Apa yang ada dalam pikiran ZulKifli Hasan saat menuturkan kisah absurd tentang adanya kelompok umat yang memilih diam saat imam selesai membacakan surat Al Fatihah, ketika seharusnya baca “aamiin”? Ia juga melontarkan guyon, ada yang tasyahud dengan mengacungkan dua jari, yang mestinya satu jari. Konon itu semua dilakukan karena cinta mereka pada Pak Prabowo sebagai Capres dengan nomor urut 2.
Rekaman video tentang ucapan Zulkifli Hasan itu kini menjadi trending topic di media sosial. Salah satunya, di media sosial X, hingga Rabu siang ini memiliki unggahan sebanyak 27.000 dengan kata kunci “Zulhas”.
Itu kisah absurd, karena Zulhas (panggilan Zulkifli Hasan, red) pasti tidak bisa membuktikan keberadaan umat yang ia maksudkan dalam pidatonya di forum yang terhormat tersebut. Untuk hal ini saja, Zulhas sudah bisa dituding melakukan kebohongan publik. Mengarang cerita tak senonoh yang menuduh umat begitu bodoh untuk tidak bisa membedakan urusan shalat dan Pilpres.
Umat Islam yang menjalankan ibadah shalat lima waktu tersebar di dalam barisan pendukung Paslon nomor satu, nomor dua, dan nomor tiga. Yakinlah, tidak ada yang main-main dengan shalat mereka! Memainkan shalat – sebagaimana dituturkan Zulhas – hanya ada dalam imajinasi Zulhas sendiri. Tidak pernah ada realitasnya!
Bukan umat yang begitu tergila-gila menjilat Paslon nomor 2, sampai-sampai tasyahud pun dengan mengacungkan dua jari dan tidak membaca “amin”. Zulhas sendirilah yang nampaknya kebelet memenangkan Paslon nomor 2, sehingga cerita yang tak masuk nalar itu mengalir juga dari lisannya.
Baca juga: Mana yang Didahulukan, Keadilan atau Kepastian Hukum?
Maka wajar jika ada pihak yang memandang ungkapan Zulhas sebagai penghinaan terhadap agama Islam dan merasa tersinggung karenanya. Shalat adalah simbol sakral hubungan manusia dengan Allah. Tak semestinya diplesetkan untuk kepentingan kampanye politik.
Tak berniat untuk menepis konten penghinaan pada ungkapan tersebut, silakan saja jika ada pihak yang ingin memperkarakannya. Kami menganggap ungkapan Zulhas sebagai sebentuk guyon. Namun meski guyonan, tetap saja itu tak senonoh. Ibadah kok dipakai guyon. Coba saja jika yang mengungkapkan hal itu dari pihak non muslim, pasti akan menjadi berita panas dan berujung pada proses hukum.
Dr. Zulkifli Hasan adalah pria terhormat. Ketua umum sebuah partai yang lahir dari rahim umat Islam pula. Ia juga adalah sosok yang cukup dekat dengan dakwah Islam. Sudah tentu tak akan menghina agamanya sendiri. Itulah argumen kami, mengapa kami lebih menilai ungkapannya sebagai guyon tak senonoh daripada ujaran penghinaan kepada agama Islam.
Namun, dalam konteks itu, kami tetap memandang ada beberapa hal yang perlu diingatkan. Bahwa pernyataan Zulhas itu tidak benar dan tidak senonoh. Tak sepatutnya keluar dari lisan seorang Zulkifli Hasan, salah satu pemimpin partai yang berbasis umat Islam.
Pertama, jika itu adalah kesengajaan agar viral, maka tujuan Anda telah tercapai. “Zulhas” sempat menduduki trending topic ke-8 di X. Tetapi lihatlah komentar para netizen. Anda panen caci maki. Jadi tak perlu guyon tak bermutu begini dipakai untuk mendongkrak popularitas. Yang ada justru kontra produktif.
Baca juga: Liku-liku Pilpres, Megawati, Prabowo dan Jokowi, Bagai Drama Korea
Kedua, jika Anda sekadar ingin guyon, maka kami ingatkan Anda pada ayat Allah ﷻ dan hadits Rasulullah ﷺ yang mungkin Anda lupakan. Bahwa guyon di dalam Islam pun ada adabnya.
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja’. Katakanlah: ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?’” – QS. At Taubah:65
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Jangan perbanyak tawa, karena banyaknya tawa itu mematikan hati.” – HR. Ibnu Majah
Shalat adalah ayat Allah, perintah Allah, dan ibadah yang menjadi kewajiban dasar bagi umat Islam, dalam menunjukkan ketundukannya kepada Allah Azza wa Jalla. Sangat tak pantas untuk digunakan sebagai materi stand up comedy.
Selanjutnya, perlu diingat pula larangan Rasulullah, agar tak mengarang kebohongan demi mendapatkan penghargaan berupa tawa audiens. Sebagaimana sabda beliau yang diriwayatkan oleh Abu Dawud radhiallahu ‘anhu: “Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya, celaka baginya.”
Dari narasi hadits tersebut, terungkap betapa Rasulullah ﷺ amat membenci kebohongan demi guyon atau humor dalam keseharian dengan laknat kecelakaan yang beliau ulang hingga tiga kali. Apalagi jika guyon dengan materi kebohongan itu dilakukan dalam sebuah forum resmi dan terhormat.
Ketiga, kami perlu ingatkan kepada semua pihak agar tidak membodohkan umat dengan hal-hal semacam ini dalam rangka mendulang suara Pemilu. Anda semua, baik Capres maupun Caleg, adalah calon pemimpin umat, pemimpin bangsa. Jagalah lisan, jagalah perilaku dan sikap Anda. Sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Takutlah kepada Allah, sesungguhnya kursi kekuasaan yang Anda idamkan ada dalam genggaman-Nya!
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!