Kecele Bareng-Bareng

Kecele Bareng-Bareng
Ilustrasi Megawati dan Surya Paloh / Sabili.id

Pidato Megawati Soekarnoputri yang dirilis Ahad, 12 November kemarin, sontak menggegerkan jagat politik nasional. Ketua Umum PDIP yang dikenal irit bicara itu, tiba-tiba bersuara keras dan tegas. Ia secara blak-blakan menumpahkan segala unek-uneknya atas situasi perpolitikan nasional yang dinilainya penuh manipulasi dan jauh dari hati nurani dan kebenaran hakiki. Putri sulung Bung Karno itu tanpa tedeng aling-aling mengungkapan kerisauannya melihat hukum dan konstitusi yang dibuat untuk kepentingan seluruh bangsa, diacak acak untuk kepentingan perorangan. Menurutnya hal itu mengingatkan kembali kekuasaan otoritarian ala orde baru sekaligus tanda kegelapan demokrasi. Bahkan, Presiden ketiga RI di era reformasi itu terang-terangan mengkawatirkan ketidaknetralan aparat dalam pemilu 2024 yang tinggal tiga bulan lagi.

Kegelisahan yang sama juga disuarakan Surya Paloh dalam pidatonya saat HUT Partai Nasdem ke 12 di Nasdem Tower Jakarta, Ahad 12 November. Ketua Umum Nasdem itu menyodorkan fakta sejarah, berapa besarpun kekuasaan manusia sewaktu-waktu akan berakhir juga. Bos Metro TV itu juga mengingatkan betapa pentingnya melawan penyelewengan yang terjadi hari ini karena telah berada di level yang mengkhawatirkan. "Orang yang mencari untung di tengah kesulitan rakyat anehnya adalah kaum terdidik yang terpelajar dengan berbagai keistimewaan yang melekat pada dirinya" ujarnya dengan nada getir.

Tentu saja publik tak sulit menebak siapa yang dituding Mega dan Surya. Sosok itu tak lain adalah Pak Lurah alias Presiden Jokowi. Mantan Gubernur DKI Jakarta yang tidak tuntas menunaikan amanatnya itu , dinilai menggunakan MK untuk meloloskan putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka melenggang sebagai Cawapres. Itu tak lepas dari peran Anwar Usman, adik ipar Jokowi sekaligus juga paman Gibran, yang saat itu menjadi Ketua MK. Anwar kemudian divonis MKMK melakukan pelanggaran etik berat dan dipecat dari Ketua MK.

Suara keras Mega menandai babak baru hubungan yang menghangat antara Pak Lurah dan PDIP. Selama ini kekecewaan petinggi partai Moncong Putih itu paling banter disampaikan Hasto Kristianto, sang Sekjen. Jika kini nada bicara Mega begitu nyaring, tegas dan galak, tentu ada sesuatu yang begitu penting dan substansial. Begitu pula halnya dengan Surya Paloh yang hubungannya dengan Jokowi panas dingin sejak deklarasi pencapresan Anies oleh Nasdem setahun lalu. Namun begitu, nadanya tetap kalem dan mengesankan hubungan yang baik dengan Pak Lurah. Bahkan tak jarang disisipi pujian. Namun lima poin yang disampaikannya saat HUT Nasdem kemarin benar-benar menohok Jokowi.

Baca Juga : Maju Kena Mundur Kena

Pernyataan Mega dan Surya menegaskan perubahan hubungan mereka dengan Jokowi. Pertemanan dan kerjasama yang begitu lama tiba-tiba berubah jadi seteru. Persis adagium politik "Tak ada teman sejati, tak ada musuh abadi. Yang ada hanyalah kepentingan". PDIP dan Mega merasa dikhianati dan ditinggalkan. Padahal mereka tega memotong karir politik para kadernya yang sudah berkhidmat belasan- bahkan puluhan-tahun, demi memuluskan meroketkan karir politik Jokowi dan keluarganya. Sementara Surya terheran-heran Jokowi yang dipercaya sebagai sosok demokrat dan negarawan sejati sehingga didukung dan dibela habis-habisan ternyata jauh pangggang dari api.

