Indonesia Negara Sangat Rapuh

Indonesia Negara Sangat Rapuh

Penulis: Hasanuddin Yusuf Adan (Dosen Siyasah Fakultas Syari’ah & Hukum UIN Ar-Raniry)

Muqaddimah.

Indonesia yang mulanya bernama Republik Indonesia (RI) dan kini Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan  negara yang dimerdekakan oleh mayoritas ummat Islam dari tangan jahil penjajah Belanda di 17 Agustus 1945. Sejak itu sampai hari ini NKRI nampaknya  berjalan  labil, rapuh dan lemah. Namun kelihaian para elite bermain kata dan bersunglap mata mengesankan  NKRI sebuah negara kuat dan kokoh, padahal realitanya  negara yang sangat rapuh.

Rapuh menurut KBBI adalah: sudah rusak (patah, pecah, sobek putus). Itu bermakna tidak kokoh lagi, akan terpecah-pecah menunggu kehancuran atau akan berakhir dengan tidak berdaya. Maknanya,  NKRI  terancam eksistensinya karena kerapuhan yang melekat pada dirinya. Konsekwensi logisnya bangsa dan negara Indonesia bukan tidak mungkin pada suatu saat akan tinggal nama atau menjadi kerdil seperti Yugoslavia atau Uni Soviet.

Deskripsi kearah itu sudah berbenih sejak lama lantaran tidak wujudnya kemandirian mengelola negara  dengan berlindung dalam ketiak orang seraya membiarkan mereka merambah kekayaan alam dan mengatur Indonesia. Deskripsi tersebut tergambarkan ketika rezim Orde Lama (Orla) yang berkiblat ke Uni Soviet dan Cina, rezim Orde Baru (Orba) berkiblat ke Amerika Serikat dan hari ini kembali menjadi jongos Tiongkok. Kondisi hari ini jauh lebih rapuh berbanding sebelumnya mengingat satu persatu sudut NKRI dijamah, dijarah, diduduki dan dimiliki kaum Tionghoa. Rapuh sudah ini negeri, serapuh kayu kering yang sangat mudah dilalap api.

Sisi-sisi Kerapuhan.

Kenapa kerapuhan jadi perbincangan, karena sejak merdeka sampai hari ini siapapun yang memimpin NKRI memelihara kerapuhan dengan caranya yang beragam. Rapuh ideologi, rapuh hukum, rapuh pendidikan, rapuh ekonomi, rapuh politik, rapuh dignity dan rapuh territory. Semua itu bermuara kepada tidak berdaulatnya NKRI yang bisa menjurus menjadi negara yang  rapuh.

Hampir tiap hari kita mendengar ucapan: Pancasila adalah ideologi negara dan bangsa Indonesia. Namun ucapan tersebut tidak didukung oleh kenyataan konstitusi yang mencantumkan bahwa Pancasila merupakan ideologi negara dan bangsa Indonesia. Dengan demikian ungkapan ideologi tersebut merupakan sesuatu yang semu, tidak bersandar, tidak berdasar, tidak akurat, tidak tersurat, tidak melekat dan tidak absah. Berdasarkan kenyataan tersebut maka NKRI memiliki ideologi yang sangat rapuh baik dalam konsep maupun dalam praktek.

Kerapuhan hukum  karena sejak masa penjajahan sampai merdeka dan malah sampai hari ini negara yang dikatakan berdaulat ini, masih terjebak dan menggunakan hukum peninggalan penjajah yang membuat NKRI tidak beridentitas. Tidak beridentitas itu bermakna tidak berwibawa, tidak berwibawa mengandung arti tidak berharga, tidak berharga itu sinonim dengan barang murahan, barang murahan umumnya tidak berkuwalitas dan tidak berkualitas itulah yang dinamakan rapuh.

Rapuh pendidikan dapat disaksikan dengan kenyataan sistem pendidikan nasional Indonesia bermula dari sistem pendidikan penjajah Belanda yang ditukar namanya saja dari bahasa Belanda ke bahasa Indonesia. Prinsip dasar pendidikan penjajah tersebut hanya mendidik anak bangsa untuk menjadi orang-orang berilmu, tapi terpisah dengan agama yang dianut anak bangsa itu sendiri alias pendidikan sekuler.

