ah, baha-i dan komunisme. Menangkap dan membunuh ulama-ulama Islam dengan membiarkan tokoh-tokoh kafir mengganyang Islam kalau bukan sudah terasuki serbuan pemikiran dari para penjajah.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!