Mereka benar-benar kecele dan salah menilai Jokowi. Sesungguhnya bukan cuma PDIP-Mega dan Nasdem-Surya yang terkecoh. Sederet tokoh,politisi, akademisi, aktivis demokrasi, ulama, agamawan dan lain-lain juga keserimpet. Goenawan Mohammad, Connie Rahakundini, Butet Kertarajasa, Andi Widjajanto beberapa diantaranya. Mereka selama bertahun-tahun mendukung dan membela Jokowi, meski harus berhadapan dengan suara umat Islam. Kini semuanya terhenyak, kaget dan semaput melihat kenekatan Pak Lurah menggunakan segala cara- termasuk merusak marwah dan martabat MK- untuk memuluskan jalan Gibran jadi Cawapres Prabowo. Sesuatu yang tidak pernah mereka bayangkan.

Muncul pertanyaan, apakah hal ini disebabkan kepiawaian luar biasa Jokowi dalam bermain peran (dramaturgi) sehingga berhasil mengecoh mereka semua? Dengan kata lain mereka benar-benar tidak tahu watak dan karakter asli Pak Lurah ? Ataukah mereka sejatinya sudah tahu hal itu- setidaknya tanda-tandanya-, namun lantaran kebencian- sekurangnya ketidakmauan- melihat kekuatan Islam dan umat Islam berkuasa, maka mereka membela dan mendukung Jokowi. Boleh jadi mereka menganggap Jokowi sosok yang lemah dan bisa dikendalikan sesuai keinginan mereka. Eh ternyata malahan mereka yang dikadali.

Jika kini mereka mengkritik dan menghujat Jokowi habis-habisan, sejatinya mereka sedang menjilat ludahnya sendiri. Hal itu sekaligus juga menjelaskan pilihan dan sikap politik mereka selama ini bukan berdasarkan hati nurani dan kebenaran hakiki. Sebab hati nurani tidak akan pernah bisa dibohongi. Apalagi selama belasan tahun. Jadi dukungan mereka selama ini lebih karena dorongan nafsu berkuasa dan ketidaksukaan kepada Islam dan mengingkari kebenaran Ilahiah. Mereka tidak bisa cuci tangan, jika di kemudian hari bangsa ini terperosok dalam kehancuran.

Baca Juga : Akal Sehat VS Syahwat

Benarlah peringatan Allah dalam Al Qur'an :

وَاِنْ تُطِعْ اَكْثَرَ مَنْ فِى الْاَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗاِنْ يَّتَّبِعُوْنَ اِلَّا الظَّنَّ وَاِنْ هُمْ اِلَّا يَخْرُصُوْنَ
"Dan jika kalian mengikuti kebanyakan manusia, niscaya mereka menyesatkanmu dari jalan Allah. Yang mereka ikuti hanyalah persangkaan kosong belaka dan mereka hanyalah berdusta" – QS. Al An'am:116

Kini satu-satunya jalan bagi para pengkritik Jokowi untuk mengembalikan bangsa pada track yang seharusnya adalah kembali pada tuntutan Ilahi. Bukan yang lain. Karena hanya itu yang dijamin kebenarannya. Ketabahan dan daya tahan bangsa ini di masa lalu dalam melawan penjajah demi meraih kemerdekaan adalah tautannya yang kuat kepada nilai-nilai Ilahiah. Itu sebabnya mereka menuliskan dengan tegas dalam pembukaan UUD 45 bahwa kemerdekaan yang berhasil kita raih pertama-tama adalah "Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa". Baru setelahnya "Didorong oleh keinginan luhur". Sekuat dan setinggi apapun upaya kita, tapi kuasa Allah jua yang menentukan.

اَفَلَا يَتَدَبَّرُوْنَ الْقُرْاٰنَ اَمْ عَلٰى قُلُوْبٍ اَقْفَالُهَا
" Maka mengapa mereka tidak mentadabburi Al Qur'an? Ataukah hati mereka sudah terkunci" – QS. Muhammad : 24

 


Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.