Bagaimana mungkin sebuah bangsa itu akan setia kepada pencipta dan negara ketika bangsa tersebut tidak mendapatkan didikan agama dan didikan negara sendiri. Sebagai mayoritas mutlak, ummat Islam dalam NKRI tidak dididik dengan konsep pendidikan Islam yang berawal dari ‘aqidah Islamiyah, malah dijauhkan dengan pedoman hidupnya Al-Qur’an dan Al-Sunna. Juga tidak diajar bahasa dasar agamanya yaitu bahasa Arab, maka bagaimana mungkin mampu menggali sumber hukum Islam yang terdiri dari buku-buku yang berbahasa Arab. Karena asasnya sekuler maka lahirlah output pendidikan nasional yang acakadut seperti : korupsi,  berzina, main judi,  menipu, merampas hak orang yang menjurus kepada kerapuhan NKRI.

Dalam bidang ekonomi NKRI sama sekali tidak punya konsep baku yang selengkap sistem ekonomi Islam. Namun negara yang mayoritas muslim ini sangat enggan mengadopsi sistem ekonomi Islam karena membaur dengan sistem ekonomi peninggalan penjajah yang menghalalkan cara, menghalalkan riba, menghalalkan tipu daya dan jauh dari kemaslahatan dan kemakmuran anak bangsa. Dengan demikian kehidupan bangsa Indonesia berupaya untuk memperkaya diri dengan cara-cara haram seperti manipulasi, korupsi, intimidasi, pungli dan semacamnya dalam konsep ekonomi kapitalis dan sosialis komunis. Padahal mayoritas penduduknya beragama Islam yang memiliki konsep ekonomi yang sangat sempurna, matap, komprehensif dan bertahan sepanjang zaman. Dengan prilaku demikian memjadikan NKRI sebagai sebuah negara yang sangat rapuh dalam bidang ekonomi.

Kerapuhan dalam bidang politik menjadi pemicu utama NKRI bergelar negara sangat rapuh di muka bumi. Sistem politik yang digunakan NKRI semenjak dalam masa jajahan sampai zaman kemerdekaan dan sampai hari ini masih titipan penjajah yang disebut dengan politik devide et imperra (politik adu domba/politik belah bambu). Maka dari dahulu sampai kini bangsa Indonesia teradu domba terus sesama anak bangsa yang terkadang diciptakan oleh para penguasa untuk melanggengkan kekuasaannya seperti membayar para buzzer untuk menyebarkan fitnah, membubarkan organisasi Islam dengan menyuburkan organisasi anti Islam, menangkap dan memenjarakan para ulama dengan menyuruh kaum sekuler bertepuk tangan, membuka peluang kerja kepada tenaga kerja asing dengan membiarkan tenaga kerja sendiri tidak mendapatkan pekerjaan dan semisalnya. Demikianlah gambaran politik adu domba yang menghantarkan NKRI menjadi negara sangat rapuh.

Rapuh dignity yang tersandang kepada rakyat NKRI menjadi faktor paling utama dapat menghantarkan Indonesia menjadi negara sangat rapuh di dunia. Harga diri (dignity) bangsa ini sudah tergadai kepada bangsa lain dari negeri lain sehingga dengan mudah penguasa negara ini meberikan peluang dan kesempatan kepada bangsa asing untuk berbondong-bondong masuk dan menetap menjadi warga negara ini dengan alasan yang dicari-cari. Mereka yang masuk kenegeri ini dengan gagah berani melebelkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang bodoh, penakut, lemah dan tidak berdaya, hancurlah dignity bangsa ini.

