Ini adalah sejumlah fakta brutal perang di Gaza dibandingkan perang lainnya.
Palestina Tidak Memiliki Angkatan Militer
Palestina tidak mempunyai tentara yang terbagi dalam matra Angkatan Darat, Angkatan Laut, atau Angkatan Udara. Yang ada hanya para pejuang dari Pasukan Keamanan Nasional Palestina. Mereka terdiri dari paramiliter dari Otoritas Nasional Palestina (PNA) yang tanggung jawabnya hanya mencakup penegakan hukum secara umum.
Berbeda dengan Palestina, Israel mengoperasikan aparat militer yang sangat besar. Menurut Neraca Militer 2023 Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), Israel memiliki 169.500 personel militer aktif di Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Paramiliter. Selain itu, ada sebanyak 465.000 lainnya merupakan pasukan cadangan, sementara 8.000 lainnya merupakan bagian dari paramiliter.
Korban Perang Sebulan Telah Melebihi Perang Ukraina
Hingga 7 November 2023, korban sipil tewas akibat agresi brutal Israel di Jalur Gaza, Palestina, selama satu bulan telah melebihi jumlah korban meninggal dunia 9.200 orang warga Ukraina dalam perang Rusia vs Ukraina sejak pecah 2022 lalu. Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, dalam satu bulan pertama sebanyak 10.022 warga Palestina tewas sebagai imbas serangan Israel di Gaza, dengan 4.104 di antaranya merupakan anak-anak dan 2.641 lainnya perempuan. Kini, secara total lebih dari 18.000 warga Palestina telah terbunuh dalam perang sejak 7 Oktober 2023, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sebanyak 2,3 juta orang penduduk Gaza yang lainnya telah mengungsi.
Bom yang Dijatuhkan Melebihi Bom Atom di Hiroshima dan Afghanistan
Hingga 2 November 2023, Tentara Israel telah menjatuhkan 18.000 ton bom di Jalur Gaza sejak 7 Oktober. Artinya, bom-bom itu lebih dahsyat 1,5 kali lipat kekuatan ledakannya dibandingkan bom yang dijatuhkan AS di Hiroshima (Jepang) pada Perang Dunia II.
Pada enam hari pertama perang di Gaza, Israel sudah menjatuhkan setidaknya 6.000 bom. Itu hampir setara dengan bom yang dijatuhkan AS di perang Afghanistan selama setahun. Padahal, wilayah Afghanistan 1.800 kali lebih besar dari Jalur Gaza. Hal itu menunjukkan betapa masifnya kekejian Israel di Gaza.
Baca juga: Kelaparan, Kehausan, dan Dipermalukan: Kampanye Penangkapan Massal Zionis Israel Tebar Ketakutan di Gaza Utara
Bom Fosfor Ditujukan kepada Rakyat Sipil
Penggunaan amunisi fosfor putih atau bom fosfor ini mendapat kecaman dari berbagai kalangan di dunia. Sebab, senjata tersebut tidak hanya menghancurkan tempat dan benda dengan membakar, tetapi juga orang. Senjata ini memiliki efek pembakar yang signifikan, sehingga menyebabkan masyarakat sipil bisa terluka parah.
Ini bukan pertama kalinya bagi Israel menyerang dengan bom fosfor ke Jalur Gaza. Human Rights Watch (HRW) bahkan melaporkan bahwa Israel marak menggunakan senjata ini pada konflik Israel-Gaza selama kurun waktu dari 2008 hingga 2009. Bom ini ditujukan di pemukiman padat rakyat sipil.
Amerika Serikat pernah menggunakan bom fosfor yang cukup masif dalam Perang Vietnam (1955—1975). Namun, AS menggunakan granat fosfor putih untuk menghancurkan kompleks terowongan Viet Cong. Senjata itu dapat membakar semua oksigen dan mencekik tentara musuh yang berada di dalamnya.
Bom Termobarik Ditujukan kepada Bangunan Sipil
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) juga telah menggunakan bom termobarik (thermobaric bombs) atau bom vakum. Senjata ini mengakibatkan kehancuran yang luas dan memiliki kemampuan untuk meratakan bangunan bertingkat di lokasi tempat tinggal rakyat Gaza.
AS juga menggunakan bom termobarik di Afghanistan. Pertama pada 2001 dalam upaya untuk melenyapkan pasukan Al Qaidah yang bersembunyi di pegunungan Tora Bora.
Jika bom-bom di perang selain Perang Gaza cenderung bertujuan untuk menghancurkan kekuatan militer lawan, namun di Gaza bom-bom itu sebagian besar ditujukan untuk warga sipil yang bertujuan untuk melakukan genosida dan mengusir warga dari tanah Gaza untuk keluar ke negara-negara lain.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!