Palestina adalah gambaran peta geopolitik dunia. Dinamika geopolitik sebuah zaman terlihat dari apa yang terjadi di Palestina. Perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah saw singgah terlebih dahulu di Palestina. Pembebasan Palestina oleh Umar bin Khattab dari genggaman Romawi Timur (Byzantium). Pembebasan Palestina dari cengkeraman gabungan raja dan kaisar Eropa Barat oleh Shalahuddin Al-Ayubi. Serta kemenangan Bani Mamluk yang dipimpin Saifuddin Qhutuz atas pasukan Mongol di Palestina. Semua itu merupakan momentum perubahan geopolitik dunia.
Menurut Ulama Sirah, Abu Hasan An Nadwi, peristiwa Isra dari Makkah ke Palestina menggambarkan geopolitik masa depan dari Allah SWT kepada Rasulullah saw serta kaum Muslimin. Yaitu, Nabinya dua kiblat, Masjidil Haram dan Aqsha. Imam Masriqain dan Maghribain, imperium besar di wilayah Timur dan Barat. Ahli waris para Nabi sebelumnya dan imam generasi sesudahnya. Menginjakkan kaki ke Palestina saat Isra Mi’raj adalah sebuah awal langkah geopolitik baru di Hijaz sebelum membentuk geopolitik global.
Kondisi Hijaz kondusif pasca Hudaibiyah dan perang Khaibar, Rasulullah saw mengirim utusan ke raja-raja di bawah Romawi Timur. Namun, utusan Rasulullah saw dibunuh. Maka dikirimlah pasukan ke Mu'tah. Inilah awal persentuhan Muslimin dengan “kaki tangan” salah satu superpower dunia.
Setelah Futuh Makkah dan Perang Hunain, Rasulullah saw mengirimkan pasukan ke Tabuk untuk menghadapi Romawi Timur. Sebab, pemimpinnya, Heraklius, merencanakan penyerangan ke perbatasan Arab Utara. Saat itu, Romawi Timur telah menjadi superpower tunggal dunia setelah mengalahkan Persia. Tandanya, Heraklius membangun istananya di Baitul Maqdis, Palestina. Menguasai Palestina berarti memimpin geopolitik dunia.
Baca Juga : Tha'ifah Manshurah di Pojok Baitul Maqdis
Umar bin Khattab melanjutkan langkah Abu Bakar dengan pembebasan Palestina melalui Iraq. Terjadi pertempuran fenomenal semisal Qadisiyah dan Nahawund. Setelah itu, Persia dikalahkan. Selanjutnya menuju Palestina yang masih di bawah Romawi Timur. Heraklius sang Kaisar merasakan kekalahan akan menimpanya. Dia pun berkata sambil memandang Baitul Maqdis, “Salam kepadamu, wahai Syam (Palestina). Waktu penyerahan telah tiba dan dia telah kembali. Keselamatan atasmu, wahai Syam (Palestina). Keselamatan yang tak ada pertemuan setelahnya.”
Pasca pembebasan Palestina oleh Umar bin Khattab, kekuasaan Romawi Timur terus menyusut. Lalu, lahirnya pemimpin geopolitik dunia baru yang ditandai dengan hadirnya Muslimin di Palestina.
Apakah Tentara Salib gabungan raja-raja Eropa Barat itu kuat? Mereka tidak terorganisasi secara sistematis, tidak terlatih, tidak terkontrol, tidak memiliki keterampilan dan kompetensi yang memadai, serta tidak punya kepemimpinan pasukan yang baik. Bahkan, sebagian besar mereka tidak memiliki pengalaman teknik dan strategi berperang. Lalu mengapa Muslimin terkalahkan sehingga mereka bisa merampas Baitul Maqdis Palestina? Saat itu, Bani Saljuk saling berperang sesama mereka sendiri hingga kekuatannya lemah. Kekhalifahan Abbasiyah dengan Bani Fathimiyah saling bertempur berebut pengaruh. Di tengah pertikaian internal mereka menghadapi serbuan Tentara Salib juga. Inilah yang membuat banjir darah umat Islam saat Tentara Salib merampas Baitul Maqdis. Jika Baitul Maqdis Palestina dikuasai bangsa lain, bertanda kondisi Muslimin dalam kondisi terpuruk dan sangat lemah. Geopolitik Palestina menggambarkan geopolitik umat Islam.
Baca Juga : Menjawab Syubhat di Gaza Tanpa Waliyyul Amri
Kekhalifahan Abbasiyah dan kesultanan Khawarizmi hancur oleh bangsa Mongol. Serbuan Mongol memasuki Rusia, sebagian Eropa Barat dan Tiongkok, dan mendekati Romawi Timur. Serbuannya tak bisa terbendung oleh siapa pun. Tiba waktunya menyerang Mesir, Bani Mamluk, yang saat itu dipimpin Sultan Saifuddin Qhutuz. Sang Sultan menghadang tentara Mongol di Ainu Jalut Palestina. Tentara Mongol terkalahkan secara tak terduga. Sejak itu, kekuasaannya terus menyusut seperti Romawi Timur. Siapa pun yang terusir dari Palestina dan tidak lagi menguasainya kembali, maka peran Geopolitiknya akan terus menyusut. Tentara Mongol dikalahkan Muslimin di Palestina. Palestina menjadi kuburan bangsa-bangsa yang zalim semisal Romawi Timur, Tentara Mongol, dan pasukan Salib. Di tubuh Muslimin mulai lahirlah benih Kekhalifahan Turki Utsmani, sebab Palestina sudah digenggam Muslimin kembali.
Begitu pun Kekhalifahan Turki Utsmani. Saat Palestina terlepas darinya oleh persengkongkolan Barat dan Zionis Yahudi. Maka di saat itu pula imperiumnya runtuh. Rakyat Palestina, Hamas, Fatah, Jihad Islami, dan gerakan perlawanan lainnya, dengan dukungan muslimin dunia, sedang mencoba mengembalikannya kepada genggaman Muslimin. Jika berpangku tangan, maka geopolitik umat Islam di kancah dunia tak diperhitungkan lagi dan terus melemah, bahkan bisa jadi hilang. Saat ini, geopolitik dunia sedang berada dalam genggaman Barat dengan meminjam tangan Zionis Israel. Oleh sebab itu, mereka secara totalitas mendukungnya untuk mempertahankan hegemoninya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!