Mungkin kita semua pernah mendengar hadits Rasulullah ﷺ yang berbunyi:
"Siapa yang membuat suatu kebiasaan dalam Islam ini kebiasaan baik yang diamalkan orang, maka dia akan mendapatkan pahala siapa saja yang mengamalkan itu tanpa mengurangi pahala orang-orang yang mengamalkannya sedikitpun....."
Hadits di atas ada dalam Shahih Muslim, musnad Ahmad, Sunan An-Nasa`i, dan lain-lain. Diriwayatkan dari tiga orang sahabat Nabi, yaitu Abu Hurairah, Hudzaifah bin Al-Yaman, dan Jarir bin Abdullah radhiyallahu 'anhum.
Yang menarik dalam riwayat Jarir, ada cerita mengapa Rasulullah ﷺ mengucapkan sabda di atas. Ketika itu, ada beberapa orang Arab Badui dari suku Mudhar yang datang dengan pakaian dari wol dan menunjukkan bahwa mereka sangat kesusahan. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan azan, dan setelah shalat, beliau berpidato menganjurkan orang-orang untuk bersedekah.
Tetapi para sahabat belum juga ada yang mau bersedekah untuk para orang miskin itu. Sampai-sampai terlihat kekecewaan di wajah Rasulullah ﷺ, kok orang-orang belum juga ada yang terpanggil.
Sampai ada seorang Anshar berdiri membawa sebungkusan di kedua tangannya hingga ia sendiri kerepotan menggenggam bungkusan itu. Ia bawa bungkusan itu untuk disumbangkan. Nah, setelah melihat ada salah satu dari mereka yang maju memberikan sumbangan, maka para sahabat lain yang tadinya hanya saling pandang karena malu, beramai-ramai mengeluarkan harta mereka dan turut menyumbang. Sehingga, mereka bisa mengumpulkan dua karung penuh berisi makanan dan pakaian.
Melihat hal ini, wajah Rasulullah ﷺ yang tadi menyiratkan rasa kecewa, berubah jadi gembira dan bangga. Lalu beliau pun mengucapkan hadits di atas.
Hadits riwayat Jarir itu bisa dilihat di Shahih Muslim, nomor 1017, kitab Al Ilmu bab man sanna hasanah aw sayyi'ah. Juga ada dalam musnad Ahmad dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah.
Pesan Moral
Ada beberapa pesan moral dari peristiwa itu. Pertama, untuk berbuat kebaikan dan menjalankan proyek dakwah, harus ada yang berani jadi pelopor, supaya yang lain ikut. Kebanyakan mental manusia dari suku bangsa apa pun memiliki rasa kurang enak untuk memulai. Tetapi kalau sudah ada yang memulai, maka banyak yang akan ikut. Sebab, sebenarnya mereka ingin tetapi malu untuk memulai.
Kedua, bolehnya menggalang donasi. Sebab, Rasulullah ﷺ jelas menggalang donasi untuk membantu para sahabat miskin dari suku Mudhar dengan membuat pengumuman setelah shalat.
Demikianlah. Diperlukan orang yang mau memulai agar menjadi inspirator dan pelopor dalam kebaikan. Di saat itulah, kebaikan harus ditampakkan. Bukan karena riya' tetapi untuk memotivasi dan menginspirasi. Akibatnya, semua orang yang ikut, termotivasi, dan terinspirasi untuk melakukan kebaikan sejenis, akan menyetor pahala sebagai semacam royalti kepada sang inspirator dan pelopor ini. Maka, jangan heran jika di akhirat sumbangan kita hanya Rp 100.000 tetapi pahalanya jadi satu trilyun rupiah, akibat banyaknya yang ikut menyumbang karenanya.
Wallahu a’lam bis shawaab.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!