Lain lagi kalau orang-orang yang ber-passport lambang burung elang memasuki negara tetangga yang diperlakukan seperti babu dan jongos yang hina dengan gelaran “orang indon” yang berkonotasi remeh dan hina. Kondisi ini menyambung dengan runtuhnya nilai tukar rupiah di pasar internasional sehingga ketika orang indon berada di negar-negara tertentu mau menukar uang tapi tidak diterima oleh pihak otoritas negara tersebut, demikian rendahnya nilai rupiah di negara luar. Maka sempurnalah kerapuhan dalam bidang dignity dan ekonomi dalam peredaran antara bangsa.

Belum lagi kita berbicara kerapuhan dalam bidang territory yang menyebabkan satu demi satu pulau milik NKRI diambil negara lain seperti kasus pulau Sipadan-Ligitan yang sudah menjadi milik Malaysia. Demikian juga dengan rebutan Pulau Pasir atau Ashmore Reef dengan Australia dan konflik laut natuna antara Indonesia dengan Cina yang semua itu menghantui lemahnya dignity NKRI di mata dunia. Kerapuhan dignity ini menjadi faktor paling utama menghantarkan NKRI menjadi negara sangat rapuh di belahan dunia.

Belum lagi kita bicarakan kerapuhan moral militer dan polisi, kerapuhan persenjataan yang masih membeli senjata dan alusista pensiunan negara lain yang satu persatu jatuh dan tenggelam dalam peredaran zaman. Walaubagaimanapun, yang menjadi puncak kerapuhan dari semua itu adalah berpunca dari kerapuhan akhlak dan moral anak bangsa mulai dari kalangan penguasa negara, pengusaha, ASN, TNI/Polri, kehakiman/kejaksaan sampai kepada rakyat jelata yang ikut-ikutan karena semua komponen yang terkait dengan pengurusan negara sudah amoral.

Efek Kerapuhan.

Efek dari semua kerapuhan yang telah kita huraikan di atas itu berujung kepada disintegrasi bangsa, diskualifikasi negara, pailit negara atau hilangnya NKRI dalam peta dunia. Semua itu sudah pernah terjadi dalam perjalanan sejarah dunia dari masa kemasa. Dahulu Yugoslavia sebuah negara mandiri namun kemudian hancur berkeping-keping menjadi negara-negara kecil di muka bumi. Dahulu Uni Soviet sebuah negara super power yang menjadi rival Amerika Serikat namun sekarang ianya semenjak tahun 1991 hilang dalam peta dunia dengan meninggalkan sisanya sahaja.

Dahulu Rakhine State sebuah negara berdaulat tempat hidup bangsa Rohingya. Kini bangsa tersebut menjadi bola pimpong dan bahan bakar bagi rezim negara Myanmar dan Rakhine State punah dalam peta dunia. Dahulu Patani sebuah kerajaan Islam di selatan Thailand tetapi sekarang menjadi empat propinsi yang tidak pernah dihargai oleh rezim Thailand. Dahulu Mindanoe dan Filipina sebuah negara milik Ummat Islam seperti Indonesia hari ini namun sekarang ia hanya menyisakan komunitas kecil ummat Islam di Mindanoe. Dahulu Champa wilayah milik ummat Islam di Kamboja namun sekarang ummat Islampun hampir tiada di sana.

Semua itu terjadi karena peredaran dan perjalanan masa yang sudah ditetapkan oleh Allah zat yang Maha Pencipta dan Maha Kuasa. Hanya penyebabnya saja yang menjadi bahan diskusi dan bahan kaji umat manusia. Maka pertanyan besar yang muncul sekarang adalah akankah NKRI ini menjadi seperti cerita sejarah diatas?

Kemungkinan tersebut sangatlah mungkin terjadi karena faktor kerapuhan-kerapuhan yang sudah terbentang di depan mata, Jika tidak ada langkah segera yang tepat untuk mengatasinya. Sebab jika hal tersebut betul-betul terjadi yang paling dirugikan tentunya Islam dan ummat Islam di Indonesia. Sebaliknya yang paling diuntungkan adalah para penjarah, pemecah belah, pemangku ideologi-ideologi kiri dan kuasa besar dunia yang anti Islam dari sananya.

Wallahu a’lam...


Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.